Chapter 40

7.2K 427 3
                                        

Hanna mendapatkan jawaban yang sama dari Aurin dan Ayu, bahwa Rio menyukai Hanna dan begitu pula sebaliknya. Hanna sampai dibilang bodoh oleh temannya itu karena tidak bisa menyadari hal itu.

Aurin mengatakan kalau pandangan Rio kepada Hanna adalah pandangan orang yang sedang jatuh cinta, bahkan Ayu yang polos saja menyadari hal itu. Hanna benar-benar merasa bodoh, apakah mungkin penyebab Hanna tidak menyadari hal-hal itu adalah karena Hanna juga suka kepada Rio? Entahlah.

Saat ini Hanna dan Rio sedang duduk di salah satu kedai minuman yang berada tidak jauh dari Medley Highschool, sesuai dengan janji Rio tadi yang ingin mengajak Hanna mengobrol setelah pulang sekolah. Hanna tidak akan menghindari Rio lagi karena ia pikir sampai kapan dirinya akan menghindari Rio? Lagi pula Hanna sebenarnya sangat senang berada di sekitar Rio, menghindari Rio merupakan hal yang bodoh. Terima kasih untuk Aurin dan Ayu yang menyadarkan Hanna. Hanya saja saat berada di dekat Rio, Hanna merasa resah. Resah dengan konotasi baik.

"Jadi..., lo beneran gak ngindarin gue kan Hann?" tanya Rio.

"Enggaaa Rio, ngapain juga gue lakuin itu? Emangnya lo ada salah apa hahaha," jawab Hanna sambil mengeluarkan tawa yang terdengar aneh. "Lagian kita kan gak ngobrol cuman beberapa hari, bukan sampe berminggu-minggu,"

Rio menyilangkan tangannya sambil memikirkan jawaban Hanna. Kemudian ia tersenyum dan meminum beberapa teguk minumannya yang berada didepannya.

"Syukur deh, gue khawatir lo marah karena pura-pura jadi pacar gue kemarin...," Rio tersenyum sambil menghela nafasnya. Rio sebenarnya ingin mengatakan hal itu di kantin tapi karena ada orang lain di kantin itu membuat Rio mengurungkan niatnya.

"Oh iya gimana kemarin acaranya? Orang tua lo gak heran kan gue gak datang?" Hanna mencoba mengubah topik pembicaraan. Sebenarnya Hanna juga penasaran dengan hal itu.

"Aman kok, dan juga semenjak kita umumin kalo kita pacaran, orang tua gue gak pernah suruh gue untuk ngedate bareng Tiara. Jadi cara kita ini bener-bener sukses,"

Hanna terdiam sejenak. Bahkan Hanna tidak mendengar kata-kata Rio setelah mendengar kata 'ngedate bareng Tiara'. Apa artinya selama ini Rio selalu jalan bersama dengan Tiara sedari dulu?

Yang membuat Hanna bingung adalah mengapa dirinya kesal?

"Oh," ucap Hanna singkat.

"Oh aja...?" tanya Rio yang heran dengan jawaban singkat Hanna.

"Jadi lo selalu jalan bareng Tiara? Dari kapan?" Bahkan Hanna tidak sadar kalau ia menyebut nama Tiara tanpa 'Kak'. Ia sudah tidak peduli karena dirinya kesal saat ini.

"Dari tahun lalu, kami selalu disuruh jalan bareng tiap minggu,"

Hanna benar-benar kesal. Sebenarnya tidak ada alasan Hanna untuk kesal karena semua hal itu terjadi sebelum Hanna menyadari perasaannya kepada Rio, tapi tetap saja mengapa Hanna merasa kesal? Rasanya Hanna tidak terima dengan kenyataan kalau Rio selalu pergi bersama Tiara setiap minggu.

"Wah seru ya," jawab Hanna sarkastik. Rio menaikkan alisnya sebelah menunjukkan raut wajah yang bertanya-tanya dengan perilaku Hanna saat ini.

"Han lo kenapa?" tanya Rio sekali lagi dengan raut wajah kebingungan, Hanna tiba-tiba bersikap aneh.

"Oh engga, gapapa kok, udah selesai kan ngomongnya? Gue udah bisa balik?"

"Gue anteri-,"

"Gausah gue udah suruh jemput supir kok,"

Untungnya Hanna sudah mengabari supirnya, Pak Beni, kalau Hanna berada di kedai minuman ini jadi Hanna bisa langsung pulang. Setelah mengatakan dirinya dijemput, Hanna langsung pergi dari tempat itu.

Sesampainya dirumah Hanna langsung berlari menuju kamarnya dan berteriak sekeras mungkin dibalik bantalnya, karena tindakan bodohnya tadi terlintas kembali dipikirannya. Mengapa Hanna bertingkah seperti orang yang cemburu? Pasti Rio akan mengira yang tidak-tidak. Hanna yakin dengan hal itu.

Wait. Apakah Hanna baru saja mengatakan kalau dirinya cemburu...?

Rio benar-benar membuat Hanna panas-dingin. Padahal mereka tidak ada hubungan spesial tapi mengapa semua hal yang berhubungan dengan Rio membuat Hanna menjadi seperti ini? Hanna sampai malu sendiri karena tingkahnya yang seperti ABG labil. Well, bagian ABG itu tidak sepenuhnya salah karena memang Hanna saat ini masih remaja, hal ini pasti berdampak dengan cara kerja otaknya.

"Iya pasti itu alasannya, gue gak mungkin bersikap kaya gini hanya karna seorang cowok," ucap Hanna kepada dirinya sendiri untuk menyenangkan dirinya.

———

Berada di dalam ekskul musik ternyata memiliki banyak manfaat, Hanna sendiri takjub dengan perkembangan kemampuannya. Sebelumnya ia tidak pernah memegang gitar sama sekali, tetapi saat ini dia sudah bisa memainkan beberapa nada walaupun ia kadang masih salah memetik kunci gitar. Ekskul musik memberikan pilihan ke anggota baru nya untuk memilih instrumen apa yang ingin dipelajari, karena mereka harus bisa memainkan atau mahir menggunakan alat musik minimal satu alat musik.

Hanna sebenarnya ingin memilih mempelajari piano lagi karena hanya alat musik itu yang familiar bagi Hanna, tapi pada akhirnya Hanna memilih gitar karena ia merasa apa salahnya mencoba hal baru?

"Salah, itu kunci E, ulang lagi," ucap Ezra kepada Hanna yang sedang memetik gitar. Saat ini Ezra sedang mengawasi anggota yang memilih gitar untuk dipelajari.

"Masih salah," ucap Ezra. Hanna menjadi kesal. Bukan kesal kepada Ezra, melainkan kepada dirinya sendiri. Saat ini ia tidak fokus karena perkataan Rio kemarin.

"...kami selalu disuruh jalan bareng tiap minggu,"

Hanna memetik senar yang salah lagi membuat Ezra kembali mengoreksinya.

"Salah, lagi," ucap Ezra, suaranya terdengar agak tinggi dari sebelumnya. Sepertinya Ezra juga sudah kesal dengan Hanna.

"Sorry kak...," ucap Hanna sambil melihat kearah bawah. Ucapan Rio benar-benar menganggunya. Hanna mencoba mengabaikan hal itu tapi hal itu tetap saja mengganggunya.

"Ikut gue," ucap Ezra. Ezra berjalan dari lapangan menuju ke salah satu kelas kosong, Hanna hanya mengikuti Ezra dari belakang.

"Gue butuh bantuan lo," ucap Ezra langsung kepada Hanna. Hanna kira Ezra akan memarahi nya karena melakukan kesalahan tadi.

"Hm? Bantuan apa?" ucap Hanna sambil meletakkan gitar yang dipegangnya disalah satu meja.

"Gammy ulang tahun Sabtu ini dan gue belum beli kado...," Ezra menjelaskan situasi yang dialaminya. Ezra hampir lupa karena ia sedang sibuk dengan latihan untuk turnamen bola basketnya, bahkan selesai ekskul musik ini Ezra akan lanjut latihan dengan timnya. Jadi ia ingin meminta bantuan Hanna untuk memilih hadiah.

"Sebagai gantinya gue bakalan ajarin lo main gitar sampe bisa mainin satu lagu, gimana?" ucap Ezra, mendengar hal itu Hanna menjadi tertarik. Sebenarnya tanpa hal itu pun Hanna akan tetap membantu Ezra karena memilih hadiah untuk Gammy sama sekali tidak merepotkan, tetapi karena Ezra menawarkan, mengapa tidak?

"Oke!" jawab Hanna antusias, sambil menyodorkan tangannya ke depan dengan maksud menunjukkan kesepakatan.

"Beneran? Well that was fast," Ezra menjabat tangan Hanna kembali.

"Oh jadi seharusnya gue bilang gausah ni," Hanna mencoba menganggu Ezra.

"Eh engga engga bukan gitu," jawab Ezra cepat, Hanna hanya tertawa.

"Kapan kita cari kadonya?" ucap Hanna.

"Besok pulang sekolah gimana? Gue besok gak ada latihan," Hanna mengangguk mengiyakan, lalu mereka kembali ke lapangan lagi untuk menyelesaikan latihan ekskul musik hari ini.

———

Terima kasih untuk para readers yang udah komen dan vote! 🥰
xoxo, zayddan.

One More ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang