Part 19

1.2K 75 22
                                    

Persetujuan Lesti untuk menikah membawa semangat baru untuk Fildan. Dia dan Rose memutuskan untuk mendahulukan pernikahan puterinya, karena permintaan Lesti sendiri. Entah apa alasannya.

Keadaan yang terkesan baik menjadi keributan ketika Fildan menyampaikan rencana pernikahan Lesti kepada Reza dan Valda. Reza menentangnya, walaupun tidak secara terang - terangan.

"Puteriku mau menikah Ja," ucap Fildan. Matanya tampak berkaca - kaca.

Reza dan Valda saling memandang. Mengapa tiba - tiba Lesti memutuskan hal seperti itu?. Padahal selama ini Lesti tidak pernah dekat dengan lelaki manapun selain Fildan.

"Yakin kamu Dan?, puterimu itu masih sangat muda loh. Dia juga masih tergantung sekali sama kamu," pungkas Reza.

Fildan tampak berpikir beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk pelan, "iya Ja. Dia sendiri yang mengatakannya sama aku. Dan laki - laki itu juga sudah bicara face to face sama aku."

"Kamu kenal baik sama pemuda itu?," tanya Valda.

Fildan menggaruk pelipisnya, "kalau kenal baik sih tidak. Karena baru - baru ini aku mengenalnya. Tetapi dari penjelasan Rose sebagai tantenya, dia pemuda yang baik. Lesti juga mengatakan seperti itu, dan dari pantauan anak buahku juga dia pemuda yang baik."

"Pemuda yang baik? Semudah itukah seorang Fildan Aksa Mahendra menerima pinangan untuk puteri kesayangannya? Karena alasan klise 'orang baik' ?, Kalau kamu tanya pendapatku, kamu malah lebih baik daripada pemuda itu. Kamu bahkan lebih mengenal Lesti begitupun sebaliknya."

Lagi - lagi Fildan terdiam beberapa saat sebelum menjawab, "e.. aku kan ayahnya Lesti Ja. Lagipula, aku sudah memiliki Rose."

Jawaban Fildan itu membuat Reza dan Valda semakin kekeuh dengan satu kesimpulan, tanpa sadar, Fildan telah mengakui ada rasa yang terpendam di hatinya terhadap Lesti.

"Jadi kalau kamu bukan ayahnya, dan tidak ada Rose, kamu mau menikahinya?." Reza menatap dalam - dalam mata Fildan mencari kebenaran.

Fildan menunduk ragu. Kembali terhanyut dalam pikirannya sendiri. Fildan baru sadar perkataannya tadi mengandung arti demikian.

"Aku. Aku. Ja, dia itu anakku."

"Aku tidak menanyakan itu Fildan, semua orang tahu dia puterimu."

Fildan menelan salivanya susah payah. Dia tahu tidak ada gunanya melawan argumen Reza. Namun dia juga tidak tahu bagaimana cara menghindarinya.

"Aku tidak mungkin menikahi puteriku sendiri, Ja. Lagipula dia tidak mencintaiku sebagai seorang pria. Dia mencintaiku sebagai puteri kepada ayahnya."

"Hem," Reza tertawa sinis. "Terlalu naif jika kamu tidak merasakan bagaimana cintanya dia sama kamu Fildan."

Fildan terdiam dengan ekspresi tak terbaca. Pernyataan ini terlalu mengintimidasinya.

"Pikirkanlah Fildan, masa depan Lesti dan cinta kalian," ujar Reza setengah berbisik.

Fildan pamit pergi ke kantornya. Sepanjang perjalanan, pikirannya tertuju pada pernyataan - pernyataan Reza. Benarkah ia mencintai Lesti?, Fildan ragu, sangat ragu. Tetapi Fildan dapat memastikan jawaban jika ditanya, "apakah ia mau kehilangan Lesti?" jawabannya jelas dan tegas, TIDAK.

Reza dan Valda memutuskan untuk menemui Lesti di mansion Fildan. Ketika sampai di sana, Lesti tengah berada di taman belakang. Reza dan Valda mendekat dan duduk di sampingnya.

Lesti tampak terkejut, "Om eja, kok ke sini gak ngabarin?."

Reza tersenyum miris melihat Lesti, Wajah gadis itu tersenyum, tetapi sorot matanya memancarkan kesedihan.

My Sugar Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang