Melihat Pak Rudi yang terlihat seperti meremehkan Hanna, membuat Hanna memberanikan dirinya untuk berbicara lagi.
"Sa-saya tahu kok Pak!" ucap Hanna ragu-ragu.
"Oh ya? Coba kalau begitu, kalau jawaban kamu benar, saya kasih nilai A, kamu tidak perlu mengikuti ujian lagi,"
Murid-murid langsung berbicara dengan teman sebangkunya, penawaran yang sangat menarik! Bayangkan saja, jika menjawab pertanyaan Pak Botak (baca: Pak Rudi) dengan benar, maka Hanna tidak perlu mengikuti ujian lagi! Hal itu terlalu bagus untuk menjadi kenyataan.
"Jadi jawabannya adalah... uhm... kritik intern itu... dilakukan untuk membuktikan bahwa suatu sumber sejarah dapat dipercaya (credible), atau diandalkan (reliable). Terus kalau kritik ekstern itu dilakukan untuk memastikan bahwa sumber tersebut asli, bukan tiruan, dan masih... utuh?" jawab Hanna perlahan-lahan karena ia berusaha mengingat jawaban yang terekam di memori nya 10 tahun yang lalu.
Pak Rudi terdiam. Penghuni kelas pun terdiam. Mereka keheranan karena mereka mencari jawabannya di buku dan mereka tidak menemukannya, tapi Hanna tanpa membuka buku pun bisa menjawab pertanyaan itu.
"Kok—," Pak Rudi menggantungkan ucapannya. "Bagaimana kamu bisa tahu jawabannya?!" ucapan Pak Rudi membuat seisi kelas melongo, tidak menyangka bahwa jawaban yang diberikan Hanna benar!
"Uhm saya pernah baca di buku lain Pak...," jawab Hanna yang pastinya adalah dusta.
"Hahahahaha!" Pak Rudi tertawa. Murid di kelas itu makin kebingungan, karena selama mereka sekolah di Medley High, mereka tidak pernah melihat Pak Rudi tersenyum, apalagi tertawa!
"Berikan tepuk tangan untuk Hanna!" Pak Rudi tepuk tangan diikuti oleh tepukan tangan murid-murid yang perlahan mengisi suara kelas.
"Sesuai janji saya, kamu tidak perlu mengikuti ujian, nilai kamu A," terlihat tatapan 'iri' dari isi kelas Hanna karena Hanna tidak perlu mengikuti ujian lagi. Setelah sesi tanya jawab yang menegangkan tadi, Pak Rudi meninggalkan kelas dan setelah Pak Rudi meninggalkan kelas, murid-murid dikelas Hanna langsung mengerumuni Hanna.
"Hann! Lo hebat banget bisa tau jawaban dari pertanyaan 'mustahil' Pak Botak!" ucap Aurin yang sudah kembali duduk di sebelah Hanna.
"I-iya Hann lo baca buku apa?" tanya salah satu murid yang tidak pernah mengajak Hanna berbicara. Hanna tidak menyangka akhirnya teman sekelasnya tidak takut lagi mengajaknya berbicara. Mereka semua menunggu jawaban dari Hanna.
"Uhm itu kemarin aku baca di perpustakaan, tapi aku lupa nama bukunya apa... maaf ya temen-temen," Hanna tersenyum sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Senyuman Hanna cantik. Itulah yang dipikirkan sebagian teman kelasnya yang sedang melihat Hanna saat ini.
"Eh baru tau gue Hanna kalo senyum cantik juga ya?" ucap salah satu murid laki-laki di kelas Hanna kepada temannya. Temannya hanya mengiyakan sambil menatap Hanna. Pandangan teman sekelas Hanna langsung berubah terhadap dirinya. Mereka sekarang yakin kalau Hanna benar-benar sudah berubah. Mereka tidak ada lagi yang bersikap kaku ataupun sinis kepada Hanna. Hanna merasa sangat senang.
Di kantin, Aurin memandangi Hanna yang sedari tadi tersenyum saja. Sambil menyulangkan nasi ke mulutnya, Hanna tetap tersenyum, menbuat Aurin agak takut.
"Hann lo gakpapa?" tanya Aurin dengan nada khawatir. Hanna melihat ke arah Aurin, Hanna bingung mengapa Aurin bertanya mengenai keadaannya.
"Uhmm... gue gakpapa kok?"
"Boong! Lo dari tadi senyum-senyum kaya orang gila, yah gue takut dong," ucap Aurin sambil menunjuk ke arah bibir Hanna. Hanna tertawa karena akhirnya ia sadar mengapa Aurin bertanya seperti itu.
"Hahahaha gue senyum-senyum karena gue lagi seneng hehe,"
"Seneng karena?"
"Temen kelas kita udah mau ngomong sama gue, dulu ngeliat ke mata gue aja gak mau, sekarang mereka secara sukarela ngomong sama gue," ucap Hanna dengan senyuman polosnya. Aurin terheran-heran dengan Hanna. Hal seperti itu bisa membuat dirinya senang? Aurin langsung memegang tangan Hanna.
"Hanna dengerin gue, gue bakalan selalu jadi temen lo, apapun yang terjadi, titik!" ucap Aurin dengan sungguh-sungguh. Hanna tersenyum dan mengiyakan perkataan Aurin.

KAMU SEDANG MEMBACA
One More Chance
Novela Juvenil10 tahun yang lalu Hanna merupakan murid nakal yang suka mengganggu anak lain. Ia tidak memiliki banyak teman. Karena Hanna merupakan seorang bully disekolah nya, membuat orang-orang tidak menyukai dirinya. Sekarang Hanna yang berusia 26 tahun telah...