Elang dan Putri Angsa

477 82 14
                                    

Kai membenarkan letak dasinya dan merapihkan jas putih yang membalut tubuh tegapnya. Dia menghela napas dan menatap pantulan dirinya dari cermin dingding lift yang membawanya, rambutnya ditata ke atas dan menampilkan dahi serta memperjelas fitur wajahnya yang tegas dan tajam, serta sebuket mawar putih kini digenggamannya.

Kai merasa penampilannya sudah cukup baik, meskipun dia tidak yakin bisa mengesankan mamah Kyungsoo. Pertemuan pertamanya dengan papah Kyungsoo cukup meninggalkan kesan yang buruk, mengingat penampilannya yang semrawut akibat kehujanan, dan Kai tidak ingin mengulanginya di pertemuan pertamanya dengan mamah Kyungsoo. Dia berusaha tampil sebaik mungkin, dan dibantu oleh Jongdae yang dengan senang hati menata rambutnya, karena Kai jarang memperdulikan penampilan rambutnya sebelumnya.

Tak lama lift berdenting dan terbuka. Kai menarik napasnya panjang, sebelum melangkah keluar dari lift dengan langkah yang mantap di lorong panjang.

Langkah Kai kemudian berhenti, di depan pintu kayu besar berwarna hitam, yang telah dijaga oleh dua orang pria berjas hitam, dengan headset spiral di telinga mereka. Salah satu pria tersebut lalu meminta data serta surat undangan padanya, dan Kai menyebutkan nama serta mengeluarkan kartu di saku jasnya. Tak lama pria satunya mengangguk mengkonfirmasi datanya, sehingga mereka kemudian membukakan pintu untuknya.

Semua hal yang Kai lihat saat pintu terbuka dan melangkah masuk ke dalam adalah; kemewahan. Dekorasi aula dipenuhi oleh warna emas dan putih yang klasik, lampu-lampu kristal yang mewah, lantai yang cantik, serta mawar putih yang mendominasi. Kai mencengkeram buket bunganya yang terasa tidak berguna lagi sekarang.

Alunan musik yang lembut mengalun dari instrumen violin, cello dan piano, serta suara samar orang-orang yang bercengkrama dengan santai dan penuh keanggunan, kini memenuhi telinganya.

Tiba-tiba Kai merasakan kepalanya berdenyut. Semua yang ada disini sangat asing baginya. Namun syukurlah, saat tak lama dia mendengar suara lembut memanggil namanya, satu-satunya hal yang sangat familier di telinganya.

"Kai, kamu datang!" Seru Kyungsoo tersenyum lembut menghampirinya. Kai membalas senyumannya, sehingga Kyungsoo merangkul lengannya. "Ayo, mamahku udah nunggu kamu" ujarnya dan membawa Kai semakin masuk ke dalam.

Sampai saat ini, Kai semakin memperhatikan penampilan orang-orang di sekitarnya. Mereka mengenakan pakaian putih sama dengannya, tetapi terlihat berbeda. Entah itu tekstur bahan atau modelnya. Mungkin karena pakaian mereka hanya dirancang satu-satunya untuk mereka atau dari brand ternama, sedang miliknya bisa ditemukan dibanyak toko pakaian lainnya.

"Mah, Pah," panggil Kyungsoo, menghampiri sekelompok orang yang sedang bercengkrama, hingga perlahan mereka berbalik padanya.

Kai menelan ludahnya, saat matanya menemukan wanita dewasa yang terlihat sangat anggun, dengan gaun putih indahnya, tersenyum menatapnya. Mungkinkah itu mamah Kyungsoo? Beliau masih terlihat sangat cantik dengan usianya kini, bahkan lebih cantik dari foto yang pernah dilihatnya. Wajahnya melukiskan kelembutan dan keanggunan, yang diwarisinya pada Kyungsoo. Dan Kai semakin gugup, saat ia juga melihat sosok papah Kyungsoo di sampingnya. Beliau terlihat gagah dan berwibawa seperti biasanya.

Kyungsoo menarik lembut lengannya, membuyarkannya dari pikirannya, sehingga dia segera menunduk hormat pada kedua orang tua Kyungsoo.

"Apa kabar, Paman" sapa Kai pada papah Kyungsoo. Tuan Do hanya mengangguk hingga Kai beralih pada Nyonya Do dan menyerahkan buket bunganya. "Selamat ulang tahun, Nyonya Do. Saya Kim Kai, kekasih Kyungsoo. Terima kasih, karena sudah mengundang saya ke pesta ulang tahun anda."

Nyonya Do kembali tersenyum dan Kyungsoo meremas lengannya dengan senyuman, bangga karena dia berhasil berbicara lancar tanpa sedikitpun tergagap.

The White SwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang