29 - White

791 164 57
                                    

hai, sebelum baca yuk follow dulu akun Instagram aku @yawnzznsiren

akun yg dulu aku lupa paswoardnya😭 kalau mau fb dm ya! aku bakalan langsung follback! selain itu, di sana aku sering post cast tokoh (walaupun baru affair tanpa sengaja/spring blossom) dan teaser video dari cerita" ku! yuk, yang belum follow segera follow🥰💙🦋

_____

Ketiga orang itu berjalan menuju halte dengan ragu. Mereka—Ardan, Adel dan Jean rasanya ingin kabur karena tak siap sekaligus khawatir setelah melihat berita di Instagram dan website resmi sekolah.

"Kita hadepin sama-sama. Kalaupun mereka nuduh yang nggak bener, kita diemin aja, yang penting kita nggak beneran lakuin hal-hal yang mereka tuduhan," kata Ardan. Dia yang paling tua di sini dan dia harus belajar berpikir kritis dan dewasa untuk menyelesaikan sebuah masalah. "Kita buat pengakuan yang sejujurnya, apapun alasan kita buat kebohongan ini. Maafin gue, Del. Andaikan aja gue bisa mengulang waktu, gue nggak akan biarin ini terjadi."

Adel tersenyum tipis mencoba menenangkan abangnya. Di saat seperti ini dia jadi mengingat perkataan Orion waktu itu. Adel benar-benar tak bisa membayangkan bagaimana keadaannya saat ini jika tak ada Ardan di sampingnya.

"Gue ngapain? Gue 'kan nggak ikut-ikutan," sahut Jean.

"Lo harus jadi orang pertama yang support kita dong!" ujar Adel sambil merangkul Jean. Tangannya menjitak kepala sang adik merasa gemas sendiri.

"Ck, rese amat lo, Kak!" sungut Jean. Dia melepaskan tangan Adel yang berada di pundaknya.

Halte yang mereka tuju tinggal beberapa meter lagi, tinggal berbelok kanan, halte itu tepat berada di depan komplek perumahan dan berada di bawah pohon ceri. Menunggu beberapa menit, bus yang mereka nantikan akhirnya tiba membuat mereka segera masuk mencari tempat duduk.

"Sana gih duduk sama Jean," suruh Ardan ke arah dua bangku dibagian belakang.

"Lo gimana??" tanya Adel khawatir. Entah kenapa, pagi hari ini bus benar-benar sangat penuh, dan menyisakan dua tempat duduk. Itupun dibagian pojok belakang sendiri.

"Berdiri lah, nggak sudi gue nglemprak duduk di bawah," ucap Ardan.

"Kita duduk bertiga aja. Masa gue sama Jean enak-enakan duduk lo berdiri?" ajak Adel.

"Nggak usah. Gue merinding lo perhatian sama gue kek gini, Del."

Mendengar itu Adel menatap nyalang ke arah Ardan. Dia sudah mencoba perhatian kepada Ardan tetapi apa yang dia dapatkan?! Cuek salah, perhatian lebih salah. Maunya itu apa sebenarnya?

"Udahlah, Kak bener kata Papa, biar sekali-kali abang belajar jadi kenek bus. Berlatih menjadi orang miskin sekali-kali," ucap Jean. Pusing dia mendengarkan perdebatan antara Adel dan Ardan yang tak ada habisnya. Ck, sekedar duduk harus ribut segitunya, ya?? Kalau jadi mereka, dia mungkin sedang ketar-ketir gimana ngadepin anak-anak SMA Taman Anggrek.

Dengan cemberut, Adel mengambil ransel yang digendongnya dan diletakkan di atas paha yang keliatan akibat roknya yang pendek. Jean yang duduk di sebelahnya mengernyitkan alis, apakah dia salah bicara lagi? Sementara itu, Ardan berdiri tepat di samping kembarannya dengan membuang muka enggan bersitatap dengan Adel dan Jean.

Sepuluh menit kemudian, bus berhenti di halte SMA Taman Anggrek. Mereka bertiga bergegas turun. Sekolah semakin dekat, berarti ke-dramaan yang mereka buat harus segera berakhir. Dan mereka harus siap mental menghadapi pro-kontra.

Lots Öf love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang