Hari sudah malam, Lesti kembali ke kamarnya diantarkan oleh salah satu Bodyguard Fildan, sementara pria muda itu pergi ke ruang kerjanya.
Beberapa jam kemudian terdengar suara desingan peluru di salah satu ruangan. Lesti yang tengah menunggu kedatangan Fildan terlonjak kaget. Perlahan ia berjalan keluar dari kamarnya. Meski takut, tetapi ia tetap keluar untuk melihat apa yang tengah terjadi. Lesti takut sang papa mengalami hal yang sama dengan Daddy dan Mommynya.
"Papa.." seru Lesti, tetapi tak ada balasan sedikitpun.
Para bodyguard Fildan yang biasanya menjaga setiap sudut mansion juga tak terlihat di manapun.
"Papa."
Fildan ke luar dari ruang kerjanya. Ia bertemu dengan Lesti yang terduduk lemas karena ketakutan. Bukan Fildan yang menakutinya, melainkan jejak sepatu Fildan yang bersimbah darah yang membuat traumanya muncul kembali.
"Daddy, mommy."
Fildan berjalan ke arahnya. Tetapi Lesti bergerak mundur dengan tubuhnya terseret di lantai.
"Daddy, Mommy."
Melihat itu membuat Fildan berdecak kesal, ia berbelok ke arah lain. Tak lama datanglah para maid yang menggendong Lesti lalu membawanya ke dalam kamar.
Maid itu membaringkan Lesti di atas ranjang dan segera pamit, khawatir kemarahan Tuan Mudanya beralih kepada mereka.
"Darah, mommy, Daddy," racau Lesti.
Waktu pun menunjukkan pukul 11 malam. Tetapi mata Lesti masih segar karena teringat sepatu Fildan yang berlumuran darah dan memberi jejak merah di lantai mansion.
Ceklek, perlahan pintu kamar Lesti terbuka. Fildan muncul dari sana dan masuk mendekati Lesti yang berpura - pura tidur.
Fildan menyadari jika Lesti belum tidur. Meski jarang bertemu karena kesibukannya, Fildan sudah mendapat banyak informasi soal Lesti dari orang sekitarnya. Lesti hanya bisa tidur jika dipeluk oleh sang Mommy dan Daddynya. Tetapi anehnya, Lesti bisa tertidur dalam dekapan Fildan. Itu sudah Fildan uji beberapa waktu lalu.
Tubuh Lesti kembali bergetar ketakutan. Bayangan kematian Daddy dan Mommynya muncul hanya karena mendengar suara langkah Fildan.
"Lesti."
Fildan duduk di ranjang Lesti lalu berbaring di sampingnya. Perlahan tangannya memeluk Lesti dari luar selimut. Tubuh Lesti meremang.
"ARGHH DADDY, MOMMYYY," Teriak Lesti.
Fildan langsung membuka paksa selimut Lesti. Bocah itu ketakutan bukan main sampai membenturkan punggungnya ke kepala ranjang. Lesti memeluk kedua lututnya dan menenggelamkan wajahnya di sela atas kedua pahanya. Tangan Fildan yang ingin menyentuhnya ditepis dengan kasar. Di bayangan matanya, sekujur tubuh Fildan penuh dengan lumuran darah.
"Nak, ini papa."
"Gak, Daddy, Mommy, tolong Lesti."
"LESTI," Bentak Fildan.
Lesti menangis tersedu - sedu lalu berlari ke luar kamarnya. Di belakangnya Fildan berjalan dengan amarah melihat Lesti yang seperti orang gila. Fildan memecahkan guci dan banyak barang berharga yang dilaluinya. Sehingga membuat Lesti semakin bergerak tak karuan. Para maid dan bodyguard pun tak bisa menghentikan karena takut melukainya.
"REZA, REZA," Teriakan Fildan membahana ke seluruh ruangan lantai 2 mansion itu.
Reza yang berada di ruangan ujung berlari tergopoh - gopoh mendatangi Fildan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sugar Duda (END)
RomanceDialah papaku, yang amat kucintai melebihi diriku sendiri, dia malaikat pelindungku. Namun segalanya berubah ketika aku beranjak dewasa.