32 - Me Gusas Tu

750 152 30
                                    

"Loh, adek kenapa? Kok mukanya diplester gitu? Habis dicakar apaan?" tanya Adel saat netranya melihat Jean.

"Adek habis berantem sama kucing garong hisshh, perih banget sialan," ringis Jean.

"Habis main jambak-jambakan dia hahahahahahahaha," kekeh Ardan meledek kelakuan Jean "Mau liat nggak? Gue punya videonya."

"Main lambemu!" sungut Jean kesal. Sungguh, jika bukan karena Adel dia juga nggak bakalan berantem kayak gini, mana kepalanya pusing banget setelah kena jambak Cecilia.

"Mana liat!" Adel mendekat ke arah Ardan, matanya membulat kaget saat melihat lawan berantem Jean adalah Cecilia. "Ehhhh, kok bisa????" tanya Adel menutup mulutnya tak percaya.

"Bisa lah! Makanya lo harus baik sama gue, Kak! Jangan kayak bang Ardan yang malah jadi penghianat cuma rekam! Apalagi ya Kak, dia malah asik ciuman sama tuh cewek!" adu Jean.

"Heh, itu bukan ciuman, ya. Dia yang tiba-tiba nyosor bibir gue," balas Ardan tak terima.

"Udahlah kalian malah berantem. Aniway, makasih udah mau ngelakuin ini buat gue. Padahal kelakuan Cecilia lebih baik nggak usah dibales kasih—"

"Halah, nggak usah kayak tokoh utama cewek yang apa-apa pasrah deh! Lo pasti habis baca novel nih, yang tokoh utama cewek nya tersakiti sampai ke tulang-tulang. Kalau disakiti, bilangnya 'udah nggak papa' biar dikira baik," potong Ardan. "Please, lah, sekali-kali lo itu harus tegas sama kehidupan lo sendiri! Jangan apa-apa nurut kemauan orang lain, apa-apa harus sesuai omongan orang. Nggak bakalan ada habisnya."

Jean yang sedang memakan kacang mengangguk setuju. Laki-laki itu melemparkan kacang ke arah Adel, kemudian jari telunjuknya ditaruh dipelipisnya. "NGOTAK," ucapnya penuh penekanan.

Adel mendelik kesal ke arah Jean. Dia menghela nafas panjang sambil bertanya, "Iyaa tau, terus sekarang Cecilia gimana?"

"Masih cantik kok. Untung aja tadi ada anak yang mau pisahin gue sama Medusa satu itu. Coba kalau nggak! Mana orang satu ini sibuk cengar-cengir ngelive Instagram," tunjuk Jean pada Ardan.

"Iyaa maap. Perasaan dari tadi diungkit mulu," ketus Ardan.

"Gue bersyukur banget punya kalian berdua. Walaupun sering gila, tapi kalian ada gunanya juga kalau gue butuh," ujar Adel merangkul Jean dan Ardan erat.

"Lepasin ah! Gue mau mandi," ucap Ardan. Lama-kelamaan dia malah merasa risih.

Adel tertawa, tak menggubris sama sekali omongan Ardan. Dia malah tambah mengeratkan rangkulannya.

"Oh iya, mama sama papa kok belum pulang, ya?" tanya Jean.

"Skype aja, yuk? Kangen juga sama tingkah kocak Papa. Biasanya jam segini, papa udah pulang duduk di depan televisi sambil liat iPad, mama lagi sibuk masak sama Mbak Luna. Hah, jadi kangen," ucap Adel.

"Ambil laptop sana, Del. Kita udah capek tau habis labrak Cecil," suruh Ardan.

"Kalau tau gini mah, mending nggak usah! Bantuin kok pamrih!" ketus Adel. Namun, cewek itu masih beranjak ke arah kamar Ardan yang letaknya tepat di samping kamarnya.

Setelah Adel meletakkan laptop di meja, ketiganya langsung duduk berdekatan. Untung saja tadi sebelum Adel turun, Ardan menelpon Sean dan Yuan kalau Adel—yang dijadikan tumbal—kangen berat sama mereka.

Jemari lentik Adel menekan tombol saat tanda panah mengarah ke aplikasi Skype. Tak lama kemudian, wajah Yuan dan Sean terlihat dilayar laptop.

Mengingat perbedaan waktu antara Jakarta dengan Amsterdam sekitar enam jam, dan sekarang di Bekasi pukul tujuh malam jadi di sana sekitar pukul satu siang.

Lots Öf love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang