Chapter 4

6K 862 57
                                    

Tidak terasa baginya hari telah berlanjut. Menginjak hari kedua Mona terjebak dalam masa kerajaan Merald. Meski baru beranjak hari kedua, ia merasa waktunya seakan telah berlalu selama setahun.

Ia merindukan kehidupan sesungguhnya, merindukan Ayah dan Ibunya, merindukan suasana sekolahnya serta merindukan Yeri dan Minji.

Saat semalam beranjak tidur, ia berharap ketika membuka mata dapat kembali pada kehidupan semulanya. Namun kebalikannya, ia membuka mata dan tidak ada yang berubah. Semua terlihat sama seperti sebelumnya.

Menyedihkannya, Mona harus menerima kenyataan menjadi seorang Ratu, dan terlebih lagi memiliki seorang putra.

Mengenai Jeongin--- Mona belum melihatnya bahkan tidak bertatap muka dengan lelaki itu semenjak pertemuan terakhir mereka pada arena eksekusi kemarin. Ia tidak begitu tahu jika semalam Jeongin tertidur atau tidak, Mona memang berniat menghindarinya. Ia tidur lebih cepat dan terbangun tanpa mendapati Jeongin. Lagipula apa perdulinya,

Sayang sekali, pernikahan pada masa kerajaan berbanding terbalik dengan cerita dongeng pada umumnya. Ketika Raja atau pangeran bertemu permaisuri, saling jatuh cinta, menikahinya dan hidup bahagia selamanya. Kenyataannya ia menikahi seorang Raja, jangankan jatuh cinta bahkan cintanya masih perlu dipertanyakan, hidup mewah, memiliki seorang anak manis tapi tidak bahagia selamanya.

Lebih baik dirinya mati saja, namun ia tidak berani melakukan bunuh diri atau menyakiti dirinya sendiri. Membayangkannya saja membuatnya ngilu. Apalagi melakukannya,

Mona mendengus kasar, bertopang dagu memandangi pemandangan luar istana dari balik jendela. Taman bagian depan dan belakang istana sangatlah luas, ia dapat melihat pengawal sesekali berlalu lalang mengelilingi istana.

Jemarinya meraih tangkai gelas cangkir, mendekatkan bibir gelas dan menghirup aroma teh melati, Kemudian menyesapnya. Wanita peracik teh yang hampir mengalami eksekusi ternyata memang sangat pandai meracik teh melati dengan aroma khas, bahkan terasa enak ketika memasuki kerongkongan Mona.

"Permisi, Nyonya."

Suara ketukan pintu mengalihkan pandangannya, ia mendapati Somi berjalan mendekatinya dengan tersenyum kecil lalu membungkuk sejenak, "Anda harus mengikuti pelatihan ketahanan,"

Alisnya berkerut samar, "Pelatihan Ketahanan?"

***

Mona tidak menyangka bahwa pelatihan ketahanan yang dimaksud adalah berlatih memanah, berkuda dan bertarung dalam perang-- menggunakan pedang serta perisainya. Seorang gadis sepertinya bahkan harus bersiap jika terjadi perang, karena kedudukannya sebagai Ratu.

Pelatihan dimulai dengan belajar memanah, setelah mendengar instruksi dan arahan, ia mulai melakukan praktek secara langsung. Mona memasang postur tegak, meluruskan sebelah lengannya dan memegang ujung panah, memfokuskan arah pandangannya pada titik merah di ujung sana, lalu mulai menarik tali busur dan melepasnya.

"Ah, sayang sekali," gumamnya murung. Melirik sang instruksi lalu tertawa kaku.

Pasalnya, Ia telah menembak anak panah sebanyak sepuluh kali, namun tidak ada yang menepati sasaran. Bahkan anak panahnya meluncur melewati papan terget,

Bagi pemula sepertinya bukankah wajar?

Berlanjut melewati pelatihan panah, Mona akhirnya beranjak pada pelatihan selanjutnya yaitu berkuda. Awalnya ia terkagum saat melihat seekor kuda berwarna putih dari keseluruhan kulit hingga rambutnya. Terlihat sangat cantik persis pada gambar buku dongeng,

KINGDOM [JEONGIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang