Part 12

932 65 47
                                    

🤜VOTE DAN COMMENT TERBAIK, SIAPA TAHU BIKIN CEPET SHARE🤛

******
Hubungan Lesti dan Fildan membaik, gadis itu sudah bisa menerima jika papanya itu bukanlah keluarga kandungnya, dan juga bukanlah orang tua sebagaimana bayangannya selama ini. Lesti hanya membatasi kedekatannya dengan sang papa dalam hal yang bisa diterima olehnya. Itupun sulit, karena yang terjadi ia semakin terikat dan tak ingin jauh darinya.

"Morning, Papa." Lesti mengecup pipi Fildan dan memeluknya dari belakang lalu meletakkan kepalanya di atas pundak kiri Fildan.

"Morning sayang." Fildan membalasnya di jemari Lesti. Lalu kembali meminum coffe latte di tangannya.

"Pa."

"Hem."

"Lesti mau bicara sesuatu sama Papa."

Fildan menghentikan aktivitasnya, mempersilakan si gadis memulai ocehannya, "silakan."

Lesti berjalan menuju kursinya sambil menggenggam tangan Fildan, "Pa, Lesti ingin Mama baru."

Rona wajah Fildan yang selalu datar berubah kesal. Fildan menarik tangannya, mengalihkan atensinya ke hal lain untuk meminimalisir emosinya yang mudah tersulut. Netra Matanya pun tak lagi mengarah ke sang puteri.

"Pa, Papa."

"Papa nggak bisa." Netra hitam itu menemui netra coklat milik Lesti dengan sorot tajam. Ini adalah alarm keras yang menguji nyali sang puteri.

Lesti melanjutkan kata - katanya yang sudah kepalang tanggung, "Tapi kenapa Pa? Papa masih muda banget, Paman Eja aja nikah umur 34 kan?. Masa' Papa yang baru 27 gak mau nikah?."

"Les, kamu."

Lesti mengangguk pelan seolah mengerti apa yang akan dikatakan sang Papa.

"Lesti tahu kita gak seharusnya jadi anak dan ayah. Usia kita hanya terpaut 10 tahun saja kan? Tapi gak masalah. Lesti sudah menganggap Papa sebagai Papa kandung Lesti."

"Apalagi yang Lesti ketahui?," tanya Fildan.

"Papa bukan adik kandung Daddy."

"Dan kamu tetap menerimanya?."

Lesti kembali mengangguk mengiyakan.

"Papa mau ya nurutin permintaan Lesti. Jangan jadikan Lesti sebagai beban hidup Papa."

Fildan menatap wajah memelas sang puteri, mengusap pipinya lembut, lalu mengecupnya pelan, "Kamu boleh meminta hal lain, tetapi tidak dengan hal ini."

"Tapi Pa, Lesti menginginkan hal ini. Lesti ingin Papa menikah lagi. Papa menjalani hidup baru lagi."

Lesti menarik tangan Fildan, menciumnya, lalu meletakkan tangan besar itu di pipinya, "Lesti ingin Papa bahagia, bersama keluarga kecil Papa nanti."

Fildan menarik tangannya cepat sebelum rayuan sang putri meluluhkannya untuk kesekian kali, "Gak, Papa gak butuh isteri lagi. Itu gak penting buat Papa."

"Pa, apa ini karena Papa mikirin Lesti? Lesti udah gak papa kok Pa. Lagipula Lesti sudah besar, sudah bisa melindungi diri Lesti sendiri."

"Gak Les," tegas Fildan.

"Papa khawatir hal yang terjadi di masa lalu terulang lagi?."

Kali ini Fildan terdiam, kepalanya merunduk seolah menjawab pertanyaan Lesti dengan kata, "Ya."

"Pa, Lesti sudah besar. Lesti akan jaga diri kok. Papa percaya kan sama Lesti?."Lesti kembali membawa tangan Fildan ke dalam dekapannya, bahkan kali ini dibubuhi dengan kecupan lembut beberapa kali.

My Sugar Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang