~Lima~

36 11 0
                                    

Sudah dua hari sejak pertemuan nya dengan Vania di Cafe hari itu,Cello baru mengetahui jika gadis yang kemarin ia tabrak dengan tidak sengaja adalah adik tiri Vania.

Pasalnya,pada saat resepsi pernikahan Tante Anita dan juga Om Josua tidak terlihat gadis bernama Abira itu.

Bahkan pada saat ijab qobul nya pun, Cello hanya melihat keluarga Om Josua tanpa melihat sosok gadis itu.

Flasback on -

"Abira?" Beo Vania.

Cello mengangguk sambil mencomot kentang goreng dan ia masukan kedalam mulutnya.

"Ada urusan apa Lo sama Abi?" Tanya Vania dengan nada ketus.

Jangan salahkan Vania yang langsung ambil sikap jika berurusan tentang abira,adiknya.

Ia tidak ingin abira menjadi korban lara ati dari sahabatnya yang sudah mematahkan hati banyak perempuan.

"Lo beneran kenal dia,Van?" Tanya balik Cello.

Vania memutar kedua bola matanya malas, "menurut Lo?"

"Menurut gue si dia adik Lo,soalnya nama akhir dia itu keluarga baru Lo. Tapi gue rasa juga bukan,kalo dia adik Lo pasti gue tau." jawab Cello.

"Abira adik gue." ucap Vania,membuat Cello yang mendengar nya langsung tersedak.

Uhuk...uhuk...Uhuk...

"Abira? Ad-adik Lo?"

"Ya." jawab Vania singkat.

"Gimana bisa? Bahkan gue baru liat dia anjir disekolah!"

Vania mencubit lengan Cello cukup kuat sampai Cello terpekik kesakitan.

"Ad-aduh... Aduh... Akh..." pekik Cello.

"Sakit Bagong!" cicitnya lagi.

"Bodo amat." jawab Vania mengacuhkan Cello. Vania memilih diam,ia menyeruput minuman yang sudah ia pesan.

"Gue serius Van,kok bisa dia ga hadir waktu pernikahan nyokap bokap Lo?" tanya Cello.

Vania sendiri juga bingung harus menjelaskan apa. Pasalnya ia juga tidak tahu alasan sebenarnya,padahal sebelum h-2 pernikahan ibunya Abira sudah berjanji akan hadir dan menggunakan drees couple yang sudah Vania siapkan.

Namun disaat acara tiba, Abira sama sekali tidak hadir. Memberikan kabar pun tidak,yang ia tahu dari Oma dan Opanya Abi ada keperluan penting yang membuatnya tidak bisa hadir.

Ada rasa aneh ketika Oma dan Opanya menjelaskan,harusnya mereka bisa menjelaskan dengan lancar tanpa harus terbata bata. Namun Vania tidak ingin berprasangka buruk pada Oma dan Opanya apalagi pada Abi,adiknya.

Mungkin memang benar ada suatu hal yang mendesak sampai membuat Abi tidak bisa hadir.

"Woi! Malah diem!" Ucapan Cello membuyarkan lamunan Vania.

"Ah iya... Kenapa?"

"Ck. Gue tanya kenapa waktu nyokap bokap Lo nikah,adik Lo itu ga ada?" tanya ulang Cello.

"Oh. Dia ada kepentingan jadi ga bisa hadir." jawab Vania

"Penting banget? Sampai pernikahan orang tuanya aja ga hadir." Kata Cello.

"Udah lah,ngapain si Lo ikut campur? Suka suka adik gue lah,keluarga gue aja ga permasalahin."

Cello hanya terkekeh.

"Lo ga pernah cerita kalo Lo punya adik cewek? Cantik pula,kan kalo gue tau tuh ya gue bi-"

"Bisa apa? Jangan pernah macem macem Lo ke abi,adik gue kalo Lo masih mau hidup!" Potong Vania

"Yaelah kagak!"

"Gue kenal Lo Cell,gue ga mau adik gue harus sakit hati kaya mantan mantan Lo."

"Sialan!"

"Bener kan?" Ledek Vania.

"Itu salah mereka bukan gue." Bela Cello pada dirinya.

"Sama aja Lo bikin mereka nangis." Cello terdiam,daripada ia harus berdebar dengan sahabat kecilnya. Lebih baik ia menghabiskan makanan yang sudah mereka pesan.

Flasback off-

"Gue harus deketin Abira,apapun caranya walaupun harus berantem sama Vania." batin Cello dengan kekehannya.

Tok...tok...tok...

"Masuk!" Teriak Cello.

Pintu kamarnya terbuka, menampilkan sosok perempuan berusia 38 tahun.

"Cello,ayo makan malam!" ujar Gisel pada anak semata wayangnya.

"Papah emang udah pulang,Mah?" tanya Cello sembari bangkit dari tidurnya.

"Sebentar lagi sampai kok." jawab Gisel.

Cello berdiri dihadapan ibunya,tubuhnya yang lebih tinggi dari ibunya membuat ibunya terkekeh.

"Anak mamah yang dulu manja sekarang udah makin gede,makin tinggi." Ucapnya menggandeng lengan Cello dan menuntunnya turun ke lantai bawah bersama.

"Mamah... Aku ga suka mamah bilang aku manja." rengek Cello.

Gisel terkekeh.

"Masak apa mah malem ini?" tanya Cello

"Ada mie goreng udang,sayur capcay,sayur buncis sosis,dan ... " Jawab Gisel menggantung kan ucapannya membuat Cello pensararan.

"Apa mah? Telor goreng? Ayam?"

Gisel menggeleng kan kepalanya.

Cello yang sudah capek menebak karena sudah beberapa lauk yang ia sebutkan selalu salah,ia merasa jengkel.

"Ah! Udah lah mah,aku capek! Mending langsung liat dimeja makan." Pasrahnya membuat ibunya tertawa kecil melihat tingkah anaknya yang masih tetap sama.

Cello terlebih dulu jalan untuk mendekati meja makan,matanya berbinar senang melihat lauk yang sangat ia kenal itu.

Bagaimana bisa dirinya melupakan lauk kesukaan nya itu? Dasar bodoh!

"Tempe kan mah?" Tanya Cello,Gisel tersenyum dan mengangguk kecil.

Cello langsung berlari kecil memeluk ibunya,tak lupa mencium kening dan juga kedua pipinya secara bergantian.

"Makasih mah,mamah selalu tau apa yang aku suka!" Tutur Cello.

"Apa si yang mamah gatau tentang anak semata wayang kesayangan mamah ini?" ucap Gisel sambil mencubit pipi Cello pelan.

Cello terkekeh. Ini bukan pertama kalinya ia merasa dikejutkan oleh ibunya. Sudah beberapa kali ibunya memasakan lauk berbahan dasar kedelai itu.

Sudah sejak kecil Cello menyukai tempe bahkan ibunya sampai bingung harus memasakan apalagi untuk anaknya karena anaknya lebih menyukai lauk tempe walaupun ia masih suka dengan lauk lainnya.

Dengan berbekal internet,Gisel sudah bisa memvariasikan makanan dari tempe itu. Seperti malam ini, Gisel telah membuat steak tempe lengkap dengan sayuran dan potongan kentang disampingnya.









Salam hangat dari devinta.✨

Fakesmile ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang