Broken || Empat

274 26 0
                                    

Rere menatap kertas yang baru saja keluar dari mesin cetak di samping mejanya. Kertas yang berisi rangkaian kata pengunduran diri dengan kalimat-kalimat yang sangat sopan nan formal. Meski Rere yakin sesopan apa pun kalimat yang tertuang di dalamnya, respon Aksa pasti berupa teriakan penuh kemurkaan.

Rere menghela napas pelan. Mengambil kertas itu, melipatnya rapi kemudian meraih sebuah amplop dan memasukkan surat itu ke sana.

Tanpa keraguan sedikit pun, Rere melangkah lebar menuju ruangan Aksa. Setelah mendapat izin masuk, dia menghampiri Aksa yang sedang sibuk dengan berkas-berkas di meja kerja. Tanpa membuang waktu lebih lama, Rere meletakkan surat yang dibawanya di hadapan Aksa.

"Ap─"

"Surat pengunduran diri saya." Rere menjawab cepat bahkan sebelum Aksa menyelesaikan ucapannya.

"Jangan bercanda, Re." Aksa menggeram lalu melemparkan surat itu begitu saja.

Rere menghela napas lalu menunduk untuk mengambil surat yang tergeletak tidak jauh dari kakinya kemudian kembali meletakkan di meja Aksa.

"Saya tidak pernah bercanda untuk hal apa pun, Pak Aksa." Rere berkata dengan nada datar.

"Tadi pagi kita masih baik-baik saja. Kenapa sekarang kamu tiba-tiba melakukan ini?" Aksa menatap Rere dengan heran. "Apa saya telah melakukan kesalahan yang tidak saya sadari?"

Seingat Aksa, dia tidak melakukan apa pun yang menyinggung Rere. Semalam semuanya masih baik-baik saja. Rere melayaninya seperti biasa, menyiapkan air mandi dan memasakkan makan malam yang lezat untuknya. Bahkan morning sex mereka begitu menakjubkan.

Rere mengangguk satu kali. Menatap tepat pada mata Aksa, Rere kemudian berkata dengan nada yang begitu santai tanpa beban. "Aku bosan dengan hubungan ini."

Kedua mata Aksa membeliak, begitu terkejut dengan perkataan Rere. Dia langsung berdiri dari duduknya kemudian melangkah memutari meja dan berdiri tepat di hadapan Rere. Menatap wanita yang dua tahun terakhir selalu bersamanya meski hati wanita itu sangat sulit tergapai.

"Kamu bosan dengan hubungan ini?"

Rere mengangguk santai. "Ya," jawabnya singkat.

Senyum di bibir Aksa melengkung lebar. "Kalau begitu ayo kita menikah," ajaknya serius.

Rere mendengkus seolah ucapan Aksa hanyalah bualan belaka. Lalu dia kembali berkata dengan nada santai tanpa beban. "Aku bosan dengan hubungan ini, itu artinya aku juga bosan denganmu, Aksa."

Senyum Aksa luntur seketika. Tatapan nyalangnya mengekspresikan antara marah, kecewa dan tidak mengerti.

"Aku menemukan seseorang." Tanpa gentar Rere menatap kedua mata Aksa yang memerah karena amarah.

"Seseorang yang lebih kaya darimu dan tentu saja," Rere meraih dasi Aksa dan mengelusnya pelan, "dia mampu membuatku menjerit kehilangan kendali sejak sex pertama kami."

Plakkk!!

Pening seketika menyerbu kepala Rere saat telapak tangan Aksa menyentuh pipi kirinya dengan keras hingga membuat kepalanya terlempar ke samping. Untuk sejenak, telinga Rere berdenging tidak nyaman. Rasa panas pun perlahan terasa membakar pipi kirinya.

Rere tahu jika pembahasan mengenai pengunduran diri yang tiba-tiba dengan Aksa tidak akan berjalan lancar. Tapi dia tidak menyangka jika Aksa sampai melayangkan tamparan karena selama ini setiap kali mereka bertengkar, Aksa tidak pernah bersikap kasar. Bahkan pria itu selalu menghujaninya perhatian berlebih dan barang-barang mewah setelahnya. Atau mungkin karena kali ini ucapannya sangat keterlaluan.

BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang