13

1.8K 406 55
                                    

Yuhuuuuuu... Setelah sekian purnama
Ondet Back eperbadeh.
So...
Kalo lupa alur bisa baca episode sebelumnya, gitu aja sih pesan Ondet yang penuh makna ini
😂😂😂😂😂

Tyana tak langsung menjawab pertanyaan yang dilontarkan kepadanya. Matanya memindai ruangan itu, ia cukup terkejud dengan tamu yang duduk dan ikut mantap dirinya, kemudian ia menatap Liana yang menunduk takut.

Tyana tersenyum kecil hanya mata yang jeli yang dapat menangkap senyumannya. "Ah.. Ini..." Tyana memegang lehernya yang diperban.

"Tadi aku sedang bermain di taman terus..." Tyana sengaja menggantungkan ucapannya kemudian melirik ke arah Liana dan kekasihnya. Liana menatap horor kearah Tyana sedangkan sang lelaki menatap datar Tyana.

"Bermain di taman kemudian?" prince Alden sudah berada didepan adiknya dan memyentuh perban Tyana.

"Aduh! Sakit!" Pekik Tyana karena kakaknya itu menekan lukanya.

Raja Carlos mendelik pada putranya. "Apa-apaan kau Alden!"

"A..aku.. Maafkan kakak sayang, apa sangat sakit." Prince Alden tak sengaja menekan luka Tyana karena tak terima adiknya terluka.

"Is... Minggir aku malas dengan kakak." Tyana berlalu mendekati sang Papa dan memeluknya.

"Papa.... Papa taukan pohon rindang yang ada di taman..." Raja Carlos hanya mengangguk.

"Tolong besok Papa minta pada pengurus taman untuk memotong sedikit dahan dan daunnya agar tidak terlalu rindang. Asal Papa tau saja.. Tempat seperti itu adalah sarangnya setan." Tyana berbisik diakhir kalimat.

"Sarang setan?" Beo raja Carlos.

"Hmm... Jika ada tempat seperti itu sama saja kita memfasilitasi para setan pengganggu untuk mengajak manusia berbuat mesum disitu." Tyana mendongak menatap wajah Papanya yang sedang ia peluk.

Tatapan Tyana membuat pipi raja Carlos memerah. "Eh... Kenapa pipi Papa memerah... Apa Papa pernah berbuat mesum di tempat rindang itu?" Tyana menatap Papanya penuh curiga.

Raja Carlos gelagapan. "Ti..tidak sayang mana sempat Papa berbuat mesum di tempat seperti itu. Ah.. Jangan menatap Papa dengan wajah menggemaskanmu itu sayang..." Pipi raja Carlos memerah karena sang putri bukan hal mesum lainnya.

"Ck.. Jadi... Kenapa lehermu sayang?" Kali ini sang ratulah yang mendekati putrinya dengan wajah khawatir.

"Mama.. Aku tidak apa-apa." Tyana menghampiri Mamanya kemudian menuntun Mamanya duduk kembali.

"Ehem.. Maaf atas keributan yang saya perbuat." Tyana membungkukkan badannya menghadap orang-orang yang sepertinya tamu terhormat.

"Ah tak apa sayang.." Jawab wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu.

Tyana melirik sekilas ke arah laki-laki yang bersama Liana tadi, laki-laki itu ternyata juga sedang menatap dirinya. Merasa tak suka dengan tatapan dari laki-laki itu Tyana memelototkan matanya sekilas kemudian kembali melihat kearah Mamanya.

"Papa... Bisakah kita mulai makannya aku lapar," bisik Tyana pada sang Papa.

Raja Carlos mengacak gemas surai putrinya kemudian mempersilahkan keluarga dan tamu undangan untuk menikmati hidangan. Makan malam yang awalnya ada sedikit keributan kini terlihat tenang. Setiap orang sedang menikmati makan malamnya tapi, tidak dengan putra mahkota yang sesekali melirik ke arah Tyana sedangkan Liana sesekali memergoki putra mahkota melirik Tyana.

Liana kesal dengan apa yang ia lihat, harusnya putra mahkota meliriknya bukan malah melirik Tyana. Sedangkan Tyana bersikap acuh pada sekitarnya dan fokus dengan makanannya. Semua makanan malam ini sesuau dengan seleranya, rasanya Tyana ingin menambah lagi makanannya tapi apa daya rasa malu masih bersarang pada dirinya.

Princess AmertaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang