Part 18

1K 70 35
                                    

Seiring berjalannya waktu, setiap manusia dengan berbagai ujian akan mengalami perubahan. Begitupun dengan si gadis mungil Lesti Gama Mahendra. Ia mulai belajar mandiri dan mengambil keputusan dengan bijak. Hal yang sangat sulit terjadi mengingat masa lalu yang penuh dengan trauma.

Dan di antara semua perubahan, ada yang membuat Fildan sedikit asing. Lesti menjelma menjadi sosok yang semakin mendekat padanya. Dalam segala urusan Fildan, Lesti selalu ingin mendampinginya. Mulai dari membangunkan tidur, sampai Fildan akan tidur kembali. Saat Fildan bersiap kerja, sampai persoalan makan dan aktivitas hariannya. Tingkah Lesti layaknya seorang isteri kepada suaminya.

"Papa.."

Lesti memeluk Fildan dari belakang saat Fildan tengah menulis di macbooknya.

"Iya."

"Kangen."

Lesti dengan seenaknya saja duduk di menyamping di pangkuan Fildan dan menarik lengan pria itu untuk memeluknya.

"Kamu ngapain? Papa sedang kerja."

"Gak mau, Lesti mau meluk papa."

Fildan merasa terganggu dengan sikap tak biasa Lesti. Apalagi hari ini sang puteri menggunakan parfum berbeda yang lebih menyengat.

"Duduk di bawah, kamu sudah besar sekali Les."

"Nggak, Lesti masih kecil, Lesti mau dipeluk papa."

Lesti memejamkan mata dan tertidur pulas di pangkuan Fildan. Sesaat Fildan meliriknya.

"Apa maumu Les?," bathin Fildan. Ditahannya punggung Lesti dengan satu tangannya dan tangan yang lain membuka artikel di internet.

"Hemm, pada usia diatas 20 tahun, estrogen, progesteron, dan testosteron berada pada tingkat tertinggi. Maka pada rentang usia ini sangat tepat untuk berencana mempunyai bayi," gumam Fildan.

"Whaat?."

Fildan melirik Lesti, "huffh, syukurlah dia gak bangun."

"Jadi perkembangan hormon ya usia ini. Bikin dia jadi manja terutama ke lawan jenis. Tapi. kenapa ke aku?, apa aku harus mencarikannya pasangan?," gumam Fildan. Otak cerdasnya tiba - tiba menjadi polos dalam hal seperti ini.

"Hem. Bisa diimbangi dengan aktivitas fisik, puasa, atau diskusi aktif dengan orang sekitar, hemm." Fildan terus membaca berbagai artiket terkait perkembangan wanita usia 20 tahun ke atas. Kepalanya mengangguk - angguk karena memahami maksudnya. Namun sekali - kali ia juga menggeleng menepis pikiran normal lelaki di otaknya.

Satu jam berlalu, Lesti terbangun dan ternyata posisinya sudah berada di dalam kamarnya.

"Papa," seru Lesti. Namun si Tuan Tak Berhati sudah tak ada di sana.

Lesti berdecak kesal berjalan menuju kamar sang papa. Tanpa permisi masuk ke dalam kamarnya dan tidur di sana. Namun tubuh Lesti tiba - tiba kaku ketika Fildan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang hanya melingkari pinggang sampai ke lututnya. Memamerkan bentuk tubuh tak biasa dari empunya. Lebih berbentuk roti sobeknya dari beberapa tahun yang lalu. Lesti meneguk salivanya susah payah.

"Pa.."

"ASTAGA..."

Handuk yang akan dibuka Fildan melorot begitu saja ke lantai. Lesti secara otomatis menutup mata dengan kedua tangannya, sementara Fildan langsung mengambil handuknya. Ada pemandangan asing yang terlihat.

"Kamu ngapain di sini Lesti?," tanya Fildan setelah selesai memakai pakaiannya.

"A.. anu Pa. Tadi Lesti kebangun, gak ada papa, jadi Lesti ke sini," Jawab Lesti terbata. Masih dengan mata tertutup.

My Sugar Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang