E N A M B E L A S

2.4K 230 15
                                    

"Zettyra ke mana?"


Pertanyaan itu langsung terlontar ketika mata tajam milik Damar telah menangkap sosok adik serta para keponakannya.

Mendengar seseorang yang berbicara, Raka lantas menoleh dengan kening berkerut. Laki-laki itu merasa terkejut mengetahui pemilik suara ternyata adalah kakaknya sendiri.

Suaminya Syifa itu kemudian berdiri setelah berbicara pada putra-putranya, lalu menghampiri sang kakak yang masih berdiri di ambang pintu kamar dengan wajah keruh.

"Kenapa, Kak?" tanya Raka setelah keduanya saling berhadapan.

"Zettyra ke mana?" Damar mengulangi pertanyaannya. Terdapat penekanan di tiap nadanya, menunjukkan dengan jelas bahwa laki-laki itu sedang kesal saat ini.

"Kenap--"

"Kamu serius mau nanya lagi sampai enggak ada habis-habisnya?" Damar lekas menyela.

Raka menggaruk kepalanya yang tak gatal, senyum lebar tersungging di bibir tipis itu. Merasa senang karena saudara laki-lakinya tersebut telah termakan godaan.

"Kok enggak jawab?" desak Damar lagi. Sebelah kaki yang terbalut celana kain hitam itu, mengetuk-ngetuk lantai. Jelas sekali jika sudah tak sabaran.

"Sewot aja, kenapa, sih?" Raka malah memutuskan untuk tetap bersikap menyebalkan, terus mengulur jawaban atas rasa penasaran sang kakak.

"Ya, kamu, Rak. Dari tadi Kakak nanya di mana Zettyra, 'kan?" Lagi-lagi persoalan sama dikeluarkan. Kali ini dengan nada yang begitu dingin.

Raka lantas mengacungkan dua jari telunjuk dan tengahnya. Menyerah, sebab laki-laki yang lebih tua darinya itu benar-benar serius.

"Iya, maaf. Santai aja, Kak. Jomlo udah lama jad--"

"Raka."

Hanya satu kata, tetapi mampu membuat si empunya nama merinding.

"Sama Alan." Pada akhirnya laki-laki yang telah menjadi ayah bagi ketiga putranya itu mengatakan kebenaran.

"Ke mana?"

"Enggak tahu, Kak. Mungkin jalan-jalan?"

"Jalan-jalan?" ulang Damar, dahinya mengerut tak suka. "Tadi Kakak udah bilang kalau Zettyra enggak boleh pergi, 'kan? Kenapa tetep aja?"

"Kenapa enggak boleh? Lala sama Kak Damar enggak puny--"

Ucapan Raka terjeda tatkala suara salam dari luar terdengar. Disusul oleh kemunculan dua sosok yang sejak tadi menjadi perbincangan.

Damar maupun Raka langsung menoleh, dan kedua laki-laki tersebut memasang ekspresi yang sama-sama terkejut.

Bagaimana tidak jika yang dilihat adalah Alan yang tengah merangkul pundak Lala dengan mesra sembari berjalan menuju ke arah mereka. Kantung-kantung belanjaan, tampak muat dalam satu tangan sekretaris Raka yang masih bebas.

"Itu La--"

Lagi-lagi ucapan suaminya Syifa itu terpotong. Kali ini karena melihat sang kakak yang langsung menghampiri Alan dan Lala dengan langkah-langkahnya yang lebar.

My Zettyra! [Terbit!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang