Sesungguhnya, Ardan benci sekali dengan senyuman yang menunjukkan rasa kasihan. Dia tak suka dan tak butuh itu! Apakan sekedar ucapan 'turut berduka cita' bisa mengembalikan semuanya?? Bisa memunculkan adik bungsunya di sini sambil tertawa bahagia bersamanya??
Dia muak.
Dia bisa melihat bagaimana Yuan yang bolak-balik jatuh pingsan yang langsung direngkuh oleh Sean. Dan dia ... hanya melihat, karena sejatinya berdiri pun susah sekali. Ardan benar-benar tak memiliki energi hanya untuk berjalan lebih dekat
Ardan ingin sekali berteriak pada semesta, kenapa semesta begitu kejam kepadanya?? Apa salahnya??
Sementara itu, dari sisi sebrang Adel menatap kosong proses pemakaman. Dia memerhatikan bagaimana jasad Adrian—sang adik yang dibaluti kain kafan diturunkan dari krenda, kemudian diangkat menuju liang lahat.
"Adrian," ucap Adel lirih saat para lelaki yang membantu proses pemakaman mulai menutup liang lahat dengan tanah.
Bukankah Adel sudah meminta kepada Tuhan untuk menyembuhkan adiknya?? Kenapa Tuhan tidak mendengarkannya??? Dia tidak mau ditinggalkan. Rasanya dia ingin ikut bersama Adrian di sana. Pasti, Fratellino kedinginan di bawah sana.
"Tidak ... jangan pergi ... Adrian!"
"Kak Adel harus tegar, kita coba ikhlaskan kepergian Adrian, ya," ucap Jean mencoba menenangkan walaupun dengan suara serak nan bergetar.
Adel tak mendengarkan, perempuan itu malah melangkahkan kakinya mendekati makam, di mana proses pemakaman masih berlangsung.
Gue nggak mau ditinggalkan, pokoknya di mana pun Adrian pergi, gue harus ikut. gue nggak mau Adrian kedinginan di sana, sementara gue di sini enak-enakan tidur di atas kasur. Adrian sudah melewati banyak tahun sendirian di Amsterdam, dan sekarang dia harus sendirian lagi, batin Adel. Matanya masih menatap kosong dengan air mata yang tak berhenti mengalir ke arah makam.
"ADELL!!"
Dia tahu panggilan itu. Sean—sang ayah memanggilnya. Namun, dia tidak mau, dan tidak akan berbalik arah. Saat ini, diotaknya hanya ... dia harus ikut Adrian ke dalam liang lahat itu dan menemaninya di sana.
"KAK ADELL!! SADAR, KAKAK MAU KEMANA??" Jean memeluk pinggang Adel dari belakang. Laki-laki itu mencoba mencegah Adel untuk menyerobot ikut masuk kedalam makam.
"Lepas! Gue mau ikut masuk ke sana bareng Adrian! Dia sendirian di sana!!!" Adel berteriak dengan meronta-rontakan tubuhnya anarkis. Dia menendang-nendang Jean yang berdiri di belakangnya membuat sepupunya itu kewalahan. Sean yang melihat mencoba ikut membantu menjagal putrinya.
"KAK ADELL JANGAN EGOIS!! APA DENGAN KAYAK GINI, KAKAK SENANG BUAT ADRIAN DI ATAS SANA KECEWA, SEDIH LIAT KAKAK KAYAK GINI?!" bentak Jean.
Hal itu membuat badan Adel meluruh jatuh ke atas tanah. Air mata mengalir deras di kedua pipinya.
"Apa gue bener egois atau kalian aja yang nggak peduli sama Adrian?!! Selama ini, dia pisah sama keluarga, tinggal di Amsterdam dengan Grandpa. Dan kita sering traveling keliling dunia, sementara Adrian cuma liat di Instagram?! Dia udah cukup kesepian, jadi kakak harus ikut temenin dia di sana!"
PLAKK
Sean menampar pipi Adel keras membuat pipi itu membekas kemerahan. "Sudah sadar belum, Kak?!"
Adel tak menjawab, dia menangis keras. Yuan yang entah datang dari mana— menyerobot memeluk tubuh sang anak yang bergetar hebat. "Adrian nggak akan kesepian, Kak. Dia pasti bahagia di sana dengan para orang-orang baik lainnya, dia nggak akan pernah merasakan rasa sakit lagi, nggak akan berinteraksi dengan berbagai obat-obatan," ucap Yuan. Suara wanita paruh baya itu terdengar serak. Putranya baru pergi meninggalkannya dan sekarang putrinya malah seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lots Öf love (COMPLETED)
Ficțiune adolescențiAdel sangat percaya akan harapan. Saking percaya dia sampai membuat harapan dia ingin dianggap ada oleh neneknya dan tidak menjadi bayang-bayang seorang Ardana Gabriel-saudara kembarnya. Setinggi itu harapan seorang Adelian Gabriella hingga hari it...