"Kau yakin?"
"Dia benar-benar sudah sadar"
Samar. suara perdebatan terdengar bising. Memaksanya membuka mata perlahan, mengerjap berkali-kali,
Pandangannya menangkap jelas dua gadis yang menatapnya dengan alis bertaut. Terlebih jarak mereka sangatlah dekat. membuatnya terbelalak setelah menyadari keduanya--
"Astagaa!!"
Kedua gadis itu terperanjat kaget, salah satu dari mereka bahkan hampir terjungkal ke belakang saking terkejut mendengar pekiknya.
"Haruskah kau berteriak?"
Ia merubah posisi menjadi duduk menegakan tubuh. Mona menatap keduanya secara bergantian "Yeri? Minji?"
"Sekarang dia amnesia,"
Tangan Mona secara bergantian beralih menampar kedua gadis itu. Tidak keras, sebatas tamparan kecil hanya untuk memastikan kedua gadis itu asli dan ia tidak sedang bermimpi.
"Aww-- apa-apaan kau."
Mona membekap mulutnya tidak percaya. "Kalian benar-- asli?"
"Apa maksudmu asli?" gerutu Minji mengelus pipinya.
Kedua gadis itu asli, nyata dan hey-- berarti ia telah kembali.
Ia beralih menarik tubuh kedua sahabatnya itu. Memeluknya erat secara paksa, meluapkan kerinduan "Aku sangat merindukan kalian"
"Tiga puluh menit pingsan, kau sudah merindukan kita?"
Pingsan? Tiga puluh menit?
Tubuhnya menjauh dan melepas pelukannya, alisnya bertaut heran "Apa katamu?! Tiga puluh menit?"
Yeri terlihat mengangguk santai, "Aku bahkan tidak yakin kau pingsan atau tidur mendengkur."
Bukannya setahun lebih, Mona menghabiskan waktu hanya tiga puluh menit pada dunia aslinya. Padahal ia telah terjebak untuk waktu yang cukup lama hingga merasa hampa dan mulai berpikir bahwa kecil kemungkinan untuk bisa kembali lagi.
Namun Mona baru menyadari satu hal. Ia masih mengenakan seragam sekolah persis sebelum waktu menjebaknya lalu berputar pada masa lalu.
Yeri dan Minji juga begitu, memakai seragam yang sama.
Mimpi? Tidak mungkin hanya sekedar bermimpi. Semua nyata. Memori serta kenangan kembali terususun satu per satu dalam ingatannya, tentang kerajaan Merald dan-- Jeongin.
Mona meremat dadanya,
Sesak, nyeri, hampa.
"Kenapa kau menangis? Apa ada yang sakit?" Yeri panik begitu pula dengan Minji. Melihatnya tiba-tiba menangis tersedu, terisak. mengeluarkan air mata deras membentuk garis pada pasang pipinya.
"Panggil dokter saja?" tanya Minji panik, merujuk pada Yeri.
"Kurasa ya--" kalimat Yeri terputus setelah Mona menyahut.
"Tidak-- jangan. Aku hanya ingin menangis saja." masih terisak, ia menyandarkan kepalanya pada pundak Yeri. Tidak memikirkan kebingungan kedua sahabatnya itu,
Minji menepuk perlahan puncak kepalanya sembari ia yang tak berhenti menangis tersedu. "Jangan sedih,"
***
Menurut penjelasan Minji. Setelah membeli sosis bakar, kedua gadis itu kembali dan tidak mendapatinya pada kursi taman. Yeri beralih untuk menghubunginya melalui ponsel namun tak ada jawaban,
KAMU SEDANG MEMBACA
KINGDOM [JEONGIN]
Fanfiction[COMPLETED] Mona tidak menyangka akan terjebak dalam era kerajaan Merald. Terlebih menjadi Ratu, telah menikah, serta menerima kenyataan bahwa suaminya adalah Yang Jeongin, Raja termuda sepanjang sejarah kerajaan Merald. [Bahasa baku] [15.01.20]