45 - We Go Up

561 121 39
                                    

"Gimana, lulus nggak??"

Adel menahan senyum, pipinya serasa kebas karena menahan kedutaan di bibirnya sedari tadi. Perlahan, dia membuka raport miliknya. "LULUS DONG! HUHU SENENG BANGET BISA PARALEL DUA!"

"Wahh, alhamdulilah, hebat banget anak Mama." Yuan mendekat menarik Adel ke dalam pelukannya. Dengan senang Adem membalas pelukan hangat itu, matanya memejam ketika sang ibu memberikan kecupan hangat di pelipisnya. "Mama bangga sama kamu udah bisa bertahan sejauh ini," ucap Yuan sambil menyeka air mata yang tanpa sadar keluar dari pelupuk matanya.

"Kakak mau hadiah apa nih?" tanya Sean dengan kamera yang menggantung di leher. Sejak tadi, pria paruh baya itu dijadikan fotografer dadakan.

"Apaa, ya? Masih bingung," ujar Adel. Dia menggaruk rambutnya yang tak gatal, memutar otak apa yang dia inginkan sekarang?

"Btw, abang mana? Kok nggak keliatan?" tanya Jean bingung.

"Kurang ta—" Mulut Adel terbuka lebar ketika melihat saudara kembarnya. Padahal baru saja diomongin, laki-laki itu sudah muncul. Dan yang paling membuat dia terkejut, seragam OSIS milik Ardan sudah penuh coret-coretan seperti cat warna-warni dan tanda tangan.

Walaupun, seragamnya juga dicoret-coret oleh pulpen yang berisi tanda tangan teman-teman sekelasnya tetapi tidak separah milik Ardan sampai tidak keliatan warna putihnya.

Walaupun, seragamnya juga dicoret-coret oleh pulpen yang berisi tanda tangan teman-teman sekelasnya tetapi tidak separah milik Ardan sampai tidak keliatan warna putihnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ardan berjalan ke arah keluarganya dengan cool. Bajunya sengaja dia keluarkan dari balik celananya.

Yuan yang melihat itu berkacak pinggang, dengan kesal wanita paruh baya itu menghampiri putra sulungnya, dan menjewer telinganya kuat. "Nggak usah banyak gaya, kalau tidur sendirian aja belum berani!" omelnya.

"A-a-aduh, Ma! S-sakithhh telinga abang, nariknya jangan kekencangan," ringis Ardan sambil mengerucutkan bibir. "Abang 'kan pengen jadi badboy gitu. Secara selama SMA abang jadi Ketua Osis yang secara nggak langsung harus jadi goodboy sebagai teladan siswa lain."

Yuan melepaskan jewerannya, dengan mata memicing dia menatap ke arah Ardan lekat. "Kamu lulus nggak?"

"Mama nyepelein abang? Padahal sama Kakak aja masih pinteran abang, berarti jelas lulus dong!" Ardan menepuk-nepuk dadanya dengan bangga.

"Idih sombong," gerutu Adel. Dia memutar bola matanya malas kemudian beranjak membuka pintu mobil bagian belakang.

"Yuk pulang! Tadi Mama masak gulai kambing. Adek nggak sabar buat mencecap rasanya," kata Jean tidak sabaran membuat YuN dan Ardan—yang masih berdiri di luar segera masuk ke dalam mobil.

"Geser sana! Menuhin jok mobil aja, padahal badan lo kecil," ucap Ardan sambil mendorong pelan tubuh saudari kembarnya agar lebih dekat pada Jean.

"Si Abang, banyak bacot, buruan deh duduk!" komentar Sean.

Lots Öf love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang