~EnamBelas~

17 4 1
                                    

"Maafin bunda ya,Abi?" ujar Anita dengan mengoleskan salep pada pipi Abi dengan lembut.

Abi hanya tersenyum kecil.

"Bunda ga bisa jagain Abi dengan baik dari kemarahan ayah." ucapnya dengan wajah sedih.

Abi memegang tangan Anita itu dan mengusapnya pelan. Rasa sakit pada pipinya tidak sebanding dengan rasa sakit melihat ibunya bersedih karena dirinya.

Ini bukan kesalahan ibunya,tetapi kesalahan Abi sendiri yang memang tidak tahu dirinya pergi sampai lupa dengan waktu.

"Bunda tau? Abi bahagia bunda." kata Abi mencoba menenangkan Anita.

Anita menatap Abi sedih,anaknya ini selalu menutupi rasa sedihnya dengan membuat orang lain senang.

"Ayah peduli ke Abi walaupun ayah menunjukkan nya lewat kemarahan." lanjut Abi,teringat jika kemarahan ayahnya tadi terselip sebuah rasa khawatir yang menurut Abi itu nyata dan dapat Abi rasakan.

"Bi,kalo ayah peduli harusnya engga harus nampar Abi kaya gini." Lirih Anita.

Abi menggeleng kecil. "Abi gakpapa bunda,ini ga sakit kok." ucap Abi.

Anita menatap Abi dengan tatapan marah,namun Anita sendiri juga tidak bisa memaksa Abi untuk marah karena perbuatan dari ayahnya sendiri.

"Ini merah sayang,ga sakit?" tanya Anita dengan mengusap pipi Abi yang tadi terkena tamparan dari ayahnya.

Abi hanya tersenyum. Cukup terharu Anita melihat anaknya yang tidak pernah protes atas kelakuan kasar ayahnya.

Anita langsung mencium kening Abi dan memeluk nya. "Kalo ada apa apa cerita ya sama bunda? Bunda gamau kalo anak bunda ini harus terluka." ucap Anita mengusap bahu Abi.

Abi mengangguk. "Siap bunda."

"Em bunda,kak Vania gimana?" tanya Abi.

"Kak Vania dikamarnya lagi istirahat,tadi udah bunda kasih obat kok. Abi mau ke sana?" jawab Anita sembari memasukan salep kedalam kotak P3K.

Abi ragu untuk menjawab,jika ayahnya tau ia masuk kedalam kamar Vania pasti ayahnya akan marah.

"Abi takut ayah tau? Tenang aja,ayah jam segini ga akan masuk ke kamar kak Vania kok. Nanti bunda cegah ayah." Ucap Anita seperti paham akan ekpresi Abi.

Abi tersenyum lebar. "Makasih bunda,bunda selalu ngertiin Abi."

Anita mengusap kepala Abi pelan. "Yaudah Abi sekarang bersih bersih dulu. Nanti bunda kesini lagi anterin susu coklat buat Abi. Udah makan kan?" Tanya anita

"Udah Bund,Abi tadi udah makan sama kak Cello kok." jawab abi.

"Oke,bunda ke dapur dulu ya. Inget mandi yang bersih pake air hangat!" ingat Anita,lalu melangkah keluar dari kamar Abi menutup pintu.

Abi menghela nafasnya. Abi berjalan ke arah meja belajarnya,membuka buku diary nya untuk menulis sesuatu disana.

Dear diary,

Malam ini Abi merasa senang
Abi senang karena ayah peduli
Ayah khawatir ke Abi

Walaupun terlihat kasar,namun Abi tau ayah sayang Abi
Bunda, lihat kan?
Ayah sayang Abi

Untuk Tuhan,terima kasih
Terima kasih sudah menunjukan pada Abi
Kalo ayah sayang Abi

Love ayah ❤️

4 April 2021
-Abira Olivia Zerlinda Gunawan

°

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Abi menutup bukunya kembali dan membuka ponselnya.

Ia ingin mengirim pesan kepada tantenya di Surabaya. Ia sangat rindu dengan tantenya itu yang sudah seperti ibunya sendiri selama ia tinggal di Surabaya.

Tante Thania ❤️

Abira
Selamat malam Tante...

Malam jg Abi sayang.

Abi apa kabar? Sehat kan?

Abira
Puji Tuhan sehat Tante,kalo Tante sama keluarga disana gmn?

Syukur,Tante seneng dengernya

Keluarga disini sehat Abi. Abi ga ada
niatan untuk plg ke Surabaya?

Kita semua kangen loh sama Abi.

Abira
Abi juga kangen Tante,tunggu liburan sekolah ya tan?

Tante jaga kesehatan,salam dari Abi untuk om Ester dan juga Oma Opa

Iya sayang pasti Tante sampaikan kok.

Abi jaga kesehatan ya? Kalo ada apa
apa harus cerita ke Tante,oke?

Abira
Oke Tante.

Abi menutup ponselnya dan meletakkan nya diatas meja belajar,sebelum ia mandi ia membereskan jadwal pelajaran untuk besok dan mengerjakan tugasnya terlebih dahulu agar besok ia tidak gugup.

Fakesmile ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang