E N A M

2.7K 239 5
                                    

"Jadi Syifa ngasih kamu nama Zettyra Khawla. Terus panggilannya Lala?"

Damar bertanya di sela-sela kesibukannya berkutat dengan wajan dan sudit. Pagi itu, ia tak berangkat ke rumah sakit karena giliran jaga malam. Untuk itu, ia memanfaatkannya dengan memasak bersama Lala. Sekalian mengajarkan nama benda-benda yang ada di dapur pada gadis itu.

"Uuuungfa! Uuunglaaa!" Lala menjawab dengan semangat sembari mengacungkan sebuah sendok sayur ke udara.

Damar berdecak. Sesekali menoleh ke arah Lala, dan kembali fokus pada pekerjaannya. "Kamu enggak bisa ngomong selain itu apa?"

"Uung?" Lala memiringkan kepala sembari memasang wajah bingung.

Laki-laki yang terlihat mempesona dengan apron warna merahnya itu mau tak mau tersenyum geli. Wajah polos si gadis barbar benar-benar terlihat lucu!

"Kamu enggak bisa terus-terusan ngomong kaya gitu." Damar menjeda ucapannya untuk mengambil piring, dan mulai memindahkan nasi goreng yang terlihat menggiurkan itu ke sana.

Setelah selesai, laki-laki itu lantas meletakkan piring yang terdapat hasil masakannya itu di atas cabinet table. Selanjutnya, ia berjalan menuju kitchen sink, dan mencuci tangannya di sana. Tanpa menatap ke arah Lala, ia melanjutkan perkataannya. "Nanti kalau saya dapet cuti lagi bulan depan, insya Allah saya bakal bantuin kamu buat belajar ngomong. Jangan mau kalah sama keponakan-keponakan saya yang baru umur dua tahun. Mereka aja ud-- subhanallah, Zettyra! Kamu dengerin saya enggak, sih?!"

"Ungla! Uuungraa!"

Damar mendesah frustrasi saat berbalik sudah mendapati nasi goreng yang ia tata dengan rapi telah berhamburan di atas cabinet table. Siapa lagi pelakunya jika bukan Lala. Ternyata gadis itu sudah sudah mengincar nasi goreng yang dimasaknya, dan baru beraksi saat dirinya mencuci tangan tadi.

"Taruh lagi piringnya! Kita, kan, rencananya mau bagi dua!" perintah Damar dengan raut kesal.

Lala cepat-cepat menggeleng. "Uuung!" Lantas, disembunyikannya benda yang dipinta oleh Damar di balik punggungnya.

Laki-laki yang menjadi kakaknya Raka itu memijit pelipisnya, lalu mendekati si gadis barbar untuk mengambil piring tersebut. Namun, gerakan Lala lebih gesit. Gadis itu sudah melarikan diri ke luar area dapur dengan membawa nasi goreng buatannya. Meninggalkan Damar yang tak bisa menahan teriakan kesalnya.

"ZETTYRAAAA! KEMBALI KAMU!"

* * *

"Ngapain kamu balik ke sini lagi habis nyuri makanan saya?" Damar bertanya ketus dengan bersedekap dada saat melihat kedatangan si gadis pembuat onar berdiri di ambang pintu.

Lala menunduk sembari mesem-mesem. Sebelah tangannya terangkat untuk menyelipkan helaian rambut pirang yang jatuh ke belakang telinga.

Damar berdecih ketus. Kentara sekali jika gadis bermata biru jernih itu tengah menampakkan sikap malu-malu. Namun, jangan harap dirinya akan malu setelah dibuat kelaparan karena jatah sarapannya dibawa kabur. Akhirya, ia terpaksa memesan makanan untuk mengganjal perutnya yang sudah sangat keroncongan.

"Jangan marah-marah gitu, Kak. Lala begitu karena masakan Kak Damar enak banget."

Suara bernada lembut itu muncul bersamaan dengan datangnya seorang wanita yang memakai jilbab cokelat muda.

"Syifa?" Kening Damar mengerut heran sembari menyebut nama wanita tersebut. "Ngapain kamu ke sini? Triple A, ke mana?"

"Aku mau nganterin piring, Kak." Syifa mengangkat benda yang dimaksud dan menunjukkannya pada kakak iparnya itu. "Sekalian mau bilangin Kak Damar jangan marah-marah terus sama Lala. Kalau Triplets lagi main sama Ayahnya, Kak."

My Zettyra! [Terbit!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang