5

3.1K 507 18
                                    

"Akh.... Paman Jugo lepaskan aku.. Tio!" Tanpa memperdulikan teriakan Tyana, Jugo dan Tio segera membawa Tyana kembali ke istana dengan kekuatannya. Menghilang di kerumuman orang di dunia Lotus adalah hal yang biasa, jadi ketika melihat Jugo dan Tio menghilang tiba-tiba tak ada yang terkejut ataupun pingsan.

Perpindahan tempat dengan cara yang tidak normal membuat Tyana pusing dan mual. "Tu..ukh.. turun.. ukh.." Jugo yang melihat Tyana akan mengeluarkan isi perutnya segera menurunkan tubuh Tyana dari gendongannya.

"Huek... Huek..." Tyana mengeluarkan semua isi perutnya.

"Euugh... daging yang aku makan keluar lagi," keluhnya. Tanpa rasa jijik Tyana memandangi muntahannya.

"Maafkan saya princess." Jugo melihat Tyana yang muntah –muntah merasa menyesal.

"Akan ku maafkan jika paman meng..."

"PRINCESS!"

Tyana melihat seorang pria paruh baya dengan pakaian formal dan masih terlihat gagah itu berlari kearahnya. Setelahnya Tyana merasakan tubuhnya dipeluk erat oleh lelaki paruh baya yang ia bilang gagah tadi. Hangat, itulah perasaan yang Tyana rasakan saat lelaki paruh baya itu memeluknya.

"Kau dari mana saja sayang, jangan ditinggalkan kami lagi," ucap laki-laki paruh baya yang tak lain adalah raja Carlos.

Setelah melepaskan pelukannya raja Carlos membimbing Tyana untuk memasuki ruangan yang tidak ia ketahui ruangan apa itu. Tyana diajak mendekati sebuah ranjang besar yang diatasnya terdapat wanita paruh baya dengan mata yang tertutup.

"Em..." Tyana mendongakkan wajahnya menatap pria paruh baya yang lebih tinggi darinya, yang saat ini sedang merangkulnya.

"Sayang... bangunlah.. Princess kita sudah kembali." Raja Carlos menatap sekilas putrinya kemudian mendekati istrinya.

"Kemari sayang, pegang tangannya." Dengan pelan raja Carlos menarik tangan Tyana dan menempelkan ke tangan istrinya.

Entah keajaiban dari mana, wanita paruh baya yang tadinya menutup mata kini perlahan membuka matanya. Tyana yang masih bingung hanya mengikuti perintah laki-laki paruh baya yang belum ia kenal itu.

"Princess..." wanita paruh baya yang mulai membuka matanya itu berucap pelan dan memandang Tyana dengan air mata yang sudah tumpah dari kelopak matanya.

"Eh...." Tyana terkejut melihat wanita itu meneteskan air matanya.

Brak

Suara bantingan pintu menghentikan adegan Tyana dan ratu Eliza.

"Hah.. Hah.. Hah.." terlihat Alden berdiri didekat pintu dengan nafas yang tidak beraturan.

"Princess..." cicitnya ketika menatap Tyana. Mata biru itu, mata yang sama persis dengan miliknya dan Papanya.

"Wah.. kenapa semua orang terlihat tampan disini, bahkan dari yang tua sampai yang muda," ucap Tyana dengan polosnya.

Raja Carlos yang mendengar ucapan putrinya itu sedikit menyunggingkan senyumnya, sedangkan ratu Eliza sudah duduk dan menatap haru kearah putrinya, tangannya tak melepaskan tangan Tyana yang sedang ia genggam.

Liana yang masih bingung mendekati kakaknya. "Kakak tidak apa-apa?" Tanpa menjawab dan melihat kearah Liana, Alden berjalan mendekati Papa, Mama dan adik kandungnya. Tanpa sadar Alden memegang pipi Tyana. "Princess Nana.." gumam Alden yang didengar oleh Tyana.

Tyana menelengkan kepalanya. "Nana?" Ulangnya.

Semua orang manatap Tyana dengan raut yang tidak bisa Tyana jelaskan. "Astaga!" Tyana tanpa sadar berkata dengan sedikit meninggikan suaranya.

Princess AmertaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang