Hari outbound telah tiba. Para murid yang ikut acara tersebut harus berkumpul di lapangan sekolah untuk didata kembali. Beruntung-nya bagi Aurin, karena Hanna berhasil membujuk kedua orang tua-nya, membuat Aurin bisa ikut.
Karena pihak sekolah menyatakan bahwa murid-murid boleh menggunakan pakaian bebas, Hanna menjadi kreatif dengan gaya berpakaiannya. Saat Hanna sampai disekolah, murid-murid memandangi dirinya. Mereka berpikir, bagaimana Hanna bisa terlihat.. stylish? Hanna seperti datang dari masa depan.
"Eh lihat deh Hanna bajunya kok bisa bagus banget gitu sih? Dia beli dimana ya?"
"Mau outbound atau fashion show sih dia?"
"Cantik banget...,"
Berbagai reaksi Hanna dengar, tapi jika Hanna boleh jujur, Hanna sangat senang jika ada yang memuji atau membicarakan bajunya, ia tidak munafik.
Selagi berdiri dilapangan sendiri menunggu teman-temannya yang lain, Hanna didatangi oleh salah satu orang seniornya yang Hanna tidak pernah lihat sebelumnya.
"Hai," ucap cowok itu.
Hanna menoleh dan hanya memberikan senyuman kepadanya.
"Dari ekspresi lo kayanya lo ga kenal gue ya?" ucap cowok itu sambil tertawa. "Kenalin gue Guntur," lanjutnya sambil menjulurkan tangan. Hanna yang hanya ingin bersikap ramah mau tidak mau menyambut tangan Guntur.
"Hann—," belum sempat Hanna menjulurkan tangannya, tiba-tiba tangan lain meraih tangan Hanna.
"Nama dia Hanna, lo pasti udah tau," ucap Ezra.
"Eh Zra, gue mau kenalan kok sama dia, kenapa lo yang jadi perantaranya?" ucap Guntur yang agak kesal.
"Apanya yang kenalan kalo lo emang udah tau dia siapa? Jangan banyak alasan,"
"Bangsat," ucap Guntur lalu ia pergi dari situ.
"Kak Ezra ngapain?" ucap Hanna yang tangannya masih digenggam Ezra.
"Lo gausah berhubungan sama Guntur, dia suka mainin cewek," ucap Ezra langsung.
"Hah? Terus hubungannya sama kak Ezra apa..?"
"Uh.. gue..," Ezra terlihat berpikir sejenak, lalu ia melihat wajah Ezra yang terlihat... malu? Di sisi lain, Ezra tidak sadar ia masih saja menggenggam tangan Hanna.
"Kak tangannya...," Hanna menggoyang-goyangkan tangannya sedikit untuk memberikan kode kepada Ezra, Ezra yang sadar langsung melepas genggamannya.
"Sorry.. sorry," ucapnya. Situasi mereka menjadi awkward Hanna sendiri bingung harus membuka topik apa karena Ezra masih saja berdiri disebelah nya.
"Kemana sih ini semua temen kelas gue?" batin Hanna.
"Oiya gue mau ngasih titipan Gammy buat lo," Ezra menyerahkan kotak makanan yang berjejer.
"Eh apaan nih kak?" ucap Hanna yang langsung sigap menyambut makanan tersebut.
"Gammy masakin lo, kemarin katanya lo makan lahap banget jadi Gammy buatin lagi buat lo,"
"Lahap ya...," Hanna jadi malu sendiri karena memang Hanna makan sangat lahap saat itu. "Ya ampun Gammy baik banget.. Tolong bilang makasih banyak ya kak sama Gammy,"
"Sama gue enggak?" ucap Ezra malas.
"Eh? Iya sama kak Ezra juga dong...,"
"Lo itu ya, udah gue bilang panggil gue Ezra aja," Ezra berdecak sambil menyilangkan tangannya di dadanya.
"Maaf kak, gue gak terbiasa..., lagian kalo dipikir-pikir aneh tau, anak-anak lain manggil kak Ezra dengan sebutan 'kakak' masa gue sendiri yang manggil Ezra, nanti dikira ada apa-apa lagi," jelas Hanna panjang lebar. Ezra tertawa sendiri mendengarnya.
"Hanna! Maafin gue telat," ucap Aurin yang baru sampai.
"Untung belum berangkat," jawab Hanna.
"Luckily! Eh tapi lo kok cantik banget mau outbound aja?!"
"Harus cantik dong! Masa' mau jalan-jalan tampilannya lusuh? Nanti dikira gak semangat tau gak!" ucap Hanna sambil tertawa. Aurin yang mendengar perkataan ikut tertawa. Ezra yang dari tadi berdiri di dekat mereka hanya memandangi Hanna.
"Eh btw, lo bareng kak Ezra ya?" ucap Aurin, Hanna dan Ezra terkerjap.
"Huh? Enggak kok?" jawab Hanna dengan jujur.
"Jadi kok kak Ezra berdiri disini?"
"Oh? Iya ini gue mau balik ke temen-temen gue kok," ucap Ezra langsung. Ezra melambaikan tangannya dan berjalan menuju kerumunan temannya.
"Lo deket ya sama kak Ezra? Kok bisa sih? Cepet banget dunia ini berputarnya, kemarin dia masih marah-marah, sekarang...," ucapan Aurin terhenti.
"Sekarang..?" Hanna menunggu ucapan apa yang ingin di keluarkan dari mulut Aurin. Belum mendengar jawaban Aurin, Hanna merasa ada yang menepuk pundaknya dari belakang.
"Hey Hann," ucapnya pelan dari belakang Hanna. Hanna menoleh dan melihat Rio.
"Wah Rio! Gue kira ko gak jadi ikutan!"
"Ikut lah, gue kan udah bilang kemarin," ucap Rio. "Tapi temen gue si Harris gak jadi ikut," lanjutnya.
"Harris? Oh yang selalu bareng sama lo itu ya?" tanya Hanna memastikan, Rio hanya mengangguk.
"Hanna gue mau kekamar mandi dulu ya, jagain tas gue!" ucap Aurin lalu ia bergegas ke kamar mandi.
"Um Hann, lo duduk bareng siapa nanti?" ucap Rio.
"Gue belum tau sih, paling sa-,"
"Kalo gitu kita duduk bareng gimana?" ucap Rio langsung. Hanna bingung karena ia takut Aurin duduk sendiri. Di sisi lain Hanna tidak sampai hati melihat Rio dengan tatapannya yang seperti kucing ingin meminta makan.
"O-oh yaudah kalo gitu," ucap Hanna. "Tapi emangnya boleh ya dari kelas lain gabung?"
"Boleh kok, gue udah nanya Pak Dwi,"
"Prepare banget dia sampe udah nanya Pak Dwi," batin Hanna, Hanna tertawa kecil membayangkan hal itu.
"Kok lo ketawa?" tanya Rio.
"Hm? Gak kok," Hanna berdehem sambil mengedarkan pandangannya.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya murid-murid masuk ke dalam bus. Hanna sangat antusias karena sudah lama ia tidak merasakan hal seperti ini.
"Eh eh eh! Rio lo ngapain di bus ini?! Terus kenapa duduk sama Hanna?" ucap Aurin yang tidak senang melihat Rio duduk bersama Aurin.
"Emangnya kenapa?"
"Terserah. Gue mau duduk sama Hanna, minggir!"
"Apaan sih? Udah lo duduk belakang aja masih kosong itu," ucap Rio.
"Ish! Hanna!" Aurin berdecak sambil menarik-narik kecil baju Hanna. Tampak seisi bus itu melihat pertikaian mereka berdua.
"Udah gue tebak bakalan kayak gini akhirnya...," batin Hanna.
"Aurin sayang lo duduk belakang gue aja ya? Nanti pas sampe tempat outbound gue traktir pop mie gimana?"
"Disogok pop mie ih! Yaudah!" Aurin berdecak sambil melangkah ke arah kursi dibelakang Hanna. Melihat Aurin yang langsung menerima tawaran Hanna, membuat Hanna menjadi tertawa.
———

KAMU SEDANG MEMBACA
One More Chance
Teen Fiction10 tahun yang lalu Hanna merupakan murid nakal yang suka mengganggu anak lain. Ia tidak memiliki banyak teman. Karena Hanna merupakan seorang bully disekolah nya, membuat orang-orang tidak menyukai dirinya. Sekarang Hanna yang berusia 26 tahun telah...