Semenjak pertemuan keluarga yang membahas tentang perjodohan, akhirnya Liana lah yang akan menikah dengan putra mahkota Aiden. Sepasang kekasih itupun akhirnya dapat bersatu dan kini mulai terang-terangan menunjukkan hubungan mereka.
Liana pun mulai membuka hati dengan kehadiran Tyana, ia mulai sadar kalau Tyana bukanlah orang jahat. Tyana adalah putri kandung raja dan ratu yang telah lama hilang, wajar saja jika raja dan ratu sangat memanjakannya sedangkan dirinya sejak kecil sudah dimanjakan oleh raja, ratu dan Alden.
"Hai...." Liana yang saat ini berjalan ditaman berpas-pasangan dengan Tyana.
Tyana sedang melihat taman yang dulunya terdapat pohon rindang kini sudah tampak indah dan tertata. "Oh hai.. Liana."
"Kau sedang apa?" Tanya Liana yang mencoba mengakrabkan diri.
"Aku hanya sedang mengamati pekerja kebun." Tyana menoleh kearah Liana dan tersenyum jail.
"A..ada apa dengan senyummu itu Ana?" Pipi Liana memerah, sebenarnya ia tahu kalau Tyana sedang menggodanya karena kejadian waktu itu.
"Ana?"
"Ah.. Bukankah lebih simpel jika aku memanggilmu dengan nama tengahmu?"
"Hmmm... Terserah padamu saja, tapi nama kita sama sama ada Ana nya."
"Kau benar aku baru menyadarinya, panggil saja aku Liana."
"Bukankah itu memang namamu." Keduanya tergelak setelah percakapan tentang panggilan nama mereka.
Tiba-tiba seorang pelayan menghampiri mereka. "Maaf Princess dan nona Liana saya mengganggu, ada yang ingin saya sampaikan."
"Ada apa?" tanya Tyana.
"Em.. Itu.. Ada Nona Clara yang berkunjung untuk menemui nona Liana."
"Apakah dia temanmu?" Tanya Tyana pada Liana.
"Ah.. Ya.. Dia teman dekatku," jawab Liana girang. "Suruh dia untuk menemuiku disini." Lanjut Liana memberi perintah pada pelayan dan segera pelayan itu melaksanakan perintah.
"Aku akan memperkenalkannya padamu?" Liana menatap Tyana dengan senyum cerahnya.
"Suatu ke hormatan berkenalan dengan teman dekat Anda nona," jawab Tyana ala putri-putri bangsawan yang membuat Liana tertawa.
"Bukankah lebih baik kita siapkan minuman dan cemilan. Ah.. Bagaimana kalau didekat danau itu." Tunjuk Liana.
"Bukan ide yang buruk, udara cukup sejuk hari ini," jawab Tyana dan memerintahkan pelayan untuk menyiapkan semuanya.
Tak lama rombongan Clara, putri perdana mentri kerajaan tetangga datang bersama para dayangnya.
"Liana..." teriakan Clara membuat Liana menoleh dan senyum merekah terbit di bibirnya.
"Clara.. Lama tak jumpa, kenapa kau lama sekali tidak mengunjungiku," sungut Liana.
"Maafkan aku, aku sibuk belajar. Kau tau aku anak pertama dan sesekali harus membantu Ayahku." kemudian Clara menoleh ke arah Tyana. Tatapan lembut yang tadinya terpancar menjadi tatapan tak bersahabat, hal itu membuat Tyana mengernyitkan dahinya ada apa dengan tatapan wanita itu batin Tyana.
Tanpa Liana sadari, curhatannya kala itu saat berkirim surat dengan Clara tentang kehadiran Tyana yang mengambil seluruh perhatian keluarganya, menimbulkan benih benci di hati Clara. Clara sangat menyayangi Liana sebagai sahabatnya.
"Siapa dia?" Dari ciri-ciri yang diceritakan Liana tentang Tyana pada Clara, sebenarnya Clara bisa menebak kalau wanita itu adalah princess Amerta.

KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Amerta
FantasyCerita ini proses revisi biar alurnya gak amburadul Menjadi orang penting di dunia lain? Bukan dunia lain alam ghoib, tapi dunia lain benar-benar dunia manusia dengan kekuatan yang hanya aku lihat di film-film. Otak dan Jiwaku benar-benar dibuat kal...