Chapter 3

6.4K 876 102
                                    

Meski tidak ingin meyakini, namun Mona memang terjebak dalam masa lalu. Waktu mundur dan terjadi begitu saja hanya dalam hitungan menit, jika dunia asing yang ia pijaki saat ini adalah mimpi, seharusnya ia tidak dapat merasakan dinginnya lantai keramik istana, melihat burung berterbangan dari luar jendela, serta cahaya matahari yang terasa hangat. Semua terasa nyata, bahkan sangat nyata.

Bila mengingat kembali, terakhir Mona berada pada masanya ketika menjalani karyawisata sekolah. Mengunjungi museum dan mengenal lebih dalam mengenai kerajaan Merald, yang nyatanya ia terjebak pada masa kejayaan Merald.

Kemudian bertemu bersama sahabatnya Yeri dan Minji dan memakan ice cream bersama. Ia murung mengingatnya, tak dapat pungkiri bahwa dirinya merundikan kedua gadis cerewet itu.

Lalu, kedua gadis itu meninggalkannya. Dan-- oh ya! Gadis cosplay itu. Mona mengingat betul ia mengejar gadis bergaun kelap kelip hanya untuk meminta berfoto bersama. Namun, sosok gadis itu menghilang dari balik pohon. Merinding bila mengingatnya kembali.

Saat itulah Mona merasakan ada hal yang aneh, dan berakhir tidak sadarkan diri kemudian terbangun, pada masa kerajaan Merald.

Alis Mona bertaut, "Aku tidak gila kan?" gumamnya, lalu mengedarkan pandangan sekitar. Menatap langit istana beralaskan pahatan. "Aku mengunjungi masa lalu?" gumamnya ragu,

Mona melangkah dengan perlahan saat Somi menuntunnya menuju ruang makan istana, wanita itu berkata bahwa Mona harus menyantap makan siang. Karena Mona belum sempat untuk sarapan ketika pagi hari.

Ia sebenarnya enggan menyantap makanan, suasana hatinya sedang kacau dan makanan bukanlah pemecah suasana hatinya, tapi Mona mengangguk pasrah saat Somi dengan pantang menyerah memohon padanya. Dengan alasan yang menyentuh hati, agar Mona tidak sakit.

Meski baru bertemu beberapa jam, Mona merasakan Somi seperti gambaran seorang Ibu yang khawatir terhadap anaknya.

Langkahnya terhenti ketika memasuki ruang makan, pasang matanya terbelalak melihat begitu mewahnya ruang makan Istana Merald. Tidak seperti ruang makan rumah pada umumnya, bahkan dekor restoran mahal bisa saja kalah dari ruang makan istana Merald.

 Tidak seperti ruang makan rumah pada umumnya, bahkan dekor restoran mahal bisa saja kalah dari ruang makan istana Merald

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Somi mengarahkannya pada salah satu kursi yang berjejer rapi, Mona mengikuti lalu dengan berhati-hati mendudukinya. Ia takut jika sandaran kursinya akan tergores, melihat dari pantulan kilaunya saja membuatnya yakin bahwa kursi tersebut sebagian terbuat dari emas.

Sepertinya menjadi keluarga bagian dari istana telah biasa bertemu dan menggunakan barang emas berkilau setiap harinya.

Menarik sekali.

Setelah menduduki kursi, para pelayanan berdatangan satu per satu, membawa nampan, piring, gelas yang terdapat makanan berat, kue sebagai pencuci mulut serta air putih dan wine.

Porsi yang begitu banyak, dan ia bersumpah tidak akan bisa menghabiskan semua.

"Oh ya, Mana Jeongin?" tanya Mona pada Somi, meski melihat raut wajah wanita itu terkejut karena Mona menyebut Jeongin bukan dengan sebutan Yang Mulia. Tapi apa perdulinya, lagipula lelaki kejam itu tidak mendengarnya.

KINGDOM [JEONGIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang