Langit mendung seakan menyelimuti duka mendalam kerajaan Dovreck. Tangis haru tak terbendung saat Raja Doverck, Chan menyerahkan rangkaian bunga Lily tepat di atas nisan istrinya. Bunga Lily merupakan bunga favorit bagi mendiang Ratu Dovreck yang memiliki makna kesucian dan kemurnian.
Seluruh Raja, Ratu serta bangsawan turut hadir dalam prosesi pemakaman sebagai penghormatan terakhir pada Ratu Dovreck.
Mona turut hadir bersama Jeongin, dengan mata yang sembab melihat Chan terus saja mengusap nisan itu.
Meski tak pernah bertemu dan mengenali dengan baik, ia dapat mengetahui dari tangisan Chan bahwa lelaki itu sangat tulus dan merasa kehilangan.
Tidak ada yang abadi, semua orang pasti akan meninggalkan dunia.
Seusai pemakaman, Mona mengikuti Jeongin menyerahkan setangkai bunga lily tepat di atas batu nisan,
"Istirahatlah dengan tenang," gumamnya.
Sampai detik itu kematian Ratu Dovreck masih menjadi tanda tanya besar bagi kerajaan Dovreck serta rakyat. Ditemukan bersimbah darah akibat tusukan pedang dalam ruang lingkup istana, sesuatu kejadian yang tidak mungkin terjadi ketika istana memiliki banyak pengawalan.
Raja Dovreck juga telah melakukan eksekusi terhadap pengawal Ratu. Menganggap lalai dalam melaksanakan pengawalan.
Dan bukti sama sekali belum ditemukan.
"Nyonya Mona?"
Mona mendongak saat menyusuri jalan setapak bersama Jeongin, meninggalkan area pemakaman kerajaan.
Namun mengejutkannya hingga membuat ia terbelalak tak percaya. Wajah itu-- sangat tidak asing, tentu saja ia mengenali wajah gadis yang kini tengah berjalan ke arahnya tersenyum tipis,
"Yeri??"
Ya, Yeri. Sahabatnya yang terakhir ditemuinya saat menjalani karyawisata. Namun anehnya, gadis itu mengenakan gaun kerajaan serta berdampingan bersama seorang lelaki. Entahlah, Mona tidak mengetahui pasti siapa lelaki itu.
"Lama tidak bertemu," sapanya, langsung memeluk.
"K-kau--" Mona tidak mengetahui harus berkata apa, banyak pertanyaan terbesit dalam pikirannya dan ingin diutarakannya. Namun ia berakhir mengeluarkan satu pertanyaan,
"Kau benar Yeri??" terkejutnya.
"Ya, aku Yeri. Apa aku gemukan sampai kau tidak mengenaliku lagi?"
Oh tuhan, bukan masalah gemukan. Tapi gadis itu terlihat sama dengan Yeri yang dikenalinya. Bahkan nama gadis itu juga Yeri.
Mona mengerjap untuk beberapa saat, hingga Joengin menepuk pundaknya. Seakan mengetahui raut wajah bingungnya. Jeongin membuka suara,
"Senang bertemu denganmu lagi," Jeongin menyapa Yeri serta lelaki yang berada di samping gadis itu,
Meski hanya bersepkulasi, melihat dari Yeri merangkul lengan lelaki itu, tidak mungkin--
"Senang bertemu kembali dengan anda, Yang Mulia."
Tepat saat lelaki itu-- entahlah pasangan Yeri atau sekedar kerabat. Membalas jabatan tangan Jeongin. Seketika Mona terbelalak mengenali benda melingkar bermotif tak asing dari salah satu jemari lelaki itu.
"Oh? Cincin itu?!"
"Cincin?" Lelaki itu mengikuti arah pandangan Mona.
"Bagaimana kau--"
"Maksud anda cincin bangsawan?"
Mona terdiam, ia mengingat betul cincin dengan ukiran yang sama digunakan oleh seseorang berjubah hitam, lawan bicara misterius Minho saat di taman belakang istana Merald.
KAMU SEDANG MEMBACA
KINGDOM [JEONGIN]
Fanfiction[COMPLETED] Mona tidak menyangka akan terjebak dalam era kerajaan Merald. Terlebih menjadi Ratu, telah menikah, serta menerima kenyataan bahwa suaminya adalah Yang Jeongin, Raja termuda sepanjang sejarah kerajaan Merald. [Bahasa baku] [15.01.20]