Broken || Lima

249 25 0
                                    

"Ahhhhh."

Rere mendesah lega saat gulungan handuk dingin berisi es batu menempel pada bekas tamparan Aksa. Belum cukup dengan pipinya yang tengah membengkak, kepala Rere juga terasa pening memikirkan akibat dari kebohongan yang membuat segalanya semakin rumit.

Kerjasama antara Dramland dengan Adelard Realty hampir saja gagal karena dua orang yang melakukan pertemuan tengah bersitegang atas hal diluar konteks pekerjaan. Rere bisa mengerti dengan kemarahan Aksa, tetapi Rere sungguh heran kenapa Darren, pria asing yang diakuinya sebagai kekasih bohongan juga ikut marah.

Awalnya setelah basa-basi perkenalan antara Aksa dengan Darren, semuanya terlihat baik-baik saja. Namun, ucapan Aksa selanjutnya menjadi awal ketegangan yang seharusnya tidak perlu terjadi.

Aksa yang dari awal sudah diliputi amarah atas pengakuan Rere tidak bisa mengontrol ucapannya. Mengakui dengan jujur bahwa Rere memiliki pekerjaan sampingan menjadi simpanan tanpa memandang di mana dia berada saat itu. Darren yang mendengarnya sontak melayangkan satu pukulan pada Aksa. Dan keributan pun terjadi.

Seperti layaknya anak sekolah yang hobi berkelahi, keduanya terlibat baku hantam yang cukup intens. Parahnya, tidak ada satu pun karyawan yang berani melerai keduanya, hingga akhirnya Rere terpaksa memanggil tim keamanan untuk memisahkan. Setelahnya sudah bisa ditebak, pertemuan untuk membahas kerjasama dengan Adelard Realty terpaksa dibatalkan.

"Hanya pakaian yang mau dibawa?"

Rere menoleh pada Surya, mantan suami yang selalu bisa membuatnya menjaga kewarasan. Satu-satunya orang yang tidak pernah mempertanyakan perbuatan Rere, karena bagi Surya, Rere bahagia itu sudah cukup untuknya. Pria bertubuh jangkung dan berwajah rupawan dengan tatapan tajam, sikap dingin dan juga tato yang terukir di lengan yang seringkali membuat orang lain salah sangka, nyatanya dia adalah pria yang ramah nan baik hati. Pemilik hidung mancung bak perosotan yang selalu membuat Rere iri dengan bentuknya.

Rere mengangguk, "ya."

Surya menatap Rere dengan serius. "Kamu yakin dengan ini, Re?"

"Anggap saja aku sedang menjadi adik baik yang menuruti kata-kata kakaknya."

Surya menghampiri Rere, meninggalkan koper berisi pakaian Rere yang baru saja dibereskan olehnya. Duduk di samping Rere dan meraih handuk dingin dari tangan Rere kemudian mengganti esnya yang tengah mencair.

"Cobalah sekali-kali kamu berpikir panjang sebelum mengatakan apa pun yang ada di kepalamu." Surya berucap sembari menempelkan handuk dingin di pipi kiri Rere dengan lembut.

"Aku sudah memikirkannya sebelum mengucapkannya." Rere menjawab dengan datar.

"Kok aku nggak percaya ya?" sinis Surya. Dia sengaja menekan kuat pipi Rere hingga wanita itu mendesis sakit dan melemparinya tatapan tajam.

"Terserah," sergah Rere tak acuh.

Surya menipiskan bibir, gemas dengan tingkah wanita di depannya. Ketidak pedulian Rere terhadap kehidupannya sendiri sudah mencapai taraf mengkhawatirkan. Kesakitan akan pengkhianatan dari orang yang paling dipercaya memicu Rere menciptakan dinding pembatas yang begitu tinggi untuk mencegah siapa pun memasuki hidupnya. Beruntung Surya menjadi salah satu toleransi di hidup wanita itu.

Surya menurunkan tangan kemudian menatap Rere dengan lekat. "Apa yang sebenarnya terjadi?"."

"Aku mengundurkan diri dan meminta putus." Rere akhirnya memilih jujur dari pada terus didesak.

Tanpa sedikit pun menghakimi, Surya mengelus kepala Rere penuh perhatian bak seorang kakak pada adiknya. "Semuanya akan baik-baik saja."

Rere tersenyum tipis. "Terima kasih karena selalu ada untukku."

BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang