part 39

3.9K 251 2
                                    

La Tahzan Inallaha Ma'ana

"Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita"
🌜Q.S At-Taubah : 40🌙

***

Diruangan bernuansa putih itu, seorang perempuan menangis hebat. Dilantai terlihat benda mahal yang sudah hancur lebur.

"Ge," lirihnya. Sebelum iphone itu hancur, ia melihat foto yang dikirim Jessie. Foto itu berisi peristirahatan terakhir sang sahabat.

Gercep amat lo abar

Abar? Nama gw Fisya

Abar alias anak baru

"Arghh." Ia berteriak sambil menarik keras rambutnya. Tak ada rasa sakit yang ia rasakan ditarikannya itu.

Yeu si Siti ngambekan

Fisya tiba tiba tersenyum. Mengingat hari itu dimana Geya memanggilnya Siti.

Deg degan banget gw. Sumpah

Bagus. Itu tandanya lo masih hidup

Tanpa diminta, semua itu terputar ulang dimemorinya. Wajah Geya yang terbayang bayang membuat Fisya semakin mengukir senyumnya.

"Gw bukan pembunuh, Ge." Lirihnya, lagi.

"GW BUKAN PEMBUNUH!" Ucapnya keras. Tangis kembali terdengar diruangannya.

Ceklek

Ia mengangkat kepalanya.

"Papah?"

Laki laki paruh baya berpakaian jas hitam berjalan mendekatinya. Fisya mengira papahnya akan memeluknya dan menguatkan dirinya. Tanpa diduga ternyata beliau menampar keras pipinya.

"PAPAH NGGAK PERNAH NGAJARIN KAMU MEMBUNUH!" Bentaknya.

Fisya terdiam.

Dibelakang ada mamah dan kakaknya.

"Pah, aku nggak bunuh Geya." Lirih Fisya berusaha memegang tangan sang papah. Namun beliau sepertinya tidak ingin disentuh.

"Kamu sudah mempermalukan saya dan keluarga."

"Pah,"

"DIAM RISKI!"

"Kamu beruntung karena saya sudah membantu kamu agar tidak di jebloskan ke dalam jeruji besi."

Beliau memejamkan mata sambil menghela napas kasar. Sampai satu menit kemudian, ia berbalik meninggalkan Fisya.

"Bersiaplah kita akan berangkat ke Inggris."

Dua bersaudara itu tentu saja terkejut mendengar perkataan sang papah.

"Aku nggak mau pah." Tolak Fisya.

"Kamu sudah mempermalukan saya disini. Sekarang apalagi yang akan kamu lakukan? Mau buat saya tambah malu karena mempunyai anak pembunuh?"

Sakit? Tentu. Bahkan rasanya sangat sakit. Hati Fisya hancur berkeping keping. Papah sang cinta pertamanya juga ikut ikutan menyebut dirinya PEMBUNUH.

Kenapa tidak ada seorang pun yang mempercayainya?

"Ayo sayang." Ajak beliau lalu memegang tangan istrinya. Kini sisa mereka berdua yang masih sama sama terdiam.

Lima menit kemudian, Fisya mulai menghapus air matanya. Hal itu tak luput dari penglihatan Riski. Dalam hati ia bertanya tanya apa yang akan dilakukan adeknya sekarang.

Cinta Untuk Nabila (SELESAI✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang