Chapter 30

11.9K 1.2K 10
                                    

Setelah selesai makan bersama Ezra, Hanna berencana langsung pergi ke dalam bus untuk menjumpai Rio. Hanna ingin memberikan obat dan air mineral karena anak itu mengatakan bahwa dirinya tidak enak badan.

Didalam bus itu, Hanna tidak melihat keberadaan Rio. Hanna hanya melihat beberapa teman kelas nya.

"Um kalian pada lihat Rio gak?" tanya Hanna ke temannya.

"Oh Rio? Tadi dia kesini ngambil tasnya terus dia pergi lagi," ucap temannya.

Hanna bingung, Rio mengatakan dirinya tidak enak badan tapi bukannya istirahat anak itu malah berkeliaran. Hanna langsung mengambil handphone yang berada di kantong nya dan menelepon Rio. Setelah 4 dering, Rio mengangkat telepon itu.

"Halo Rio? Lama banget sih ngangkatnya! Lo dimana?" ucap Hanna sambil melangkah keluar dari bus.

"Gue di bus," ucapnya singkat. Hanna bingung kenapa Rio terdengar... marah?

"Jangan bohong! Gue baru dari bus nih," ucap Hanna kesal karena Rio mencoba berbohong kepada dirinya.

"Oh gue di bus kelas gue," ucapnya dengan suara berat dan lemas. Wah sepertinya anak ini memang sakit, batin Hanna.

"Lo pindah bus...? Kenapa?" ucap Hanna dengan tenang. Ia tidak mau terdengar khawatir.

"Gak papa,"

"Yaudah gue kesana ya, gue mau ngasih obat karena lo bilang lo gak enak bada—," Hanna sudah melangkah sebelum suara Rio membuatnya berhenti.

"Oh gausah Hann, gue baik-baik aja tinggal dibawa tidur bentar udah hilang kok,"

"Ohh-iya iya, yaudah deh...," ucap Hanna lalu Rio mematikan teleponnya. Hanna berdiri disamping bus kelasnya dan berpikir. Rasanya aneh jika seseorang tiba-tiba berubah seperti itu, karena tadi sebelum pergi, Rio bahkan sampai bertanya kepada guru apakah dirinya bisa pergi menggunakan bus kelas Hanna. Sekarang, Rio malah kembali ke busnya. Ada yang tidak beres, batin Hanna.

Tidak peduli dengan perkataan Rio tadi, Hanna langsung berjalan menuju ke bus Rio untuk menemui anak itu dan bertanya langsung kepada dirinya.

Sesampainya disitu, Hanna melihat Rio sendiri didalam bus itu dengan topi nya menutup wajahnya. Sepertinya anak itu tertidur. Hanna berjalan ke arah kursi Rio dan duduk disebelahnya. Perlahan Hanna mengangkat topi tersebut dan melihat Rio ternyata benar-benar sedang tidur. Cepat sekali anak ini tertidur padahal telepon tadi ditutup kira-kira 5 menit yang lalu, batin Hanna.

Hanna mencoba meletakkan punggung tangannya di dahi Rio untuk mengecek apakah Rio demam atau tidak. Saat punggung tangan Hanna menempel, Rio langsung terbangun karena merasakan suhu dingin dari tangan Hanna.

"Eh? Ma-maaf," ucap Hanna sambil menarik tangannya.

"Hanna? Lo ngapain disini?" ucap Rio.

"Gue mau cek keadaan lo," Hanna menempelkan punggung tangannya lagi ke dahi dan ke leher Rio.

"I'm fi-fine," ucap Rio yang terkerjap. "Fine apanya, badan lo itu anget tau gak?! Kok bisa sih sakit padahal kita lagi mau jalan-jalan," ucap Hanna sambil membuka tasnya untuk mencari obat yang memang dibawa nya dari rumah untuk berjaga-jaga kalau ada keadaan seperti ini.

"Udah makan?" tanya Hanna yang dibalas oleh gelengan kepala oleh Rio. Hanna langsung memukul pelan Rio kesal dengan tingkah anak ini yang seperti bayi besar.

"Astaga makan aja belum?!" Hanna keluar dari bus dan 10 menit kemudian ia kembali dengan membawa makanan.

"Makan dulu," Hanna menyerahkan dua buah bungkusan yang berisi mie pecal dan roti bakar.

"Anak-anak silahkan kembali ke bus kalian masing-masing karena 5 menit lagi kita akan melanjutkan perjalanan," ucap Pak Dwi dengan Toa.

Rio langsung mengambil makanan tersebut dan menyuruh Hanna kembali ke bus kelasnya, tapi Hanna tidak perduli dan tetap duduk disitu bersama Rio.

"Gue gak bakalan pergi, udah makan!" ucap Hanna sambil membantu Rio membuka bungkusan makanan tersebut. Satu persatu teman kelas Rio masuk ke dalam bus itu dan melihat Rio dan Hanna sedang berduaan. Terlihat mereka sedang berbisik-bisik dengan kedatangan Hanna.

"Kayanya rumor nya bener deh Hanna emang lagi deket sama Rio," ucap salah satu teman kelas Rio yang walaupun mereka berbisik, tapi Hanna bisa mendengar jelas perkataan mereka.

"Habisin ya gue gak mau tau," bisik Hanna kepada Rio yang sedang mengunyah roti bakar pemberian Hanna.

Setelah beberapa saat, bus kelas Rio sudah terisi dan guru pengawas di kelas Rio pun sudah masuk, ternyata guru pengawas untuk bus ini adalah Bu Yeti.

"Baiklah sebelum kita pergi, ibu akan absen—loh Hanna?! Kamu ngapain disini," Bu Yeti menunjuk kearah Hanna yang dibalas Hanna dengan senyuman cengengesan.

"Anu bu, Rio lagi sakit jadi saya lagi jagain dia," ucap Hanna dengan jujur. Seisi bus itu langsung bersiul dan menggoda Hanna dan Rio.

"Cieee Hannaa phewwitt pepet teross," ucap salah satu murid cowok di bus itu yang diikutin murid yang lain. Hanna mencoba tidak menunjukkan rasa malunya saat mereka melakukan hal itu. Yang penting ia bisa memastikan cowok disebelah nya ini makan sampai habis.

"Kenapa kamu yang jagain dia?" ucap Bu Yeti lagi sambil melipat tangannya.

"Loh emangnya kenapa? Gak ada salahnya kan?" Hanna menjawab Bu Yeti. Bu Yeti terlihat berpikir sambil menatap Hanna dengan tatapan curiga.

"Hanna disini aja ya bu, oke oke? Sip?" Hanna mengedipkan matanya kepada Bu Yeti.

"Yasudah, ibu lapor dulu sama guru pengawas di bus kamu biar mereka gak kecarian," ucap Bu Yeti pasrah, karena ia merasa tidak ada salahnya juga anak itu berada di bus ini. Rio yang masih memakan rotinya tertawa kecil melihat 'pertikaian kecil' Hanna dan Bu Yeti.

"Jangan ketawa-ketawa, makan mie pecel nya juga,"

"Sabar dong Hann, satu satu," ucap Rio tertawa. Setelah 15 menit sampai bus sudah berjalan, akhirnya Rio selesai menyantap makanannya.

"Udah habis, puas?" tanya Rio kepada Hanna.

"Banget, sini bentar," Hanna menempelkan punggung tangannya lagi ke dahi dan leher Rio. "Hmm udah gak anget, kayanya lo tadi gak enak badan karena kelaparan deh...," ucap Hanna yang menatap Rio dengan raut wajah sedih, lalu ia tertawa terbahak-bahak.

"Hahahahaha lucu banget sih dasar bayi besar," Hanna mengacak pelan rambut Rio yang membuat Rio merasa wajahnya menjadi panas lagi.

"Ahh! Apaan sih! Lo jangan megang g-gue," ucap Rio yang memegang tangan Hanna untuk melepasnya dari rambutnya.

"Aduh guys panas panas PANAS! Ada yang pacaran di bus GUYS ADUH PANAS!" ucap murid cowok tadi yang sebelumnya menjadi provokator. Terdengar lagi suara 'cie cie' dari dalam bus itu, bahkan supir bus itu pun juga ikut menggangu mereka berdua. Untung saja Bu Yeti bisa menenangkan bus itu. Hanna yang takut Rio demam lagi langsung memberikan obat yang dibawanya tadi kepada Rio. Hanya sekedar pencegahan kalau kata Hanna. Rio mau tidak mau memakan obat itu karena Hanna memaksa.

"Nah karena lo udah makan dan udah minum obat, sekarang gue mau nanya, lo kenapa pindah bus?" tanya Hanna yang direspon Rio dengan keheningan. "Sebelum lo jawab, jangan bilang karena lo sakit jadi lo pindah bus, itu bukan alasan," ucap Hanna sambil melipat tangannya.

Rio bingung mau menjawab apa.

Karena alasannya adalah...

Hanna.

———

One More ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang