23 - Wake Up

980 176 84
                                    

"Kata kak Adel barang-barang yang mau dia sumbangin ke panti asuhan ada di dalam kardus atas lemari," ujar Jean.

"Ohh ya? Ya udah, lo sana yang ambil kardusnya!" suruh Ardan. Laki-laki memilih membaringkan tubuhnya berguling rusuh di atas ranjang Adel membuat sprei yang semula rapi teracak-acak kembali.

Jean sedikit berjinjit untuk menggapai kardus itu. Di atas lemari memang ada beberapa kardus yang sengaja diletakkan di sana. Tangan kanannya menarik kardus secara asal, membuat beberapa kardus lain mulai berjatuhan. Barang-barang dalam kardus itu jatuh berceceran.

"ANJIR! Lo ngapain, Jen??" tanya Ardan panik.

"E-ehhh gua nggak sengaja narik kardus! Kak Adel nggak bakalan marah 'kan?" cicit Jean takut sambil menggigit bibir. Laki-laki itu berjongkok untuk mengambil satu persatu barang yang berceceran.

Ardan menarik salah satu kardus terdekat mulai membantu Jean merapikan. Sebagian besar isi kardus itu berupa baju, buku, tas, sepatu yang sudah jarang dipakai oleh Adel.

"Jadi, Kak Adel beneran pernah jadi balerina, ya?" tanya Jean.

"... hah?"

"Nih kardus ini ada sepatu balet, baju. Oh ada album foto juga loh!"

Dengan hati-hati, Jean mengambil album foto yang warnanya sedikit memudar, di bagian pinggirannya terdapat gambar sulur-sulur tanaman yang berhiaskan tanda tangan tebal dengan tulisan besar Gabriel & Gabriella.

"Ohhh album ini toh. Gue jadi ingat salah satu kisah di balik ini semua. Mau denger nggak?"

💙💙

"Dari mana, Del?" tanya Ardan. Laki-laki itu dengan sigap mengambil ransel Adel menaruhnya di atas bangku.

"Habis liat mading, ada banyak parameter pendaftaran gara-gara kemaren demo ekskul. Dan, lo mau ikut ekskul apa?" tanya Adel.

"Emmmm ... ada archer nggak?"

"Lo kemarin pas demo ekskul ngapain anjir! Jangan bilang lo tidur??!!!" tukas Adel membuat Ardan kalap tak sempat membuat alasan, sehingga yang dapat dilakukan laki-laki itu hanya menyengir menunjukkan deretan giginya.

"Huft, tapi lo nggak dengerin demo kemaren juga pasti ada yang nyantol dipikiran lo. Sementara, gue harus bisa dengerin baik-baik," gumam Adel.

Ardan mengacak-acak rambut kecoklatan kembarannya. "Lo mau ikut ekskul apa?" tanyanya mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Balet?" ujar Adel terdengar ragu.

Dia sudah hobi menari balet sejak kecil. Baginya, balet adalah pelarian paling aman saat pikirannya mulai semrawut tak jelas.

Bibir Ardan sedikit mengembang, menampilkan senyuman tipis. Pikirannya berkecamuk, berseliweran membuat hatinya mendidih seketika.


Adel tersenyum hangat, tubuh yang sering dipanggil gendut oleh teman-temannya memeluk Ardan dengan erat. "Lo itu emang yang paling ngertiin gue banget, bang!"

"Isshh, Ndut minggir ah kayak anak kecil aja pake peluk segala," ledek Ardan.

Bibir saudarinya mengerucut membuat pipi gembilnya mengembung. "Gue beneran gendut, ya bang?"

Lots Öf love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang