Part 3

1.2K 84 12
                                    

Pagi hari, Lesti membuka matanya. Dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah manis nan tampan dari sang papa.

Lesti terus menatapnya. Entah mengapa wajah sang papa begitu menenangkan hatinya. Sampai - sampai Lesti lupa akan traumanya beberapa hari lalu yang muncul kembali juga karena ulah papa mudanya itu.

Perlahan tangan Lesti naik ke pipi Fildan. Namun ketika Fildan menunjukkan tanda - tanda akan bangun. Lesti berpura - pura terpejam kembali.

Fildan membuka mata, merasakan tangan kecil Lesti di pipinya. Ia menatap sendu bocah mungilnya itu. Perlahan tangan Lesti ia turunkan dan mendekatkan wajahnya ke wajah Lesti lalu mengecup keningnya.

Ketika ia akan bangkit dari ranjang, Lesti melenguh pelan. Fildan pun membatalkan gerakannya dan kembali menghadap Lesti.

"Heiii, sudah enakan?."

Fildan mengusap - usap pipi Lesti. Si bocah mungil itu mengangguk pelan meski matanya masih terpejam.

Fildan mengamati Lesti yang sudah menunjukkan reaksi pertamanya setelah berhari - hari tak merespon siapapun.

"Mandi dulu, setelah itu sarapan sama papa."

Lesti mengangguk pelan sambil membuka matanya. Fildan segera membantunya untuk duduk lalu membukakan pakaian atasnya. Lagi - lagi Fildan terkesiap melihat tubuh Lesti yang seperti tulang belulang terbungkus kulit. Tak tega, Fildan memasang kembali baju Lesti.

"Kamu dimandikan Valda saja, Papa harus siap - siap kerja."

Fildan ingin berdiri, tetapi tangan Lesti menahannya.

"Papa panggil Valda," Ujar Fildan. 

Lesti menggeleng pelan. Seolah isyarat agar Fildan tak meninggalkannya. Lesti ingin Fildan yang memandikannya.

Fildan menghela napas pelan. Ia duduk dan membukakan baju Lesti tetapi hanya atasannya saja. Kepalanya menunduk tak mau menatap tubuh rapuh puterinya itu. Yang membuatnya teringat masa kecilnnya yang juga mengalami keadaan seperti itu.

Lesti mengecup puncak kepala Fildan yang menunduk. Membuat si empunya menatap sendu padanya.

"Papa."

Mata Fildan berbinar mendengar kata pertama Lesti padanya setelah beberapa lama tak sadar. Seolah kata itu benar - benar diucapkan oleh bayi yang baru pertama kali bisa berbicara.

"Ya."

Tangan rapuh itu menyentuh pipi Fildan dan membelainya lembut. Senyum kecilnya pun terbit sambil mengecup kembali pipi Fildan. Tetapi sang papa hanya terus menatapnya.

"Papa siapkan bathrobe dulu."

Lesti mengangguk mengiyakan. Ia menunggu dengan sabar Fildan yang mengambil bathrobe di lemari pakaiannya.

Dengan cekatan Fildan membawa Lesti menuju kamar mandi menggunakan kursi roda yang juga terdapat tiang penyangga untuk infusenya. Fildan menyiapkan peralatan mandi termasuk whirpool bath yang memang sengaja ia pesan khusus untuk kamar Lesti. Tubuh bungil itu ia angkat dan dimasukkan ke dalam bathup mewah tersebut.

"Mandi sendiri. Kamu perempuan dan sudah besar, malu sama papa," Ucap Fildan dingin. Lesti melirik ke selang infuse yang masih terpasang di tangan kanannya. Sebagai tanda ia takut terjadi sesuatu pada benda itu.

"Taruh tangannya di luar bathup. Nanti papa angkat tinggi - tinggi infusenya biar darahnya gak keluar," titah Fildan yang mengerti arti tatapannya.

Lesti mengangguk pelan dengan senyum kecilnya. Ia mulai mengerakkan tubuh mungilnya di bathup mewah yang biasa digunakan di salon spa tersebut. Wajah Lesti sangat ceria. Ini pertama kalinya ia mandi dengan whirpool bathup. Terakhir ia mandi di bathroom mansionnya sendiri. Dan di sana ia mengunakan sit bathup seperti di Jepang.

My Sugar Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang