10

2.5K 479 38
                                    

Holaaa
Selamat bermalam minggu 😎
...

Tak membutuhkan waktu yang lama bagi raja dan ratu kerajaan Samas itu tiba di akademi. Kedatangan raja dan ratu membuat heboh seisi akademi. Melihat raja dan ratu secara langsung secara dekat seperti saat ini adalah kejadian langka. Mereka kagum dengan sepasang suami istri yang menjadi orang utama di kerajaan ini berjalan sambil bergandengan tangan. Raja dan ratu begitu ramah, mereka tetap memberikan senyuman pada siapa saja yang menyapa mereka tapi, semua orang yang melihat raja dan ratu saat ini sangat tergambar jelas raut khawatir diwajah keduangnya.
Kepala sekolah dan seluruh guru serta staff yang ada di akademi menyambut dengan ala kadarnya karena mereka tak tau jika raja dan ratu akan berkunjung.

“Salam yang mulia raja Carlos dan ratu Eliza,” hormat mereka.

Setelah membalas sapaan mereka raja Carlos dan ratu Eliza melihat prince Alden yang sedang berjalan menggandeng princess Amerta. Tanpa melihat dimana dan sedang bersama siapa, ratu Eliza berlari dengan mengangkat sedikit gaunnya menuju ke dua anakknya.

“Oh sayang.. apa kau baik-baik saja?” Tanya ratu Eliza kemudian memeluk erat Tyana.

“Loh Mama kenapa disini?” Tanya heran Tyana, kemudian terlihat Papanya juga berjalan kearahnya, ah bukan kearahnya melainkan kearah kakaknya.

“Ayo berduel dengan Papa.”

“Hah!” Prince Alden terkejut dengan ucapan Papanya, begitu juga dengan yang lainnya.

“Maksud Papa?” Tanya prince Alden.
Tanpa menjawab pertanyan putranya, raja Carlos menarik tangan prince Alden menuju area pertarungan di akademi. Semua mengikuti kemana sang raja pergi yang berjalan sambil menarik putranya, sedangkan Tyana dan ratu Eliza masih terbengong di tempat.

“Mama, apa Papa dan kakak sering berduel?”

“Tidak sayang, mereka tidak pernah berduel sebelumnya.”

“Lalu kenapa Papa mengajak kakak berduel?”

“Ntahlah.”

“Mama, apakah kita akan terus disini atau melihat kakak dan Papa?”

“Hah, ya ampun ayo sayang kita harus menghentikan kedua laki-laki gila itu kalau tidak akademi ini akan hancur. Tunggu, apa kau benar baik-baik saja sayang?” Sekali lagi ratu Eliza memindai tubuh anaknya.

“Iya Mama, aku baik-baik saja. Ayo kita temui Papa dan kak…”

BUM!!

“Astaga sudah dimulai ayo sayang,” ajak ratu Eliza untuk melihat keributan yang dibuat putra dan suaminya itu, sedangkan ditempat pertarungan sepasang ayah dan anak terlihat saling serang.

“Apa hanya itu kekuatanmu prince Alden?”

“Oh tentu saja tidak raja Carlos.”

Setelahnya mereka mengeluarkan kekuatannya masing-masing dan membuat siapa saja yang melihat merasa kagum sekaligus takut.
Pertarungan terlihat begitu sengit diantara keduanya, sampai ratu Eliza dan Tyana sampai kesana.

“Astaga apa yang terjadi Mama?” Tyana terbengong melihat keadaan yang ia lihat saat ini. Dimana kakak dan Papanya sedang mengeluarkan kekuatan yang sangat tidak bisa ia deskripsikan, bola api, panas es dan banyak hal aneh lagi yang Tyana lihat.

“Astaga! Sayang Mama harus menghentikan Papa dan kakakmu sebelum mereka mengeluarkan seluruh kekuatannya.” Belum sempat Tyana menjawab Mamanya sudah hilang dari hadapannya.

Kepala sekolah, guru dan seluruh staff di akademi sudah  mengetahui seberapa kuat raja Carlos dan prince Alden, mereka khawatir akademi ini akan rata dengan tanah jika tidak segera dihentikan tapi mereka tidak memiliki kuasa untuk menghentikan keduanya, sedangan para murid terlihat sangat begitu antusias melihat pertarungan sengit antara ayah dan anak itu. Tiba-tiba pertarungan sengit yang belum mencapai puncaknya itu terhenti, terlihat di area pertarungan sebuah danau cantik muncul tiba-tiba. Danau itu kemudian terpisah menjadi dunia dan menyusut kemudian berpencar mendekati raja Carlos dan prince Alden. Kini keduanya sudah terjebak dalam danau ilusi yang dibuat oleh ratu Eliza. Lagi-lagi Tyana dibuat takjub dengan semua kejadian yang baru saja ia lihat.

“Wah……” ucap Tyana terperangah.

“Mereka hebat bukan?” Tyana menganggukkan kepalanya dengan semangat.

“Kau seperti tak pernah melihat pertarungan sebelumnya?”

“Hmmmm…” jawab Tyana yang belum sadar dengan siapa dirinya berbicara.

“Cukup aneh.”

“Ya memang aneh,” jawab Tyana, yang dimaksud Tyana aneh adalah kekuatan yang orang-orang disini miliki. Ternyata melihat secara langsung lebih menakjubkan batin Tyana.

“Selain cantik kau juga lucu,”

“Eh…” Tyana menoleh kearah suara itu dan melihat laki-laki manis yang tadi menolongnya berdiri.

"Kau?"

"Aku yang menolongmu tadi."

Tyana mengangguk mengiyakan ucapan laki-laki itu, kemudian Tyana menyodorkan tangan kanannya dan laki-laki itu menatap heran pada Tyana.

"Is..." Dengan cepat Tyana menjabat tangan kanan laki-laki itu. "Nah ini maksudku, terimakasih sudah menolongku tadi. Aku Tyana dan siapa namamu?" Bukan gaya Tyana basa basi atau jual mahal di depan laki laki tampan.

"Haha..." Laki-laki itu tertawa kecil melihat tingkah Tyana. "Aku Jevier, kau bisa memanggilku Jev, aku salah satu murid di akademi ini dan Yap.. Bukan masalah menolong wanita yang ingin bunuh diri," goda Jev diakhir kalimat.

"Siapa yang mau bunuh..."

Plak!

"Jangan sembrangan memegang tangan Princess kerajaan Samas Tuan." Sang pelaku yang tak lain Prince Alden menatap garang Jev yang tadi menggenggam tangan adiknya.

"Sudah selesai?" Tanya Tyana menantap kakaknya.

"Apanya?" Jawab Alden malas.

"Sudahlah, melihat wajah masammu itu aku yakin kau kalah dengan Papa. Ck... Usia muda tak menjamin kuatnya seseorang." Ejek Tyana kepada kakaknya.

Wajah prince Alden makin terlihat kesal, ia bukan kalah dari Papanya melainkan kalah dari sang Mama."Tak mungkin aku kalah dengan Papa."

"Oh.... Is ini salahmu yang mengajakku berbicara aku jadi ketinggalan melihat kehebatan Mama." Tyana menatap kesal pada Jev, sedangkan Jev yang ditatap dan mendengar ucapan Tyana hanya menatap malas Tyana.

Dengan kaki yang dihentak-hentak Tyana pergi meninggalkan kakak dan kenalan barunya menuju Papa dan Mamanya yang sedang berbincang dengan para guru. Tanpa peduli dengan Jev, prince Alden juga meninggalkannya mengikuti Tyana.

Sesampainya didepan Papa dan Mamanya Tyana menangis. "Papa! Mama!"

"Ada apa sayang?" sang Mama dengan sigap menghampiri putrinya.

"Aku ingin seminggu tanpa kakak."

"Hah!" Permintaan Tyana membuat semua orang terkejud terutama sang kakak.

"Apa kau begitu membenciku?" Tanya Prince Alden yang mendengar permintaan adiknya. Dia hanya seorang kakak yang merindukan adiknya, seorang kakak yang selama ini berjuang menjadi kuat demi mencari adiknya. Sekarang adiknya ada disampingnya, ia hanya ingin selalu dekat dan menjaga agar kejadian masa lalu tak terulang lagi.

Raut sedih sang kakak membuat Tyana merasa bersalah. "Ah.. Ha..ha..ha.." Tawa canggung Tyana terdengar flase di telinga. "Tidak Mama, aku hanya bercanda dan kakak ada apa dengan wajahmu? Ayo temani aku berkeliling akademi lagi." Tanpa menunggu jawaban sang kakak Tyana menggandeng tangan kakaknya dan berlalu meninggalkan orang tuanya yang masih menatap aneh kedua anaknya.

"Sayang... Apa tadi putra putri kita?"

Plak

"Kau pikir!" Kesal dengan pertanyaan sang suami ratu Eliza pun berlalu menyusul putra putrinya dan menerobos ditengah-tengah, hingga sang Mama kini berada diantara putra dan putrinya.

Bibir raja Carlos tersenyum dengan lebarnya. "Kalian lihat, itu pemandangan terindah selama aku hidup." Ucapan raja Carlos membuat orang-orang yang berada disekitarnya mengangguk dan ikut bahagia.

Saking bahagianya melihat anak dan istrinya, raja Carlos tak sadar jika dirinya dilupakan oleh anak dan istrinya. "Apakah aku ditinggal?"

"Ah.. Sepertinya ia yang mulia," jawab kepala sekolah.

Lagi berusaha bikin cerita ringan gk bertele-tele dan ternyata itu sulit 😂

Princess AmertaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang