Part 15

963 74 15
                                    

❤ BONUS, ANA GAK TAHU KAPAN POST LAGI ❤

Lesti membuka artikel tentang mahasiswa yang sukses kuliah di luar negeri. Hal itu membuat keinginannya semakin besar untuk mengikuti jejak mereka. Namun ada kendala besar yang tak mungkin ia hindari jika ingin mencapai impiannya tersebut, yaitu sang Papa. Orang terakhir yang paling dicintainya itu pasti tak akan memberinya ijin. Dan dari pribadi Lesti sendiri pun tak rela jika harus meninggalkannya.

Namun bukan Lesti jika menyerah begitu saja untuk mendapatkan keinginannya. Lesti akan mengejar citanya sekuat tenaga, karena seperti itulah garis keturunannya dan juga hasil bimbingan dari sang Papa. Lesti ingin berpikir dewasa dan mempertimbangkan segala hal dengan baik, meskipun di sisi perkembangan mentalnya masih sangat lambat.

"Lesti harus bisa bujuk Papa. Gimanapun caranya," gumamnya dengan tangan terkepal. Tekadnya sudah bulat, bahkan dalam pikirannya, meski sekuat apapun Fildan menahan, ia akan tetap pergi. Lagipula itu adalah ajaran Fildan sendiri, tetap teguh pada pendirian dan keputusan yang diambil apapun resikonya.

"Papa..."

Fildan menoleh pada puterinya yang memiliki kebiasaan muncul seperti jin itu. Tiba - tiba, tanpa salam, dan tanpa permisi.

"Hem?."

Lesti mendekat, mencium pipi Fildan lalu memeluknya dari depan, tak lupa, duduk di atas pangkuan Fildan yang tengah berada di ruang kerjanya. Kalau sudah begini, jelas sang puteri memiliki maksud terpendam yang dapat berdampak besar. Karena Lesti hanya melakukan prosesi pembujukan berlebihan ini untuk hal - hal seperti itu.

"Mau apa?," tanya Fildan.

Lesti tersenyum geli karena kartu rahasianya sudah terbuka, "E..Lesti mau minta sesuatu boleh?."

"Apa?."

"Lesti habis buka - buka artikel soal kuliah di luar negeri. Nah, ini kan bentar lagi lulus, jadi rencana Lesti..."

"Gak boleh," putus Fildan.

Lesti meneguk salivanya pelan, "Pa, cuma beberapa tahun kok. Lagian Lesti kan udah dewasa, udah bisa jagain diri sendiri."

Fildan menaikkan satu alisnya, menatap datar tapi terkesan mengintimidasi, " benarkah?, sudah bisa menjaga diri sendiri?."

"I.. iya. Kecuali dari Papa," Lesti tertawa receh karena Fildan mendekati wajahnya. Sampai - sampai ia bisa merasakan aroma mint dari hembusan napasnya.

"Papa, Lesti mohon ya. Lesti ingin belajar."

"Tidak, Nak. Kamu tahu betapa berbahayanya dunia luar. Papa sendiri sebagai laki - laki merasa berat berjuang sendiri di sana, apalagi kamu perempuan," tegas Fildan.

Lesti sedikit tak fokus karena pengaruh udara segar yang keluar dari mulut Fildan. Kepalanya menggeleng cepat untuk menetralisir otak remajanya yang mulai kambuh.

"Pa... Lesti adalah puterinya Daddy Gama, Lesti juga puterinya Papa. Lesti ini kuat dan berani. Tapi kalau Lesti terus - terusan di sini, Lesti gak akan bisa belajar banyak Pa. Lesti akan terus bergantung sama Papa."

Kali ini Fildan yang tak begitu fokus karena aroma strawberry yang menyentuh indera penciumannya dari mulut Lesti. Fildan menundukkan kepalanya.

"Pa." Lesti menaikkan wajah Fildan agar kembali menatapnya. "Ayolah."

"Tidak."

"Pa, Lesti hanya minta ini sama Papa."

"Mintalah yang lain, sayang."

Lesti turun dari pangkuan Fildan dan membelakanginya. Tangannya bersedekap dada dengan wajah ditekuk.

"Lesti sangat ingin kuliah di sana Pa."

My Sugar Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang