35 - My Buddy

704 131 70
                                    

Ada begitu banyak hal di dunia ini yang perlu disyukuri. Terkadang manusia sampai lupa bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini hanya sementara dan akan kembali ke tempat asalnya. Karena pada dasarnya, sikap tak pernah puas memang sudah melekat di jiwa ini.

Oleh karena itu, dulu Jean sempat berpikir, seandainya saja dia terlahir dari keluarga lengkap seperti keluarga Gabriel ini yang penuh canda tawa dan bisa punya segalanya dia pasti akan senang sekali. Bundanya tak perlu repot-repot kerja sampai keluar pulau hanya untuk menyekolahkan dirinya. Namun, setelah masuk ke dalam keluarga ini, Jean jadi tahu, keluarga ini tak sesempurna yang dia kira.

Seperti masalah yang dihadapi Kakaknya. Saat pertama kali dia bertemu dengan Adelian Gabriella dia berpikir sepupunya ini seperti tak mempunyai beban hidup kecuali jika uang di dalam kartu kredit miliknya habis. Namun, siapa sangka jika ternyata Adel sudah mengalami hal berat diusinya yang masih muda?

Dan, kali ini ditambah dengan informasi yang membuat Jean pening seketika. Sungguh dia baru tahu jika Papa dan Mamanya itu mempunya anak lagi. Ahhh, maksudnya, dia baru tahu kalau sebenernya Ardan dan Adel memiliki adik laki-laki yang sejak kecil berada di Belanda tepatnya di Amsterdam dengan Grandpa dan Grandma. Namanya Zena Adrian Gabriel.

Sekarang ketiganya sedang menunggu orang tua dan sang adik bungsu di Bandara Soekarno-Hatta. Adel menangkup pipinya dengan tangan kiri sementara tangan kanannya mengaduk minuman seolah-olah menunjukkan betapa bosannya dia saat ini.

"Cewek yang pake baju biru cantik nggak?" tanya Ardan.

Jean bergidik ngeri, perempuan berbaju biru terlihat sangat menyerahkan baginya. Wajah dipoles bedak tebal, bibirnya semerah darah, membuat dia berpikir jika perempuan itu kayaknya mau main lenong. "Cocok lah sama lo, Bang," kekehnya.

Ardan sontak tertawa keras membuat beberapa orang melirik ke arah mereka.

"Malu-maluin aja lo, kalau tau gini mending tadi gue kandangin aja di rumahnya," komentar Adel sambil menutup wajahnya.

"Dihhh, gue lagi berusaha buat suasana nggak boring gini," sungut Ardan.

"Makanya, kalau mau bertindak itu dipikir dulu pake otak. Kemarin Mama udah bilang 'kan, paling nyampe Indonesia itu sekitar jam dua siang dan kita dari sebelum dzuhur aja udah di sini gara-gara lo, bang," ketus Jean.

Laki-laki itu merenggut kesal. Padahal sudah jelas-jelas saat Yuan di Bandara Schiphol wanita paruh baya itu sempat mengatakan jika penerbangan dari Amsterdam ke Jakarta membutuhkan waktu sekitar tiga belas jam dua puluh lima menit.

"Ardan otaknya lagi ngebug gara-gara dapet cewek baru diacaranya kemarin,  Jen masa lupa," ejek Adel.

"Anjirr, siapa namanya sih, Kak lupa gue."

"Nabila Prameswari," jawab Adel.

"Menurut gue si, abang nggak cocok buat dia. Dia terlalu sempurna buat lo," ucap Jean yang disambut kekehan oleh Adel.

"Nanti bilang Papa sama Mama ahh kalau abang main cinta-cintaan."

"Halah, cepu ya lo, Del. Lagian gue juga bisa kali bales cepuin kalau lo suka sama Orion," balas Ardan.

Jean dan Adel sontak terkejut.z Bedanya, Jean terkejut karena baru tahu ternyata Kakaknya sedang menyukai seseorang. Sementara, Adel terkejut karena kenapa bisa Ardan tahu mengenai hal ini?

EH??? ASTAGA APA YANG DIA PIKIRKAN SEBENERNYA?

"Apaansi, sok tahu banget!" elak Adel. Tangannya menonyor kepala Ardan. "Mana ada coba gue suka sama Kak Orion."

"Hmmzz, iyain dah, tapi beneran nggak suka 'kan? Soalnya, kemarin lusa gue denger katanya dia ditembak cewek, nggak tahu dah itu diterima apa nggak," ucap Ardan.

Lots Öf love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang