Part 13

817 63 32
                                    

Lesti tersenyum geli di sekolahnya. Mengingat pengalaman dengan sang Papa yang selalu menjadi kejutan dalam hidupnya. Membuatnya bahagia, sedih, suka, duka, tawa, tangis, semuanya menjadi satu. Fildan selalu memberikan yang terbaik hanya untuknya.

Sejak kejadian beberapa waktu terakhir, Lesti pun hanya sibuk dengan perkara sekolahnya yang semakin mendekati akhir. Lesti menjaga jarak dari Rizzy, lebih tepatnya dijaga jaraknya. Fildan mengirimkan utusan yang membuat Rizzy terpaksa harus mundur teratur dari perjuangannya mendapatkan si polos cantik, Lesti. Dan Lesti, tak lagi memikirkan si pemuda itu. Lagi - lagi karena sang Papa sudah cukup untuk mengisi hari - harinya.

Fildan yang selama ini menutup akses Lesti untuk mengenal dunia luar pun mulai membebaskannya dengan membelikan sebuah handphone.

Untuk mengantisipasi kemungkinan pergaulan negatif, setiap waktu luang Fildan digunakan untuk menghubunginya. Mengirim pesan konyol sampai romantis yang menjadi aktivitas baru Tuan Tak Berhati untuk sang puteri. Jatuh cinta?, benarkah keduanya jatuh cinta?. Jawabannya tidak. Fildan hanya membuat Lesti merasa cukup bahagia tanpa keberadaan lelaki lain. Setidaknya sampai tiba waktunya.

"Pa.. kangen," tulis Lesti.

"Tunggu, bentar lagi pulang sekolah," balas Fildan. Dan seolah sedang mengirim chat dengan kekasih sesungguhnya, Lesti membalas dengan pesan ala bucinnya, "okay, I love you sayang."

Di seberang sana Fildan menatap jengah pesan "I love you" yang biasa Lesti ucapkan atau tulis hingga puluhan kali tersebut. Bukan tak suka, Fildan tak terbiasa. Ingatlah, Fildan sudah lama menutup hatinya untuk cinta, selain cinta kepada sang puteri sebagai ayahnya. Yang menurutnya tetap tak perlu diucapkan melalui kata - kata, cukup dirasakan di hati, dan dilihat dari perbuatan.

"Nanti pulang sekolah dijemput supir dan bodyguard. Papa ada meeting," balas Fildan.

Otomatis wajah Lesti tertekuk. Lagi - lagi sang Papa tidak bisa menjemputnya. Tetapi marah pun tidak guna, karena jam kerja Papanya sampai sore hari, bahkan malam. Sedang dirinya hanya sampai jam 3 sore.

"Guys. Pulang cepat, guru lagi konferensi meja panjang," seru ketua kelas.

Seluruh murid kelas 12 SMA Melati itu bersorak ria, berbeda dengan Lesti yang terkejut dan segera mempersiapkan peralatan sekolahnya. Namun saat ingin memberitahu sang Papa, handphone Lesti keburu mati karena kehabisan baterai.

"Yaa Allah, hape Lesti mati. Gimana ngabarin Papa?. Bodyguard juga jemputnya jam 3. Ini masih jam 1. Hadeuh," keluh Lesti melirik jam digital di pergelangannya.

Semua murid kelas sudah keluar sejak beberapa menit setelah Ketua Kelas mengumumkan pulang. Kecuali Meli, sahabatnya.

"Les, kenapa belom pulang?, tu temen - temen udah pada keluar, ntar dikunci loh."

Lesti memasang wajah seperti ingin menangis, "Papa belum aku kabarin kalau pulang cepet. Terus hapenya mati, gak bawa charge lagi."

"Oh, pakai hape aku aja Les," Tawar Meli.

Lesti menggeleng, "gak hapal nomornya Mel. Itu nomor baru, khusus Papa beli buat Lesti."

Meli menepuk jidat, "kumaha carana atuh Lesti?, pulang sama Meli ya."

"Lah terus Tama?."

Lagi Meli menepuk keras jidatnya, "baru inget, Meli hari ini gak bawa mobil. Diantar jemput Tama, Lesti tungguin aja kalau gitu."

"Hem, ya udah deh."

Lesti dan Meli keluar sekolah bersama. Di parkiran sudah ada Tama yang berdiri dengan gagah di samping mobilnya. Tangannya melambai dengan senyum semringah melihat kekasih hatinya datang menghampiri.

My Sugar Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang