Chapter 29

13.9K 1.2K 4
                                        

Sesampainya di tempat outbound, para guru memberikan waktu para murid untuk makan siang terlebih dahulu. Tempat outbound ini sangat banyak penjual makanan dan minuman, membuat para murid berpencar untuk mencari beraneka jenis jajanan.

Beruntungnya Hanna, tadi Ezra sudah memberikannya makanan yang dititipkan oleh Gammy. Saat ini Hanna hanya perlu mencari minuman.

Selagi berkeliling mencari minuman, tiba-tiba Ezra muncul di depan Hanna membawa dua buah minuman.

"Kelly nih buat lo," Ezra menyerahkan minuman di tangan kanannya kepada Hanna.

"Eh kak, eh— maksudnya Ezra, apa ini kak?" ucap Hanna tidak sadar kalau dia mengulangi kata yang sama lagi.

"Kadal, yah minuman lah malah pake nanya," Ezra memutar matanya malas, Hanna langsung cekikikan mendengar kata 'kadal' dari mulut Ezra.

"Pfttt iya tau, maksudnya ini buat gue?"

"Iya, nih," Ezra menyerahkan minuman itu lagi dan Hanna mengambilnya.

"Makasih ya Ezra," Hanna menunjukkan senyuman manisnya. Ezra terdiam melihat Hanna yang tersenyum seperti itu.

"Ohiya Ezra lo udah makan?" tanya Hanna.

"Hah? Oh belum belum,"

"Kalo gitu makan bareng gue yuk? Gue gak bisa ngabisin makanan dari Gammy ini sendiri,"

"Makan siang sama lo?" tanya Ezra memastikan.

"Iya, kenapa? Gak mau ya? Yaudah de—,"

"Ayo ayo, gue tadi ada lihat meja kosong disana," ucap Ezra langsung sambil mengambil rantang yang sedari tadi dipegang Hanna. Hanna hanya tersenyum sambil mengikuti Ezra dari belakang.

Sesampainya di meja, Hanna langsung membuka satu demi satu makanan yang telah diberikan Gammy kepada dirinya. Semua makanan itu terlihat sangat lezat dan sangat...banyak.

"Ini kita bisa abisin berdua gak ya...," ucap Hanna melihat makanan-makanan di meja mereka.

"Bisa lah, lagian lo kan rakus Kelly," ucap Ezra dengan santainya.

"Ish!" Hanna berdecak sambil mengambil makanan itu dan memakannya.

"Astaga enak banget...," ucap Hanna sambil mengunyah. "Ezra buruan makan juga," Ezra mengangguk sambil mengambil makanan itu juga. Ezra melihat Hanna makan dengan lahapnya sama seperti saat dirumahnya kemarin.

"Kelly, tolong ambilin itu, jauh banget tangan gue gak sampe," Ezra menunjuk kearah makanan di dekat tangan kanan Hanna.

"Hmm, ini?"

"Bukan, yang itu,"

"Ini?"

"Bukan,"

"Yang mana sih...," Ezra bangkit dari tempat duduk nya dan memajukan badannya sedikit. "Yang ini, dasar," Ezra mengambil makanan yang ternyata adalah 'perkedel'.

"Ih ya ampun lo tinggal bilang perkedel aja susah banget ya," Hanna tertawa sampai tidak sadar ada satu butir nasi di bibir atasnya.

"Di bibir lo ada nasi tu," Ezra menunjuk-nunjuk ke arah bibir Hanna. "Hm?" Hanna memegangi bibirnya tapi tidak ada mengenai nasi tersebut. Gemas karena Hanna tidak bisa mengenai nasi tersebut membuat Ezra bangkit lagi dari tempat duduknya dan mengambil nasi tersebut dengan tangannya sendiri. Ezra meletakkan butir nasi itu di tangan Hanna. Hanna hanya bisa terdiam dengan apa yang dilakukan Ezra saat ini. Melihat Hanna yang tidak melanjutkan makannya, membuat Ezra heran.

"Kelly, lo gak makan lagi?" tanya Ezra, tapi Hanna masih diam saja.

Hanna yang masih diam disadarkan oleh bunyi ponselnya.

"Ha..halo iya?"

"Hann lo dimana?" ucap Rio di telepon. Hanna melihat kearah sekitarnya untuk mendeskripsikan tempatnya berada.

"Gue di meja yang dekat pohon besar banget, gak jauh dari tempat mencar tadi kok,"

"Oh yaudah gue kesana ya,"

Hanna menutup teleponnya dan melanjutkan makannya. "Siapa?" tanya Ezra. "Rio, mau kesini katanya," ucap Hanna, Ezra menatap Hanna dengan serius sambil menghentakkan jari-jarinya dimeja.

Melihat Ezra yang menatap nya seperti itu, Hanna berdecak. "Ck, haloo? Ada apaan kok lo ngeliatin kaya gitu?" tanya Hanna.

Ezra menatap Hanna beberapa saat lagi sebelum mengatakan hal yang menurut Hanna aneh. "Lo.. deket sama dia?" tanya Ezra.

Hanna menaikkan alisnya sebelah. Apa maksud pertanyaan Ezra itu? "Yah bisa dibilang begitu? Rio salah satu temen baru gue setelah balik ke masa in—," Hanna menghentikan ucapannya saat ia sadar hampir mengatakan hal yang pasti akan membuat Ezra bertanya-tanya. "...ke masa indah yang lebih baik, kaya gue sekarang gini," ucap Hanna yang mengatakan hal apapun yang terlintas dari pikirannya sambil menaikkan kedua bahunya.

Ezra menatap Hanna dengan tatapan lucu sebelum dirinya mengeluarkan suara tawa. "Lo ngomong apaan sih?" Hanna merasa malu saat ini karena ia sendiri juga tidak tahu mengapa ia mengatakan hal tidak nyambung seperti tadi.

Setelah puas tertawa, Ezra merogoh saku celananya dan mengeluarkan handphonenya, menyerahkannya kepada Hanna. Hanna yang bingung hanya mengambil handphone tersebut tanpa tahu maksudnya apa.

"Kenapa lo ngasih handphone tiba-tiba?" tanya Hanna bingung.

"Masukin nomor lo," ucap Ezra dengan santainya. Mencoba menggoda Ezra, Hanna mengatakan sesuatu untuk memancing Ezra.

"Buat apaan? Modus yaa? Hiiii," ucap Hanna sambil tertawa. Rasakan, kali ini Hanna yang tertawa. Ezra yang mendengar suara tawa Hanna hanya bisa memutar bola matanya malas. "Biar gue jadi temen baru lo juga 'setelah lo balik ke masa indah yang baik ini'," jawab Ezra dengan nada sarkas sambil membuat tanda kutip dengan kedua tangannya. Shit, anak ini pandai membuat orang tidak berkutik. Padahal Hanna berencana membalasnya.

Hanna yang kalah mengetikkan nomornya dan memberikan handphone itu kembali kepada Ezra. "Nih!" ujar Hanna nyolot.

Setelah memberikan nomornya kepada Ezra, Hanna merasakan handphone nya bergetar disakunya.

Rio
"hann gue gajadi kesana, gue balik ke bus ni bdn gue kurang enak,"

Hanna terlihat khawatir karena acara outbound belum dimulai tapi Rio sudah tidak enak badan. "Apa karena mabuk perjalanan ya?" batin Hanna.

"Siapa?" ucap Ezra penasaran karena ia melihat wajah Hanna yang diam saja memandangi layar handphone nya.

"Rio, gak jadi kesini katanya kurang enak badan," ucap Hanna tanpa memandang ke arah Ezra.

"Baguslah," ucap Ezra pelan.

"Hah? Lo bilang apa?" tanya Hanna yang sepertinya mendengar Ezra mengatakan sesuatu. Ezra hanya menggelengkan kepala sambil melanjutkan memakan sisa makanan yang berada dimeja itu.

———

One More ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang