Sejak ditarik masuk ke dalam mobil, Rere tidak pernah menoleh ke belakang. Mendengar jeritan memilukan dari pria yang amat dibenci, sedikit pun tidak membuat rasa kasihan muncul di hatinya, yang ada adalah kepuasan. Meski dia sedikit kecewa karena pria itu kesakitan bukan karenanya.
"Apa dia akan mati?" tanya Rere pada Aksa yang duduk bersamanya di kursi belakang. Sementara Sofia duduk di kursi samping sopir.
Aksa balas menatap Rere. "Kamu ingin saya melakukannya?" Aksa balik bertanya.
"Apa tidak akan ada masalah nantinya?" tanya Rere penuh keraguan.
Aksa tersenyum tipis. "Tidak. Karena yang menanganinya adalah orang profesional di bidangnya."
"Pembunuh bayaran?" tebak Rere.
"Sejenis itu. Tapi yang saya gunakan lebih dari sekedar pembunuh bayaran," jawab Aksa dengan santai seolah sedang membicarakan cuaca saat ini.
"Kamu membeli mobil baru?" Aksa bertanya sembari tangannya merapikan rambut Rere yang berantakan dengan penuh perhatian.
Rere mengangguk mengiyakan. "Untuk hadiah kelulusan Eros." Dia menurut saat Aksa menariknya ke dalam pelukan pria itu.
"Maaf, seharusnya saya datang lebih cepat. Kamu tidak akan bertemu dengan bajingan itu jika saya tidak terlambat," ucap Aksa penuh sesal.
Rere melingkarkan kedua tangan untuk memeluk pinggang Aksa, mencari posisi nyaman di pelukan pria itu kemudian menutup mata. "Terima kasih sudah datang," ucap Rere dengan suara pelan.
"Hemm." Aksa menjawab dengan gumaman. Tangannya bergerak untuk membalas Rere dengan erat.
Aksa melemparkan senyum pada Sofia yang sedari tadi memperhatikan dari depan. "Terima kasih sudah menghubungi Papa, Baby girl."
Sofia mengangguk. "Sama-sama, Pa. Apa Tante Rere baik-baik saja?"
Aksa mengangguk. "Rere akan baik-baik saja," jawab Aksa ambigu.
Setelahnya Sofia menyamankan diri dan fokus menatap jalanan yang dilewati mobil yang mereka naiki.
****
Dengan amat perlahan, Aksa menurunkan tubuh Rere di atas ranjang. Meski tahu jika Rere akan marah karena dia membawa wanita itu ke apartemen mereka bukan ke rumah Surya, Aksa akan mengambil resiko itu dari pada harus meninggalkan Rere sendirian. Karena Aksa tahu, setelah ini akan ada sesuatu yang terjadi dengan Rere. Satu hal yang menjadi rahasia kecil di antara mereka berdua.
"Tante Rere baik-baik saja, kan, Pa?" Sofia mengintip dari balik pintu. Memastikan sekali lagi keadaan tante kesayangannya itu. Meski dia masih anak-anak, dia sudah bisa mengerti dengan apa yang dilihatnya di kampus Eros tadi.
Aksa berjalan menghampiri Sofia. "Dia akan baik-baik saja. Karena itu, jika kamu mendengar teriakan apa pun setelah ini, jangan pernah masuk ke sini." Sofia terlihat terkejut dan bingung dengan ucapan sang Papa. "Kamu masuklah ke kamarmu dan kunci pintunya."
"Tapi kenapa─"
"Atau kamu ingin Rere membencimu?" sergah Aksa.
Sofia langsung menggeleng kencang. "Jangan!"
"Sekarang pergi ke kamarmu dan jangan keluar jika Papa belum memanggilmu," perintah Aksa.
Meski terlihat ragu, Sofia tetap mengangguk. Gadis kecil itu langsung berlari menjauh dari kamar Rere.
Aksa menutup pintu kemudian menguncinya. Satu persatu mulai melucuti pakaian yang dikenakan. Dia akan menggantinya dengan pakaian yang lebih nyaman sebelum menghadapi Rere yang kehilangan kendali sebentar lagi. Dan seperti dugaan Aksa, bertepatan dengan dia yang selesai mengganti baju, terdengar isak tangis Rere yang masih menutup mata.

KAMU SEDANG MEMBACA
Broken
RomanceApatis dan tidak memiliki hati, itulah deskripsi yang sesuai untuk menggambarkan seorang Rere. Pelakor dan wanita simpanan adalah sebutan yang sudah melekat erat padanya. Sudah menjadi rahasia umum jika dia adalah seorang wanita simpanan dari Aksa...