Raja Carlos tertawa terbahak setelah mendengar permintaan konyol sang putri. "Haha.. Sayang.. Astaga, siapa yang memberitahukan hal konyol itu padamu hmm?"
"Tio Papa."
"Tio? Hahaha dasar anak itu."
"Berhenti tertawa Papa. Hah.. Apa Tio berbohong padaku dan sebenarnya aku memiliki kekuatan yang tersembunyi?"
"Baiklah baiklah Papa tidak akan tertawa. Hmmm soal kekuatanmu belum saatnya kau tahu sayang, kau harus mempelajari terlebih dahulu dasar-dasar semua yang ada di dunia ini. Mungkin baiknya besok kau mulai membaca buku sejarah di perpustakaan."
"Baiklah...." Tyana menjawab dengan lesu, belajar sejarah? Oh ayolah.. Itu hal yang sangat membosankan, lebih baik ia disuruh menghafal banyak pasal dari pada sejarah.
"Ada apa dengan wajahmu sayang?" Raja Carlos mengernyitkan dahinya ketika melihat wajah tak semangat sang putri.
"Tidak Papa, aku baik-baik saja. Oh ya dimana Mama aku tak melihatnya dari tadi?"
"Papa rasa Mamamu sedang sibuk di dapur memeriksa hidangan langsung untuk tamu kita nanti malam."
"Tamu?"
"Ah Papa lupa memberitahumu. Nanti malam ada tamu spesial yang akan datang dan juga kakakmu sudah kembali dari tugasnya bersama mereka."
"Jadi mereka teman kakak?"
"Bukan, mereka datang khusus untuk melihat dan bertemu denganmu. Jadi alangkah baiknya sekarang persiapkan dirimu sayang, pelayan akan membantumu." Raja Carlos menggiring putrinya untuk keluar dari ruang kerjanya sebelum putrinya itu banyak tanya.
"Dah sayang.. Sampai jumpa nanti."
Brak!
"Pa.." Perkataan Tyana serempak dengan pintu yang tertutup. Tak ingin memikirkan banyak hal Tyana pun berjalan menuju kamarnya bersama sang kakak.
"Kakak pulang... Ck... Gerak gerikku akan terbatas lagi," dumel Tyana sepanjang jalan.
Sedangkan dikamarnya putri Liana sedang berendam di air mawar, ia tak ingin melewatkan dan kekurangan suatu apapun untuk acara nanti malam.
Bagi Tyana tak perlu berlama-lama mempersiapkan diri untuk makan malam bersama tamu spesial sang Papa, karena saat ini Tyana sedang berjalan-jalan disekitar istana sendiri tanpa seorang pelayan pun. Kemana pelayan? Tentu saja Tyana berkelit hingga berhasil mengecoh para pelayannya.
"Hah.. Udara sore memang menyejukkan, kenapa aku baru tahu ada taman sebagus ini." Tyana berjalan lebih masuk kedalam taman. Hari yang memang sudah senja terlihat remang-remang dibawah pohon rindang.
"Astaga!" Tyana menjerit tertahan. Di balik pohon rindang itu Tyana melihat Liana sedang bermesraan bersama seorang pria.
"Ya Tuhan, mataku ternodai." Tyana kembali menjerit kemudian berlari meninggalkan pasangan yang sedang berciuman mesra itu.
"Wah..." Tyana bergidik mengingat pemandangan dewasa yang baru saja ia lihat.
"Berhenti!"
Suara tegas seseorang dan pedang yang terlihat tajam kini menyentuh leher mulus Tyana.
"A..apa.....?" Tyana yang terkejut menatap ngeri pedang yang menggores sedikit lehernya, hingga tetesan darah mulai terlihat.
"Siapa kau?" Tanya suara yang tidak bersahabat itu.
"A..aku.. Tolong singkirkan pedang ini dari leherku." Setelah berhasil menenangkan diri, Tyana memberanikan diri menatap sang pelaku.
"Siapa kau?" Lagi.. Suara yang tak lain adalah seorang laki-laki yang tetap tak menyingkirkan pedangnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/249991456-288-k114550.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Amerta
FantasiCerita ini proses revisi biar alurnya gak amburadul Menjadi orang penting di dunia lain? Bukan dunia lain alam ghoib, tapi dunia lain benar-benar dunia manusia dengan kekuatan yang hanya aku lihat di film-film. Otak dan Jiwaku benar-benar dibuat kal...