It's Okay

435 79 24
                                    

Hujan sudah reda, tetapi pakaian keduanya kini basah. Namun, alih-alih meminta Kai mengantarkannya pulang untuk berganti pakaian, Kyungsoo justru lebih memilih ikut bersama Kai pulang ke rumahnya dan memijam pakaiannya.

Hingga disinilah Kyungsoo sekarang, duduk di tempat tidur kekasihnya, di kamarnya dengan sweater biru tua kebesaran yang membalut tubuhnya dan celana training yang menggulung di mata kakinya.

Rumah Kai lebih besar dari yang Kyungsoo kira. Desain interiornya bergaya modern. Bahkan kamarnya dua kali lebih luas dari kamar yang ada di basekampnya, hampir sama dengan kamar Kyungsoo di rumah. Selama ini Kyungsoo mengira Kai berasal dari keluarga sederhana, mengingat restoran kecil yang dimiliki ibunya, yang ternyata adalah bekas pengasuhnya, bukan ibu kandungnya.

Dan yang terpenting, Kyungsoo tidak menyangka jika Seulgi adalah mantan saudara tirinya. Semua fakta yang saat ini baru diketahuinya membuat semua kemarahaannya selama ini kepada Kai tampak bodoh, sehingga Kyungsoo tidak bisa berkata apapun dan hanya diam mendengarkan penjelasan pria itu.

"Aku engga pernah bermaksud menyakiti atau membohongi kamu. Aku cuma, aku malu. Kamu tumbuh di keluarga yang utuh dan terpandang. Sedang aku? Gada yang bisa kamu banggakan dari aku. Aku cuma berandalan yang tumbuh dari keluarga yang berantakan. Aku takut, kamu menyesal karena memilih cowok yang punya latar belakang buruk kaya aku"

"Kai..." Kyungsoo memegang tangan Kai, namun Kai menggelengkan kepalanya dan mengeluarkan napas.

"Aku malu, Soo. Sekarang kamu tahu semua keburukanku, gada lagi yang bisa aku tunjukan, agar kamu terkesan..."

"Kenapa kamu ngomong gitu. Kamu tetep kamu, gada yang berubah meskipun kamu mengungkapkan itu," bantah Kyungsoo. "Aku akan tetap mencintai kamu, Kai. Karena kamu orang baik, dan yang terpenting kamu mencintai aku, itu udah cukup banget buat aku. Yang terpenting adalah personality kamu sayang, bukan latar belakang kamu," Seketika Kai mengunci tatapan mereka dan menatap Kyungsoo dalam, sehingga Kyungsoo melengkungkan senyumannya. Tangannya perlahan menyentuh pipi Kai seraya mengusapnya. "Di mataku kamu akan tetap menjadi Kim Kai yang hebat, pemberani dan mandiri. Kamu adalah pria yang aku cintai selain papahku di dunia ini."

Seketika Kai tersenyum. Membawa papah Kyungsoo di moment romantis mereka bukanlah hal yang lazim, tapi dia tetap terharu dengan perkataan tulus Kyungsoo, sehingga dia menunduk dan mencium telapak tangan gadis itu, yang berada di pipinya.

"Terima kasih, sayang. Terima udah mencintaiku dan menerimaku apa adanya."

Kyungsoo tersenyum dan mengusap bibir Kai yang kini melengkung. Hingga perlahan Kyungsoo mendekat dan Kai meresponnya dengan membawayna ke pangkuannya. Kyungsoo melingkarkan tanggannya ke leher Kai.

"Aku kangen kamu..." lirih Kai, suaranya menjadi rendah. Hingga perasaan menggelitik merayap di tulang punggung Kyungsoo.

"Aku juga" bisik Kyungsoo tak kalah lirihnya.

Kai menangkup pipi Kyungsoo dan mengusapnya lembut. Tatapannya turun dari mata ke bibirnya sebelum kembali ke matanya.

Tatapannya membakar, hingga Kyungsoo tidak bisa menahan dirinya untuk menunduk dan kembali menyatukan bibir mereka kedalam ciuman yang lambat dan lembut. Mencurahkan kasih sayang mereka dalam kecupan.

Tapi Kai kemudian memiringkan kepalanya, memperbaiki posisinya dan menghisap bibir bawahnya. Sontak Kyungsoo mengeluarkan suara rengekannya dan meraih helai rambut Kai, menguncinya di jari-jarinya. Ciuman mereka menjadi lebih dalam dan mendesak. Lidah Kai menerobos masuk ke dalam mulutnya dan Kyungsoo membukanya, membiarkan benda panas dan licin itu menjelajahi mulutnya, mendominasi ciuman mereka.

"Kai..." Kyungsoo mengeluarkan napasnya saat Kai tiba-tiba membaringkannya dan mengurungnya di bawah lengannya. Dia melihat ke atas melalui bulu mata lentiknya, menatap Kai yang kini menatapnya dalam dan gelap. Napasnya terengah, rambut hitam setengah basahnya kini hampir menutupi matanya. Kai terlihat begitu tampan dan berbahaya, sehingga Kyungsoo kembali meraih pipinya, sebelum berjalan ke tengkuknya dan menariknya ke bawah, kembali menyelam kedalam ciuman.

The White SwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang