Prolog

92 17 2
                                    

"SAYA TIDAK SUDI MERAWAT BAYI PEMBUNUH ITU!" seru Josua menatap tajam bayi yang terus saja menangis tanpa henti.

"Kamu keterlaluan mas! Dia tetap anak mu dan juga mba Anita!" ucap Thania yang sedang menggendong bayi.

Josua membuang wajahnya dengan kasar meletakan tas jinjing berisi perlengkapan bayi dan juga susu bayi.

"Mas ini anakmu! Dia bukan pembunuh!" kata Ester menatap kakaknya tajam.

Ester sangat kecewa dengan perlakuan kakak laki lakinya itu. Membuang bayi tak berdosa.

"Tidak usah ikut campur urusan saya. Kamu itu lebih muda dari saya,ingat! Saya itu kakak kamu!" bentak Josua kepada Ester.

"Tapi tidak seperti ini mas! Bayi itu butuh ayahnya!"

"Saya tidak sudi,apa kamu tidak mendengar?!"

Oeek...oeek...oeek...

Tangis bayi itu semakin pecah mendengar suara keras dari Josua dan juga Ester.

"Cukup!" pekik Ani,ibu dari Josua dan juga Ester.

"Kamu tidak perlu merawat bayi ini jika kamu tidak mau. Biar ibu yang merawat bayi ini!" ucap Ani,mengambil alih gendongan bayi itu dari Thania.

Ani membawa bayi itu dihadapan Josua yang sudah menatap nya dengan tidak suka.

"Ibu akan merawat cucu ibu sendiri. Ibu tidak akan menyerahkan cucu ibu kepadamu apapun alasannya lagi setelah ibu tau kamu membuang bayi ini!" Ujar Ani penuh peringatan pada Josua.

"Tapi Bu,bayi ini butuh ayahnya.." Lirih Ester.

Ani menoleh ke arah Ester, "Jika tidak ada sosok ayah dan ibu untuk bayi ini. Ibu dan ayahmu masih mampu. Bahkan Thania pasti akan menjaga bayi ini dengan baik. Benar Thania?" tanyanya pada Thania,menantu perempuan istri Ester.

"Iya Bu,saya pasti akan merawat bayi itu." katanya menatap melas ke arah bayi yang sudah diam didalam dekapan ibu mertuanya.

"Baik. Saya akan pergi!" ujar Josua meninggalkan rumah besar keluarga nya.

Ester mencoba menghentikan tingkah bodoh kakaknya. Tetapi percuma,sikap keras kepala dan rasa egoisnya terlalu besar.

"Aku akan merawat bayi ini mas." ucap Thania pada Ester yang sudah berada disampingnya menatap bayi digendongan ibunya.

Ani sangat senang dengan kedatangan cucu pertamanya. Walaupun kelahiran bayi ini penuh dengan kesedihan dan juga kemarahan terhadap anak sulungnya.

"Bayi ini sangat cantik..." ujar Ani.

Thania mengangguk,benar kata ibu mertuanya. Bayi ini sangat cantik.

"Apa ibu akan memberikan bayi ini nama?" tanya Ester kepada ibunya.

Ani mengangguk. "Ibu akan memberikan dia nama sesuai permintaan terakhir dari ibunya sendiri."

"Maksud ibu?"

Ani duduk di sofa dengan menggendong bayi itu.

"Abira Olivia Zerlinda Gunawan."















Hai hai hai...

Gimana kabar kalian?

Sehat?

Em,pasti kalian masih sekolah online kan? Tetep stay safe ya!

Jangan lupa memakai masker dan menjaga jarak.

Jadi,ini cerita baru aku yang udah aku tulis lama dan baru berani aku publish.

Jangan lupa untuk komentar tentang cerita ini dan juga jangan lupa kasih vote ya!✨










-devintaalentaputri

Fakesmile ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang