Seila Veyrina.
Wanita inilah penyebab Hanna mengalami kecelakaan. Ya, Hanna bisa mengatakan itu karena foto yang dikirim Seila membuat Hanna kehilangan fokus. Well, itu juga karena kebodohan Hanna karena melihat handphone sambil mengemudi. Seila terlihat sangat berbeda dengan dirinya di masa depan. Seminggu lebih Hanna sudah bersekolah tapi baru hari ini Hanna bertemu dengan Seila, itu karena Seila mengikuti olimpiade di luar kota, seperti yang dibilang oleh Bu Yeti beberapa hari yang lalu.
Seila menggunakan kacamata tipis dengan potongan rambut pendek, dan untuk seragamnya... kedodoran seperti anak lainnya.
Pada masa ini, Hanna belum pernah menganggu Seila. Jadi bisa dipastikan Seila tidak memiliki masalah kepada Hanna. Tetapi walaupun begitu, Hanna akan berusaha tidak berhubungan dengan Seila, untuk menghindari masa depan yang buruk. Bukannya Hanna tidak ingin berteman ataupun berbicara dengan Seila, hanya saja Hanna merasa Hanna tidak perlu terlalu akrab dengan Seila.
Tapi sepertinya hal itu tidak bisa Hanna wujudkan, karena Tiara membentuk kelompok yang isinya terdiri dari Hanna, Seila, dan dua orang cowok lainnya yang bernama Dion dan Verro.
"Shit...," batin Hanna.
Tiara memberikan perintah untuk semua kelompok membawa perlengkapan untuk seleksi nanti dan memberikan perintah khusus lainnya. Tipikal penerimaan anggota baru dalam sebuah ekstrakulikuler.
"Halo semuanya, karena kita sekelompok, kita kenalan dulu yuk? Nama gue Han—,"
"Udah tau," ucap Dion. Hanna bisa melihat dari name tag nya. Sebenarnya Hanna bisa melihat hal itu, tapi Hanna hanya ingin bersikap ramah.
"Oh i-iya," Hanna tersenyum kikuk.
"Siapa yang gak tau coba sama Hanna Kelly?" lanjut Dion, ia menjulurkan tangannya ke Hanna. Hanna menjadi bingung.
"Nama gue Dion Pramudya," Dion masih menjulurkan tanggannya. Hanna mengira Dion tadi tidak mau berkenalan dengannya.
"Hanna Kelly," Hanna menyambut jabatan tangan Dion.
"Lo?" ucap Hanna ke cowok sebelah Dion.
"Verro Haritzah," jawab Verro, lalu mereka bertiga melihat ke arah Seila. Seila yang menyadari mereka sedang menunggu dirinya memperkenalkan diri langsung terkerjap.
"Uhm gi-giliran gue ya sekarang? Gue Seila Veyrina," ucapnya sambil melambaikan tangannya ke arah mereka bertiga. Hanna hanya tersenyum saja.
"Setiap kelompok jangan lupa membawa peralatan dan atribut yang udah gue sebutin sebelumnya," ucap Tiara.
"Baik kakkk," ucap mereka dengan lantang.
"Sekarang gue bakalan jelasin rangkaian seleksi nya," lanjut Tiara.
"Sebelum itu...," ucap Ezra tiba-tiba. Ia bangkit dari bangkunya dan menuju ke arah peserta.
"Khusus untuk Hanna Kelly, pas seleksi nanti bawa hal-hal yang gue tulis di kertas ini," Ezra menyerahkan secarik kertas dan Hanna meraih kertas itu. Saat Hanna mau membaca isi kertas tersebut, Ezra menahan tangannya.
"Baca nanti," Ezra menarik tangannya dan pergi ke arah depan lagi. Hanna heran mengapa ia tidak bisa membaca isi kertas itu.
"Lo dapat special tasks dari Kak Ezra, sabar ya Hanna," ucap Dion sambil tertawa.
"Special tasks?" ucap Hanna mengulangi perkataan Dion.
"Gue denger kalo ada yang dikasih special tasks sama senior, biasanya susah-susah," ucap Seila menyahuti perkataan Dion.
"Ah... berarti gue ditandai gitu ya sama dia?" ucap Hanna sambil menghela nafasnya. Dion, Verro dan Seila mengangguk.
Mereka mulai mendengar suara Tiara lagi yang menjelaskan mengenai rangkaian acara untuk seleksi nanti.
"Btw gue mau nanya nih sama kalian," ucap Hanna sambil mencatat perkataan Tiara. Mereka bertiga langsung melihat kearah Hanna.
"Kalian gak kesel kan sekelompok sama gue?"
"Kenapa kesel?" tanya Dion.
"Well, you know... gue kan...," ucapan Hanna menggantung.
"Jahat?" ucap Seila tiba-tiba. Shit. Mengapa Seila mengatakan dirinya jahat? Apakah Hanna salah mengira kalau dirinya tidak pernah macam-macam sama Seila dulu?
"Kalo boleh jujur, sebenernya gue takut sama lo Hann," ucap Seila.
"Karena selama ini gue denger dari anak-anak lain kalo kelakuan lo itu parah banget, walaupun gue ga pernah ngalamin hal itu dari lo,"
"Tapi setelah gue lihat lo secara langsung, cara lo ngomong, ternyata lo ga seburuk itu kok," Seila berbicara dengan seksama. Hanna sampai melongo mendengar perkataan Seila.
Hanna sekarang bimbang. Apakah dirinya berteman saja dengan Seila? Apakah dirinya tidak usah menjaga jarak dengan Seila? Seila sudah bersikap baik kepada dirinya padahal mereka baru berjumpa hari ini.
"Uhh... ya apa yang dibilang Seila," ucap Verro. Hanna tertawa mendengar jawaban Verro.
"Ngapain gue kesel sekolompok sama lo? Lo kan udah minta maaf ke satu sekolahan, berarti lo emang udah sadar," ucap Dion.
"Tapi Dion, masih banyak orang yang anggap kalo gue itu belum sadar, gue pura-pura lah," jawab Hanna.
"Termasuk dia tuh," Hanna menunjuk ke arah Ezra dengan menggunakan wajahnya.
"Ngapain lo mikirin apa kata orang? Yang terpenting lo emang udah berubah, titik. Ga perlu validasi dari orang lain," ucap Dion dengan tegas. Oh wow. Hanna sangat terharu saat ini. Ternyata tidak semua orang memiliki perkiraan yang sama dengan Ezra.
"Makasih semuanya," Hanna menunjukkan senyumannya yang hangat.
"Hann ternyata lo cantik banget ya? Gue baru sadar loh," ucap Seila tiba-tiba, membuat Hanna menjadi malu-malu sendiri.
"Hah apaan sih Seila...," ucap Hanna dengan nada malu.
"Kelompok Hanna Kelly! Kalian nyatet gak?! Jangan ngobrol aja disitu!" bentak Tiara tiba-tiba. Hanna dan anggota kelompoknya langsung terkerjap.
"Saya nyatet kok kak, maaf ya kak!" ucap Hanna dengan agak keras.
"Gausah teriak! Gue denger lo ngomong apaan," ucap Tiara. Siswa-siswa lain yang mendengar ucapan Tiara langsung tertawa. Termasuk Dion, Verro dan Seila.
"Ih kalian kok ikut ngetawain sih,"
"Abis lo ngapain teriak? Kita kan lagi gak latihan militer," ucap Verro sambil tertawa. Dion yang mendengar ucapan Verro langsung tertawa lagi.
Bukannya kesal, Hanna malah merasa senang saat ini.Walaupun Hanna kurang yakin bisa masuk ke ekskul ini karena Ezra dan Tiara, tapi setidaknya Hanna bisa bertemu dengan tiga orang baik ini. Hanna juga sudah memutuskan untuk tidak menjaga jarak dengan Seila. Selama dirinya tidak membuat Seila membenci dirinya, Hanna merasa tidak akan ada masalah yang akan terjadi kepada dirinya kedepannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
One More Chance
Teen Fiction10 tahun yang lalu Hanna merupakan murid nakal yang suka mengganggu anak lain. Ia tidak memiliki banyak teman. Karena Hanna merupakan seorang bully disekolah nya, membuat orang-orang tidak menyukai dirinya. Sekarang Hanna yang berusia 26 tahun telah...