Pasang matanya mengerjap, merasakan cahaya menusuk dari balik kelopak matanya, memaksa sepasang mata coklat itu membuka mata. Mona merasakan genggaman pada tangannya, ia mengedarkan pandangan, mendapati Johnny menatapnya dengan raut wajah khawatir dan suara kecilnya terdengar menyejukkan hati,
"Ibu-- apa ibu baik-baik saja?"
Meski terasa serak, ia menjawab. "Ya, ibu baik-baik saja," ucapnya meyakinkan anak itu, lalu tangannya perlahan mengusap puncak kepala mungil itu.
Pandangannya beralih pada beberapa pelayan yang mengelilinginya, ia mencari Somi, namun tak mendapati wanita itu.
"Dimana Somi?"
Merasa pertanyaan ditujukan pada mereka, terdiam sejenak saling menatap satu sama lain. Mona merasa ada yang aneh, mereka tidak menjawab dengan langsung, seoerti menutupi sesuatu,
"Kenapa? Dimana Somi?"
Salah satu pelayan membungkuk sejenak, dengan pasang mata bergetar mulai bersuara, "Ketua Somi, sedang dalam masa hukuman,"
Mendengar itu, sedetik kemudian pasang mata Mona terbelalak, "Hukuman?!" pekiknya.
***
"Nyonya, anda harus istirahat-- "
"Diam! Jangan memerintahku!" bentak Mona kesal, langkahnya sempoyongan. Tubuhnya belum terasa membaik, wajah dan bibirnya masih memucat. Namun ia tidak perduli.
Mona meurutuki dirinya sendiri, karena dirinyalah sehingga Somi menjalani hukuman. Ia tidak menyangka semua akan berjalan tidak sesuai rencananya, dan malah berakhir dirinya diserang orang yang tak dikenali. Tapi, ia lebih tidak menyangka bahwa Jeongin menghukum pelayan terbaiknya.
Tanpa memperdulikan pelayan yang memohon padanya untuk berhenti melangkah, Mona tetap saja melangkah dengan amarahnya. Ia dapat merasakan buku jarinya terasa dingin, namun berusaha tidak memperdulikan,
Keselamatan dan keadilan Somi yang terpenting,
Mona kembali menginjakkan kaki untuk kedua kalinya pada arena hukuman, ia berusaha mengedarkan pandangan, seketika pasang matanya terbelalak mendapati Somi berada pada tengah arena, menerima cambukan pada bagian punggungnya,
Melihat punggung menyedihkan itu, membuat hati Mona seakan tersayat,
"Hentikan!" suara serak Mona tidak menghentikan cambukan,
"Hentikaann!!!" teriaknya histeris, dengan air mata yang mulai membasahi pipi. Teriakannya kali itu berhasil menghentikan cambukan,
Ia berlari sekuat tenaga mendekati Somi, lalu memeluk tubuh dingin itu dengan erat, "Maafkan aku--" ucapnya lirih,
Somi mendongak, melepaskan pelukan Mona dan menangkup kedua tangannya. "Nyonya, apa yang anda lakukan disini?"
"Aku tidak mau kau dihukum, ini salahku, Maafkan aku--"
Dengan raut wajah pucat pasihnya, Somi masih bisa tersenyum tipis, "Jangan, Nyonya. Saya pantas mendapatkan ini,"
Mona menggeleng, mengusap air mata yang mulai membendung, mengganggu pandangannya. "Tidak-- sudah cukup. Sekarang kita kembali ke istana,"
"Maafkan aku, Nyonya,"
"Jangan meminta maaf, seharusnya aku yang mengatakan itu--"
KAMU SEDANG MEMBACA
KINGDOM [JEONGIN]
Fanfiction[COMPLETED] Mona tidak menyangka akan terjebak dalam era kerajaan Merald. Terlebih menjadi Ratu, telah menikah, serta menerima kenyataan bahwa suaminya adalah Yang Jeongin, Raja termuda sepanjang sejarah kerajaan Merald. [Bahasa baku] [15.01.20]