Broken || Tujuh

225 27 0
                                    

Surya dan Mia melirik Sofia yang begitu tenang menyuap makan malam. Lalu tatapannya beralih pada Rere yang menampilkan sikap biasa saja. Lidah Surya maupun Mia sudah gatal sejak tadi untuk bertanya siapa sebenarnya gadis kecil yang mengekori Rere sejak wanita itu pulang. Dan seolah sengaja, Rere sama sekali tidak menjelaskan apa pun mengenai siapa gadis kecil itu.

Rere berdiri dari duduknya, Surya dan Mia bisa menangkap kesiap dari tubuh gadis kecil itu. Gadis kecil itu langsung bersikap waspada, matanya menatap Rere dengan cermat seolah takut jika Rere menghilang dari pandangannya.

"Kamu di sini saja, aku hanya ke toilet," ucap Rere dengan datar.

"Tapi, Tante ...." Gadis itu merengek, kedua matanya mulai berkaca-kaca.

"Sofia, jangan bertingkah jika kamu masih mau bersamaku!" tukas Rere tajam.

Sofia mengangguk pelan sembari menggigit bibirnya untuk menahan tangis.

"Habiskan makananmu atau kamu akan tidur di luar malam ini."

"Re!" Surya tidak tahan lagi. Tidak setuju dengan sikap Rere yang sangat keterlaluan pada Sofia.

Rere hanya merespon hardikan Surya dengan lirikan sesaat, kemudian melangkah meninggalkan meja makan tanpa kata.

Sofia yang ditinggalkan Rere kini benar-benar telah menangis meski tanpa suara. Melihat itu, Mia menyerahkan Elina yang sedari dari berada di pangkuannya kepada Surya kemudian menghampiri Sofia.

"Tante boleh tahu siapa namamu?" Mia bertanya dengan nada seramah mungkin.

"So ... fia." Sofia menjawab patah-patah dengan napas tersengal karena tangis.

"Anak Aksa?" Saking terkejutnya, Surya sampai menaikan nada suara. Membuat Sofia berjengit kaget kemudian terisak.

Mia melempar lirikan tajam pada Surya. Meminta suamia tutup mulut lewat tatapan mata. Karena itu Surya memilih pergi dari ruang makan bersama Elina di gendongannya.

"Om Surya hanya terkejut. Maaf kalau hal itu membuatmu takut," ujar Mia hati-hati. "Namamu Sofia?"

Sofia mengangguk pelan. "I ... iya." jawabnya.

Rere yang sudah kembali langsung menghampiri Sofia. Dia melirik piring Sofia yang masih terdapat sisa makanan.

"Kenapa makananmu tidak di habiskan?"Rere bertanya dengan nada tajam, membuat Sofia kembali berjengit kaget.

"Mungkin Sofia sudah kenyang, Re," sahut Mia.

Tidak peduli dengan sahutan Mia, Rere kembali bertanya, "Sofia, jawab aku."

Sofia menghapus air mata yang membasahi kedua pipinya dengan tangan. Lalu mendongak untuk menatap Rere, karena dia tahu Rere paling tidak suka jika lawan bicaranya tidak menatap ke arahnya.

"Ma ... af, Tante."

"Aku bertanya kenapa makananmu tidak dihabiskan, tapi kenapa kamu malah meminta maaf," sentak Rere tajam.

Sofia menunduk. Tanpa menjawab, dia meraih sendok di atas piring lalu melanjutkan makan dengan gerakan pelan dan napas yang tersengal karena tangis. Menyebabkan Sofia berakhir tersedak kemudian terbatuk hebat.

Mia baru akan meraih gelas berisi air, tapi gerakan Rere lebih cepat darinya. Rere langsung menyodorkan segelas air putih pada Sofia dan membantunya minum.

"Katakan dengan jujur apa yang kamu rasakan, aku bukan cenayang yang bisa membaca pikiranmu." Rere mengucapkannya dengan nada tajam, tetapi tangannya bergerak pelan mengelus punggung Sofia untuk menenangkan gadis itu.

BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang