Part 6

900 58 25
                                    

Tiga tahun berlalu, Fildan sudah menjelma sebagai ayah seutuhnya bagi Lesti. Fildan tidak membiarkan satu kesedihan pun menyentuh hati puteri kecilnya yang mulai bertumbuh secara normal.

Ya, puterinya itu mengalami keterlambatan pertumbuhan sehingga saat usianya 10 tahun, tubuhnya masih tampak kecil seperti 6 tahun. Fildan membawanya melakukan teraphy di berbagai dokter anak terbaik yang ia dapatkan informasinya. Sehingga perubahan itupun terjadi.

Kini keduanya selalu bahagia, setelah segala hal yang buruk telah mereka lewati. Karena selama tiga tahun inipun para musuh Fildan belum menampakkan dirinya. Namun Lesti merasakan ada hal yang kurang dalam kehidupan mereka. Lesti merindukan sosok seorang ibu.

"Pa."

Lesti menaiki paha Fildan dan duduk di atasnya. Membuat pekerjaan sang papa berhenti seketika.

"Papa sedang banyak pekerjaan. Kamu bisa main di luar dulu?," Ucap Fildan terus memeriksa laporan di macbooknya.

Lesti menggeleng cepat di dada bidang Fildan. Menciumi wajah sang Papa pundak dan segala yang bisa dijangkaunya agar Fildan mau memperhatikannya. Sang papa hanya dapat menghela napas berat menghadapi gadis kecil yang tidak tahu tempat dan kondisi itu. Wajahnya tampak kesal, tetapi sebenarnya hatinya begitu damai, bukankah anak yang aktif salah satu tanda ia tumbuh sehat dan bahagia?.

"Les, papa mau kerja nak."

"Pa, Lesti kesepian."

Fildan memeluk Lesti dan mengecup keningnya, "anak papa kesepian?. Di rumah ini ada belasan maid dan ada ratusan bodyguard. Bagaimana bisa Hah?."

Bibir Lesti maju beberapa senti layaknya bebek ditambah tatapan jengahnya, "Lesti ingin punya Mama," ujarnya tanpa basa basi.

Fildan memijat kepalanya yang tiba - tiba terasa pening, ada - ada saja permintaan si mungil ini. Untung kesayangan.

"Untuk apa?, apa masih kurang kasih sayang Papa untuk Lesti?."

Lesti menggeleng dan semakin bergelayut manja sambil mencubit gemas pipi Fildan, "Lesti ingin punya seseorang yang bisa nemenin Lesti, meluk, nemenin tidur, maen."

Fildan berdecak kesal sambil menyentil pelan kening Lesti, "kamu bukan nyari mama namanya, kamu nyari baby sitter. Sama Fina aja, dia maid paling tua di sini."

Lesti mengalungkan tangannya di leher Fildan dan mengecup pipinya singkat, "Hehehe.. gak kok Pa. Lesti juga mau ada yang nemenin Papa, jagain papa."

"Papa kan sudah ada Lesti, Papa gak butuh yang lain."

Fildan berusaha kembali fokus pada pekerjaannya, tetapi si gadis mungil tak berhenti mengganggunya. Justru semakin menjadi dengan bergerak - gerak seperti naik kuda di atas pangkuannya, dengan tangan Fildan sebagai pelana.

"Wait, kamu bisa rusak semua pekerjaan Papa kalau gak bisa diam nak," Ucap Fildan penuh penekanan.

Lesti kembali menggeleng cepat di dada Fildan layaknya anak kucing meminta makanan. Tak sabar, Fildan pun menahan gerakannya, menangkup kedua pipi tembemnya lalu mengecupnya.

"Anak papa sayang. Tidak semudah itu mencari wanita untuk menjadi ibumu. Papa tidak bisa sembarangan, Papa ingin yang terbaik untukmu sayang," Terang Fildan dengan lemah lembut agar Lesti tak merasa diintimidasi.

"Tapi Papa udah kelamaan sendirian. Masa' gak pengen punya isteri?, ntar ketua'an loh," tanya Lesti dengan wajah polosnya.

Fildan menghela napas berat, gadis mungilnya harus diberi penjelasan secara lengkap jika ingin diberhentikan dari aksi mengacaunya. Kembali diciumnya kening Lesti dengan lembut namun lebih lama dari sebelumnya. Ciuman itu juga turun ke bagian lain di wajah Lesti. Membuat si empunya terdiam sambil memejamkan mata dengan senyum lebarnya.

My Sugar Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang