part 11

3.5K 288 1
                                    

Mobil milik Nabila baru saja berhenti di rumah bercat hijau yang tak lain ialah rumah Nadia. Ia dan adeknya langsung turun. Nisa memegang tas berukuran sedang yang berisi kado dari dirinya dan kakaknya. Sedangkan Nabila memegang kotak kue lengkap dengan nama Nadia. Tapi nggak ada lilinya.

"Kak ini gimana? Kita langsung masuk?" Tanya Nadia pasalnya pagar rumah Nadia sedikit terbuka. Disana ada kang Tino yang bekerja sebagai satpam.

"Iya ayo." Ajak Nabila sambil memegang lengan Nisa.

"Eh ada neng geulis." Nyari neng Nadia pasti ini." Tebak kang Tino tepat sekali.

"Iya kang. Kita izin masuk kedalam."

"Mangga."
(Silahkan)

Kedua saudara itu akhirnya masuk. Kali ini dan untuk pertama kalinya Nabila masuk kedalam rumah tanpa memencet bel. Ia dan Nisa hanya mengucap salam kemudian membuka pintu.

"Kayaknya nggak ada orang tua nya kak Nadia deh." Kata Nisa.

"Iya nggak ada. Sepi banget ini."

"Kita kemana kak?"

"Langsung ke kamarnya ajah. Pelan pelan ya naiknya nanti ketahuan." Peringat Nabila. Kalau di ketahuan kan bisa gagal semua suprise nya. "Sip." Nisa mengacungkan jempol.

Perlahan tapi pasti, kedua langkah kaki mereka mulai menaiki anak tangga menuju lantai dua. Aish sudah seperti maling saja jalan pelan pelan seperti ini.

Setelah melewati banyaknya anak tangga yang tak terhitung jumlahnya, akhirnya mereka sampai juga. Sekarang sudah berada di depan pintu kamar Nadia. Sedang apa yah kira kira Nadia di dalam kamar?

"Kak kalau kak Nadia nya tidur gimana?" Tanya Nisa khawatir. Bahkan berbicara pun harus berbisik bisik.

"Nggak tidur. Kakak liat di WA Nadia masih aktif." Jawab Nabila begitu tenang dan yakin.

"Ok. Yaudah kakak buka pintunya." Suruh Nisa tidak bersabar. Nabila hanya mengangguk kemudian membuka pintu kamar. Sedikit info *Nadia memang jarang atau mungkin tidak pernah menutup pintu kamarnya. Toh hanya dirinya di dalam rumah*

Mabruk alfa mabruk 'alaika mabruk
Mabruk alfa mabruk 'yaumiladik mabruk

"Nabila. Nisa." Nadia kaget tiba tiba mendengar nyanyian dari keduanya yang baru memasuki kamarnya. Tanpa diduga duga satu tetes air mata sudah mengalir di pipinya.

Mabruk alfa mabruk 'alaika mabruk
Mabruk alfa mabruk 'yaumiladik mabruk

Selamat hari milad
Semoga dapat rahmat
Dari Allahu Ahad hingga hidup selamat

Selamat hari milad
Semoga dapat rahmat
Dari Allahu Ahad hingga hidup selamat

Mabruk alfa mabruk 'alaika mabruk
Mabruk alfa mabruk 'yaumiladik mabruk

Keduanya berhenti bernyanyi. Nabila langsung duduk di samping Nadia yang masih menangis karena terharu.

"Ukhty, selamat milad. Kamu sudah kuanggap sebagai saudara sendiri. Semoga Allah memberikan rahmat dan rezeki untukmu. Terima kasih telah menjadi sahabat terbaik dalam hidupku. Semoga kita bisa bersama selalu sampai jannah. Aamiin."

"Aamiin ya Allah." Ucap Nadia langsung memeluk sahabatnya. Keduanya sama sama menitikkan air mata kebahagian. Nisa yang melihat juga ikut menangis.

"Makasii La. Aku juga udah nganggap kamu saudara ku. Semoga kita bisa bersama terus ya walaupun banyak rintangan dan ujian yang diberikan Allah dalam persahabatan kita. Makasii karena kamu udah ada terus buat aku disaat dimana orang tuaku yang malah sibuk urus pekerjaan masing masing. Aku beruntung banget dapat sahabat terbaik seperti kamu."

Cinta Untuk Nabila (SELESAI✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang