Chapter 31

13.4K 1.1K 21
                                        

Rio bingung harus menjawab apa pertanyaan Hanna. Tidak mungkin ia mengatakan penyebabnya karena Hanna.

*1 jam yang lalu*

Setelah menutup telepon Hanna, Rio mencari tempat yang disebutkan Hanna sebelumnya. Saat itulah Rio melihat Hanna sedang makan bersama...,

"Ezra?" ucap Rio yang melihat mereka dari kejauhan. Mengapa mereka bisa berduaan lagi? Apa sebenarnya hubungan mereka? Rio merasa sangat tidak suka, sangat SANGAT tidak suka. Bodohnya Rio, ia tidak ingin mengakui pada dirinya sendiri bahwa dirinya saat ini sedang cemburu.

Katakanlah dirinya cemburu, mengapa hal itu bisa terjadi? Cemburu itu terjadi saat orang yang kita suka dekat dengan orang lain. Sedangkan Rio tidak menyukai Hanna seperti itu. Benar bukan? Jadi ini bukan cemburu, batin Rio.

Rio mengambil handphonenya lagi dan mengetikkan sebuah pesan kepada Hanna lalu ia kembali ke bus kelasnya. Saat ini dia 'kesal' dengan Hanna, itu saja yang dipikirannya saat ini.

*Sekarang*

Jika Rio memberi tahu penyebabnya, pasti Hanna akan mengejeknya setiap hari. Ia yakin akan hal itu. Untuk itu Rio harus mencari alasan lain yang masuk akal agar Hanna berhenti menanyainya.

"Gue pindah bus karena..., gue gak mau ganggu waktu lo sama Aurin..., iya itu dia alasannya," ucap Rio sambil mengangguk.

"Karena... Aurin?" tanya Hanna lagi dengan raut wajah curiga. Rio langsung menganggukkan kepalanya dengan semangat. "Tadi aja gue ama dia cekcok perkara tempat duduk kan? Makanya gue ngalah, gitu...,"

Hanna terlihat masih curiga. Rio berharap semoga Hanna mempercayai omong kosong yang disebutkannya tadi.

"Padahal tadi Aurin udah gue sogok pake pop mie loh, mana mungkin dia masih kesel?" ucap Hanna dengan polosnya.

"Bego banget sih nih bocah," batin Rio sambil menunjukkan senyuman tipis.

"Walaupun udah disogok gue yakin pasti dia tetep nyuruh gue pergi, makanya gue inisiatif pindah ke bus ini," Hanna mencoba mencerna perkataan Rio.

"Tapi tadi! Kenapa nada ngomong lo ketus gitu? Emangnya salah gue apa?"

"Hah?" Rio menaikkan alisnya sebelah.

"Pas gue nanya 'Lo dimana?' Lo jawabnya 'Gue di bus'," ucap Hanna mempraktekkan ucapan Rio dengan nada yang dibuatnya berat mengikuti cara berbicara cowok itu. Rio yang mendengar Hanna berbicara seperti itu langsung tertawa.

Sebenarnya Rio memang sengaja melakukan hal itu, karena saat itu ia masih 'kesal' dengan Hanna yang berduaan dengan Ezra, walaupun sebenarnya hal itu tidak ada salahnya karena apa hubungannya dengan Rio?

Tapi saat melihat Hanna disampingnya memberikannya obat bahkan membelikannya makanan, membuat rasa 'kesal' Rio hilang begitu saja.

"Iya maaf ya kalau gue kedengarannya ketus, lain kali kalau ngomong sama lo gue lembutin deh," ucap Rio sambil tertawa lalu ia mencubit pelan hidung Hanna. Hanna yang dipegang hidungnya langsung merasa aneh, mengapa saat ini dirinya ya yang terasa panas?

"Stop stop STOP HENTIKAN semua ini! Gue gak bisa lihat orang mesra-mesraan kaya gini!" ucap cowok sebelumnya yang masih saja menjadi provokator di dalam bus itu. Suara 'cie cie' terdengar lagi membuat Hanna dan Rio malas.

Hanna heran mengapa dari tadi cowok itu memperhatikan apa yang dilakukannya dengan Rio. Tetapi asal cowok itu berbicara, pasti murid-murid lainnya menyahuti nya. Hal itu membuat Hanna merasa lucu. Kelas ini terlihat sangat kompak.

———

Di perjalanan selama 2 jam membuat Rio tertidur lagi, tapi tidak dengan Hanna. Ia menikmati setiap pemandangan yang ia lihat dari jendela bus itu. Tempat outbound ini sangat luas, untung tadi pihak sekolah menyarankan untuk makan siang dulu sebelum melanjutkan perjalanan.

"Rio, kita udah sampe nih," Hanna menggoyang-goyangkan badan Rio untuk membangunkannya. Rio membuka matanya perlahan dan melihat ke sekitar.

"Gak herasa ha," ucap Rio sambil menguap. "Gak terasa apaan, lo itu tidur 2 jam ya wajar aja gak terasa," ucap Hanna malas sambil bersiap-siap untuk keluar dari bus ini, ia tidak sabar menghirup udara segar dari hutan ini. Tidak lupa sebelum keluar, Hanna menyuruh Rio untuk mencuci muka agar dirinya tidak mengantuk. Hanna benar-benar merasa saat ini dia sedang merawat bayi besar.

"Tungguin gue kita barengan ya," ucap Rio menahan tangan Hanna, lalu ia merapikan rambutnya yang berantakan karena tidur tadi.

"Ganteng banget sih ini anak padahal baru bangun tidur," batin Hanna. Hanna tetap memperhatikan Rio sampai Rio menatapnya kembali. "Kenapa? Ada yang aneh di muka gue?" tanya Rio yang clueless.

"L-lo ileran tuh! Buruan cuci muka sana!" ucap Hanna yang pastinya adalah dusta. Rio yang mendengar kata 'iler' langsung bangkit dari kursinya dan keluar dari bus itu meninggalkan Hanna. Padahal tadi ia menahan Hanna untuk keluar bersama, dasar.

Murid-murid berkumpul di lapangan untuk didata kembali, Hanna keluar dari bus dan bergabung dengan barisan kelasnya. Untung saat di perjalanan tadi Hanna sudah mengirimkan SMS kepada Aurin alasan ia pindah bus, jika tidak Hanna yakin pasti anak itu akan kesal kepada dirinya.

Aurin yang melihat Hanna langsung menariknya ke dalam barisan dan bercerita mengenai perjalanannya yang sangat membosankan selama 2 jam, padahal Aurin mengikuti outbound ini karena Hanna ikut. Tapi Aurin mengerti mengapa tadi Hanna berada di bus kelas Rio karena Rio sedang sakit.

"Habis ini kita sama-sama terus ya!" ucap Hanna sambil memeluk sahabatnya itu. Suara toa mulai terdengar yang artinya semua murid sudah berkumpul di lapangan ini.

"Baiklah anak-anak, bapak akan membagi kalian ke beberapa grup agar kalian bisa memulai membangun tenda kalian masing-masing," ucap Pak Dwi yang mengeluarkan sebuah kertas dan membacakan nama-nama yang tertulis dikertas itu. Beruntung bagi Hanna, ia satu tenda bersama Aurin dan Ayu. Well, Hanna tidak tahu apa Ayu menganggap dirinya beruntung atau tidak.

"Guys! Kita satu tenda!" ucap Ayu yang mendatangi barisan Hanna dan Aurin. "Antusias banget lo?" ucap Aurin. Ayu hanya membalas perkataan Aurin dengan senyuman. Sepertinya Ayu juga senang satu tenda bersama mereka, batin Hanna. Mereka langsung mencari spot tempat mereka membangun tenda, Pak Dwi mengatakan lokasinya tidak boleh jauh dari tenda-tenda lainnya.

"Ini gimana sih masangnya?" ucap Hanna yang kesusahan memasang tenda. Selama dirinya hidup ia belum pernah sama sekali memasang tenda, ia mengira memasang tenda adalah hal yang mudah padahal kenyataannya...

"Sumpah bagian ini dipasang dimana, kok panjang banget?" Aurin mengangkat sebuah tiang yang memang terlihat panjang, Hanna bingung bagian itu diletak dimana. "Si Ayu lagi pake acara ke toilet segala! Dia lagi ngasih sesajen apa pipis sih? Lama amat," lanjutnya. Hanna ingin tertawa melihat keadaan mereka saat ini karena Aurin marah-marah tidak jelas dan tenda mereka belum terlihat wujudnya.

"Hanna sini gue bantuin," ucap Rio yang datang menghampiri Hanna.

"Kelly lo bisa? Gue bantu ya," ucap Ezra yang datang dari arah kanan Hanna.

Hanna melihat ke arah kiri dan kanannya. Mengapa dua cowok ini bisa datang bersamaan menghampiri Hanna?

Seperti ada tombol peringatan di kepala Hanna, Rio+Ezra+Hanna = gunjingan orang. Dan benar saja, saat melihat ke sekelilingnya, murid-murid sedang memandangi mereka.

"Ah shit, here we go again...," batin Hanna.

———

Jangan lupa vote dan comment ya readers tersayang! Agar aku semakin semangat nulisnya! Terima kasih semua!
- xoxo, zayddan ♡

One More ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang