"Pangeran Jeongin!"
Suara lantang terdengar menggema pada hutan belantara, menyebabkan beberapa burung terbang berhamburan meninggalkan ranting pohon. Beberapa langkah gemuruh samar terdengar semakin mendekat, mengejar seorang anak lelaki yang berusaha setengah mati berlari tanpa menimbulkan kebisingan, semakin menjauh hingga tubuhnya terbenam pada semak belukar serta pohon menjulang sekitar.
Memutuskan untuk beristirahat sejenak, Jeongin mengamati sekitar terlebih dahulu-- memastikan suasana aman sebelum akhirnya menyandarkan punggung pada sebuah pohon.
"Merepotkan sekali," alisnya bertaut kesal, "Apa mereka tidak bisa membiarkanku pergi sekali saja? Aku akan kembali sore."
Keputusannya untuk meninggalkan pekarangan istana secara diam-diam karena merasa bosan selama empat belas tahun lamanya secara berturut-turut dengan hanya menikmati situasi ayah dan ibunya yang sibuk bekerja, lalu ia yang bermain bersama Han, ataupun melihat jejeran pengawal yang berdiri layaknya patung pada beberapa sudut istana sampai seharian penuh.
Jeongin bosan, ingin melihat secara langsung ikan yang berenang dalam sungai mengalir jernih-- desusnya terletak pada pinggiran hutan, tak jauh dari istana. Serta ia ingin melihat secara langsung pekarangan rakyat yang pada pagi sampai menjelang sore terdapat pasar utama Merald sebagai tempat perdagangan terbesar dimana banyak sesuatu menarik didalamnya.
Gejolak memberontak semakin menjadi tatkala ia berhasil mencari celah melarikan diri pada sela pelatihan ketahanan di hutan-- panah yang ia gunakan untuk membidik rusa seketika dilemparnya asal, lalu berlari sekuat tenaga tak tentu arah, menjauhi beberapa pengawal yang mengejar.
Dan sampailah Jeongin pada titik lelah untuk berlari. Napasnya tersengal tetapi kembali melanjutkan berlari setelah mendengar sahutan samar mendekat.
"Ah, sial." decaknya segera berlari tergesa, menjauh, berharap tidak mendapati para pengawal.
Kepalanya sesekali memutar-- melirik kearah belakang-- sampai tak menyadari langkah kakinya menyambar sebatang ranting pohon terbengkalai ditanah. Membuatnya tersandung dengan tubuh terjatuh bebas menghantam tanah, wajahnya bahkan menyeret debu berhamburan pada permukaan tanah.
Ia segera beranjak terduduk, tangannya menepuk-nepuk debu yang mengotori pakaiannya. Ia juga meludahi sedikit debu yang terdapat dalam mulutnya.
Seumur hidup, baru pertama kalinya Jeongin terjatuh tanpa bantuan uluran tangan seorang pelayan, terlebih menelan debu yang juga mengotori pakaiannya. "Sialan." gerutunya.
"Oh?!"
Selagi sibuk menghempas beberapa debu yang menempel pada lengannya. Ia mendongak mendengar seseorang menyahut. Mendapati seorang gadis muda menampakan alis bertautnya, tampak bingung.
Gadis berbalut gaun sederhana mencapai lutut, rambutnya berkepang satu tidak begitu rapih, iris mata bulatnya berwarna coklat, sepasang kaki telanjangnya sedikit terbenam pada air mengalir sungai, dan sepasang tangannya yang tengah memegang keranjang berisikan dua ekor ikan hasil tangkapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KINGDOM [JEONGIN]
Fanfiction[COMPLETED] Mona tidak menyangka akan terjebak dalam era kerajaan Merald. Terlebih menjadi Ratu, telah menikah, serta menerima kenyataan bahwa suaminya adalah Yang Jeongin, Raja termuda sepanjang sejarah kerajaan Merald. [Bahasa baku] [15.01.20]