Broken || Sebelas

224 23 3
                                    

Di meja makan terjadi keheningan panjang. Hanya suara alat makan yang berdenting pelan menandakan bahwa di sana masih ada makhluk bernyawa. Sofia melirik Rere dan Aksa dengan dahi mengernyit heran. Meski keheningan terjadi, tetapi sama sekali tidak terasa menyiksa baginya.

"Tante sudah baik-baik saja?" tanya Sofia memecah keheningan.

Rere terlihat tersentak, tetapi dengan cepat memperbaiki ekspresinya. "Ya," jawab Rere. "Kamu melihatnya semalam?"

Sofia menggeleng, "Tidak. Papa suruh aku masuk ke kamar dan mengunci pintu."

Rere melirik Aksa yang tengah tersenyum jumawa padanya, kemudian kembali menatap Sofia.

"Tapi aku mendengar Tante berteriak sambil menangis, apa Papa menyakiti Tante?" Sofia menatap Rere dengan sorot khawatir.

Kini giliran Rere yang tersenyum jumawa pada Aksa, seolah mengejek pria itu. "Ya. Papamu menampar Tante."

Sofia tersentak kaget. Dia langsung melotot pada sang Papa. "Papa apa-apaan sih!" sentak Sofia tidak suka. "Tau Papa akan menyakiti Tante Rere, aku tidak akan membiarkan Papa bersama Tante Rere semalam."

"Kamu salah paham, Baby girl," ucap Aksa dengan nada yang begitu lembut pada Sofia. Membuat Rere yang mendengarnya sampai mengangkat satu alisnya heran.

"Tante Rere tidak mungkin berbohong. Iya 'kan, Tante?" sergah Sofia. Rere mengangguk satu kali sebagai jawaban.

"Papa terlalu mencintai Rere untuk bisa menyakitinya," ucap Aksa penuh makna.

Rere yang sedang minum tersedak seketika. Dia langsung melemparkan tatapan tajam pada Aksa.

Dengan penuh perhatian, Aksa bangun dari kursinya kemudian menyodorkan air putih sembari membantu Rere minum.

Meski sebenarnya enggan menerima perhatian Aksa, Rere terpaksa menerima. Minum dengan perlahan sambil menikmati elusan tangan Aksa pada punggungnya. "Cukup." Rere mendorong gelas dari hadapannya. "Kalau sudah selesai sarapan, kamu bisa pergi," usir Rere tanpa tedeng aling-aling.

"Jika saya pergi─" Aksa menatap lekat wajah Rere, "apakah kamu akan di sini saat saya pulang nanti?"

Tidak ingin berdebat, Rere memilih mengangguk. "Ya," jawabnya.

Aksa mengalihkan perhatiannya pada Sofia. "Kamu sudah selesai, Baby girl?" tanyanya.

Sofia mengangguk. "Sudah, Pa." Sofia turun dari kursi kemudian meraih tasnya.

"Kalau begitu, kami pergi dulu." Aksa menunduk untuk mengecup puncak kepala Rere. "Tunggu aku kembali," ucapnya penuh arti.

Sofia menghampiri Rere kemudian menatap wanita itu dengan mata berbinar dan senyum tersungging di bibir. "Sofia berangkat sekolah dulu, Tan."

"Ya sudah sana pergi," ketus Rere.

"Tante nggak mau cium Sofia sebelum Sofia pergi?" tanya Sofia penuh harap.

"Memangnya kamu siapa?" jawab Rere tak acuh.

Senyum dibibir Sofia luntur seketika. Dia meremas tali tas yang melingkari bahunya dengan perasaan kecewa.

Melihat ekspresi Sofia yang terlihat terluka, Rere langsung memutar matanya. "Kemarilah," pinta Rere dengan nada ketus.

Meski ucapan Rere terdengar ketus, senyum kembali terbit di bibir Sofia. Dia bergegas menghampiri Rere.

Rere menyematkan satu kecupan di dahi Sofia kemudian mengacak rambut gadis kecil itu dan berkata, "semoga harimu menyenangkan."

Sofia mengangguk penuh semangat, "Terima kasih, Tante." Sofia berucap dengan riang.

BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang