~SembilanBelas~

25 3 2
                                    

Akhirnya setelah sekian lama memutuskan berhenti sejenak untuk menulis,aku bisa lanjutin lagi.

Beberapa Minggu ini aku bener bener sibuk di dunia nyata,jadi aku bakal usahain buat tetep update apapun yang terjadi.

Jadi,siapa yang udah nunggu kelanjutannya??

Yuk next!!!!


Jangan lupa vote dan comen🌻




Malam ini Vania tidur di kamar milik Abi. Memang,kamarnya tak seluas kamar Vania,namun menurut Vania kamar milik Abi sangatlah nyaman.

Bahkan Vania juga ingin tidur di kamar Abi untuk beberapa waktu. Namun Abi tetap lah Abi,ia selalu melarang Vania masuk ke dalam kamarnya.

Apalagi jika bukan karena sang ayah? Karena jika sang ayah tau, Abi akan disalah kan.

"Gakpapa Abi,ayah ga akan tau. Lagian ayah juga diluar kota kan." tutur Vania,membuat Abi merasa tak enak.

Ayahnya sedang berada diluar kota selama satu Minggu,dan selama satu Minggu itu Vania bisa dengan bebas berdekatan dengan adik tirinya itu.

"Ayo lah bi,boleh kan? Kakak cuma pengin sekali tidur disini sama adik kakak." ucapnya dengan memelas.

Abi menghela nafasnya pelan,dengan mengangguk kecil Abi membukakan pintu kamarnya dengan lebar agar Vania dapat masuk.

Setelah masuk,Abi menutup pintu kamarnya. Ia sangat takut jika sewaktu-waktu ayahnya pulang begitu saja.

"Kamar adik kakak rapi banget si.Kakak suka kamar Abi." puji Vania menatap ruangan kamar Abi.

Ilustrasi kamar Abi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ilustrasi kamar Abi

"Oiya bi,gimana hubungan kamu sama cello?" Tanya Vania sambil berjalan ke arah rak buku yang tersusun sangat rapi.

Pertanyaan sang kakak membuat dirinya diam malu,bahkan ia sendiri tidak tau apa hubungannya dengan kakak kelasnya itu.

"Ditanya juga malah diem." ujar Vania menghampiri Abi yang sedang duduk di tepi ranjang.

Abi tersentak dan membuang wajahnya. "Ah! Abi lupa kalo Abi ada tugas." jawab Abi.

Vania berdecak,adiknya selalu saja menghindar jika ditanya soal hubungannya dengan sang sahabat.

"Muka Abi merah loh,yakin Abi ga nyembunyiin apapun nih dari kakak?" canda Vania membuat Abi tersipu malu. Bisa Abi tebak,pipinya pasti sudah semerah tomat.

Vania hanya terkekeh melihat wajah polos adiknya itu.

"Kakak harap,Abi selalu bahagia ya. Selalu menjadi kebahagiaan kakak dan juga mamah."


><

Pagi ini Anita sudah berperang dengan peralatan masaknya didapur. Selain sibuk dengan usaha cafe kecilnya,ia juga bertanggung jawab sebagai ibu yang baik untuk kedua putrinya.

Saat ini,Anita sedang menyiapkan sarapan untuk kedua putrinya dan tak lupa menyiapkan bekal mereka juga.

Sarapan sederhana yang selalu menjadi favorit kedua putrinya.

Nasi goreng dengan telor mata sapi diatasnya. Ya,itu adalah menu sarapan kesukaan Abi dan juga Vania.

Tak lupa juga Anita menyiapkan sandwich mozarella untuk menjadi bekal makan siang kedua putrinya.

"Tinggal panggil anak anak aja deh." pikirnya setelah menyiapkan sarapannya.

Anita berjalan ke arah meja makan dengan merapikan piring.

"Abi,Vania ayo turun!"

"Kita sarapan bersama!"

Anita berteriak memanggil kedua putrinya yang masih berada dikamar. Biasanya Anita yang akan membangun kan Abi dan juga Vania. Namun kali ini,kedua putrinya melarang Anita agar membangun kan mereka.

"Abi,Vania ay-" Ucapan Anita terpotong setelah melihat kedua putrinya yang sudah rapi dengan seragam sekolah mereka.

Anita tersenyum dan menggeleng kan kepalanya kecil.

"Kalian berdua tuh ya,mamah udah dari tadi panggil kalian loh." ujar Anita membuat Vania dan Abi saling tatap dan tertawa kecil.

"Udah ayo sarapan,biar mamah anter kalian." suruh Anita.

"Oke mah." Vania berjalan ke arah meja makan,berbeda dengan Abi yang masih ragu.

Anita melihat Abi yang terus saja diam,ia sangat tahu. Abi pasti takut untuk duduk dimeja makan,karena setelah sekian lama Abi baru bisa duduk dimeja makan tanpa kehadiran sang ayah.

Karena jika sang ayah ada,sudah dipastikan Abi tidak akan seberani ini untuk berdiri di ruang makan.

Anita menghampiri Abi dan merangkulnya. "Ayo sarapan,bunda gamau kalo anak bunda yang satu ini sekolah tapi ga sarapan." ajak Anita.

"Iya ayo Abi,sarapan bareng kakak sama mamah. Ini kesukaan Abi kan,yuk." tambah Vania.

Abi mengangguk dan berjalan dengan ditemani Anita.

Abi duduk tepat berhadapan dengan Vania. Sedangkan Anita merasa bersyukur, setidaknya kali ini ia bisa merasakan sarapan bersama dengan kedua putrinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fakesmile ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang