"Ada apa lagi, Zettyra?" Damar bertanya dengan nada bosan saat melihat Lala lagi-lagi mengangsurkan kepala ke arahnya.
"Usap! Usap!" pintanya polos.
Sejak laki-laki yang sudah tak terlalu galak lagi itu menyentuh rambut pirangnya, Lala jadi ketagihan. Ia juga belajar apa nama kegiatan itu dari Syifa. Dan tentu saja, istri Raka itu langsung mengajarkan dirinya sampai lancar menyebutkan kata tersebut seperti sekarang.
Damar menghela napas pendek, mencoba menabung stok kesabarannya lagi. "Tadi bukannya udah?"
Lala lantas menaikkan pandangan, sebelum kembali menunduk memajukan rambut pirangnya yang panjang itu. "Lagi. Lagi usap!"
"Ya Allaaah!" Damar mengusap wajah frustrasi. Mau tak mau ia luluh juga. "Iya, iya. Ini saya usap. Tapi habis ini udah, ya? Saya besok udah mulai masuk, jadi masih ada yang harus saya kerjain," cerocosnya panjang lebar.
Si gadis yang sudah tak terlalu barbar--entah mengerti atau tidak-- langsung mengangguk-angguk dengan antusias.
"Y-ya udah, kamu duduk aja. Jangan bungkuk kaya gitu! Ehem... maksud saya, yaa, terserah kamu ajalah!"
Damaaar, kamu kenapa, sih?!
Laki-laki berkaus hitam dipadu dengan celana chino itu menarik napas panjang, lalu mengeluarkannya kembali. Perasaan berdebar itu selalu datang setiap ia akan bersentuhan dengan gadis di depannya.
Waktu pertama kali mengusap kepala Lala, ia menyangkal rasa itu. Mungkin karena belum pernah memegang lawan jenis. Namun, setelah diulangi beberapa kali, tetap saja ada. Membuat dirinya kebingungan.
Pada akhirnya, Damar tetap membelai rambut si gadis berwajah bule itu. Kemudian, saat tangan kekarnya menyentuh helaian pirang yang begitu lembut itu--karena dirawat secara telaten oleh Syifa-- ia tanpa sadar memejamkan kedua mata, menikmati apa yang tadi sempat ditolak olehnya.
Beberapa detik berlalu dengan posisi yang masih sama seperti itu. Tak terjadi apapun, sampai....
"Oooh, pantesan enggak mau dijodohin, orang udah nemu sendiri. Udah, nikahin aja, Kak. Kamu, 'kan, masih jomlo ini."
"Astaghfirulloh! Mama?!" Damar terperanjat kaget mendengar suara yang tiba-tiba datang itu. Ia menoleh ke arah pintu penghubung ruang tengah--tempatnya bersama Lala saat ini-- dan langsung menarik tangannya dari kepala gadis itu begitu saja.
"Loh, Ma!" ulang Lala meski belum sempurna. Ia terkejut bukan karena kedatangan Sinta, tetapi karena suara Damar yang terlalu keras.
Bangkit dari duduknya tanpa memedulikan Lala lagi, laki-laki itu langsung menyongsong ke arah sang ibu.
"Mama kenapa ke sini?" tanyanya kemudian.
"Loh? Emang salah kalau orang tua mau dateng?"
Ah, salah pertanyaan.
"E-eh, maksud aku, Mama kapan dateng? Terus Papa mana?"
Sinta mendelik, masih kesal dengan sikap anaknya kemarin. Beruntung ada sang suami tercinta yang sigap menenangkannya sehingga ia mau datang ke sini. Apalagi saat mendapatkan kabar gembira dari Raka dan Syifa tentang kedekatan Damar dengan Lala.
"Mama enggak boleh masuk sama duduk, nih? Pegel, tau," ucap Sinta. Mengabaikan pertanyaan sang anak yang lalu.
"Tapi, kan, Mama udah masuk," ucap Damar dengan wajah datar.
Ibu dua anak itu langsung saja memamerkan deretan giginya yang rapi, lalu melenggang begitu saja melewati Damar, dan menghampiri Lala yang hanya menjadi penonton sejak tadi.
"Duuh, calon mantu Mama. Kamu apa kabar?"
"Ung? Lon tu?" ulang Lala dengan wajah lucu. Membuat Sinta langsung tertawa kecil.
"Ma," ucap Damar dengan nada peringatan.
Sinta mendelik tak suka ke arah anaknya itu. "Apa, sih, Kak. Ganggu Mama aja. Kamu tadi usap-usap rambut dia kayanya nyaman banget. Mama bilangin Papa buat nikahin kalian, ya?"
Mendengar hal itu, sontak saja Damar langsung membalas, "astaghfirulloh, aku bukan pedofil, Ma!"
Sinta mengangkat bahu, mengabaikan putra sulungnya. "Gimana, Sayang?" tanyanya pada Lala. "Mau jadi menantu Mama yang cantik ini? Coba bilang... ma... u. Mau."
"Ma... u?"
"Nah!" Sinta menjentikkan jarinya dengan wajah yang berbinar-binar. Wanita itu kemudian menoleh ke arah Damar yang suka bermuka masam. "Tuh, Kak. Lala udah mau!" serunya.
Yang diledek pun makin memanas. Dengan wajah memerah malu, laki-laki itu membalas, "Ya Allah, Mama! Jangan godain aku, dong!"
Dan, Sinta pun hanya bisa tertawa geli. Diikuti oleh Lala di sebelahnya, tetapi langsung berhenti lagi saat Damar memelototi gadis itu.
* * *
Gimana? Gimana? Gimana? 😂
![My Zettyra! [Terbit!]](https://img.wattpad.com/cover/253989958-64-k53679.jpg)