1

6K 527 29
                                    

3 tahun kemudian...

* * *

Langkah kaki itu berjalan dengan terburu saat waktu menunjukkan hampir melewati angka yang telah ia janjikan dua hari lalu. Shanumi menerobos kerumunan orang yang berjalan di sekitarnya hingga ia tiba di depan pintu lift. Gelisah, itu yang kini ia rasakan. Bagaimana tidak, jika saja tadi mobilnya tidak ngambek pasti ia sudah duduk tenang di ruang rapat.

Ia terperanjat saat ponselnya berdering, dengan cepat ia menerimanya tanpa melihat dulu siapa si pemanggil.

"Halo maaf, Saya sudah di lift menuju lantai 3. Maaf tolong tunggu sebentar." Serunya pada si penelepon.

"Hei Shan, tenang! Ini aku Maria." Ujar Maria sahabat sekaligus sekretaris dari atasannya di kantor.

"Eh, Maria? Ada apa? Ini aku udah deket kok." Kagetnya dan segera keluar begitu denting lift berbunyi.

"Ya udah, kamu tenang dulu nanti kita bicara lagi di ruang rapat ya. Take it easy Dear!"  Jawab Maria lalu memutuskan sambungan teleponnya.

Shanumi berdehem sebentar dan memastikan penampilannya tidak berantakan akibat ia berlari menuju kantor tadi.

"Shan, udah datang?" Tegur Maria saat melihat kedatangan Shanumi. Sedangkan Shanumi bengong menatap ruang rapat yang kosong.

"I-ini kenapa? Gue telat banget ya?" Tanyanya dengan lemas.

"Bukan telat Say, tapi di undur minggu depan. Soalnya anak si bos baru sampe dari Jogja, jadi pak bos sambut dulu deh." Jawab Maria panjang lebar menjelaskan.

"Kenapa gak ngomong dari tadi sih!? Tau gitu gue bisa santai gak harus lari-larian kayak tadi." Gerutunya sembari duduk dan melepaskan sepatu berhak setinggi 5cm itu. Ia meringis saat merasakan tumitnya lecet akibat berlari tadi.

"Yee, elo yang susah di hubungin Markonah! Cek lagi hape lo, berapa kali gue telpon!" Dengus Maria padanya mengambil air mineral gelas dan memberikan pada Shanumi.

Mengecek ponselnya dan akhirnya ia meringis malu pada Maria karena ternyata ada 7 panggilan tak terjawab dari Maria juga dari kantor.

"Sorry." Bisik Shanumi padanya.

* * *

Shanumi dan Maria kini sedang menikmati menu makan siang mereka di kantin kantor di lantai 3. Sembari memainkan ponselnya, Maria menanyakan keinginan Shanumi untuk menikah lagi.

"Say, elo gak ada niatan nikah lagi? Udah tiga tahun loh, gak pengen gitu buka lembaran baru?" Tanya Maria padanya. Shanumi menatapnya jengah namun kembali menyuapkan makanannya.

"Beneran deh, gue gregetan liat lo dingin gini sama kaum laki. Kesannya semua laki tuh sama kayak mantan laki lo itu! Move on dong Shan. Dia aja udah bahagia sama anak bininya tapi elo masih aja stuck di tempat!" Ujar lagi Maria menyuarakan isi hatinya pada sahabatnya itu.

"Gue udah bilang berkali-kali sama elo Jaenab! Gue udah move on dari si kampret itu! Tapi belum nemu aja yang cocok sama gue." Ucapnya melakukan pembelaan.

"Bokis banget lo Sarinem!! Kayak gue gak kenal elo aja!" Ejek Maria padanya.

"Heh Jubaedah! Gue kenal elo gak setaun dua taun ya, tapi dari jaman kita masih ingusan sampe bisa bikin kaum laki ingusan!!" Sembur lagi Maria padanya. Shanumi hanya mengendikkan bahunya acuh dan melanjutkan makannya.

* * *

Kerumunan di lobby kantor menarik perhatian Maria dan juga Shanumi. Mereka melihat beberapa karyawan sedang bergosip ria disana. Hal itu tentu menarik perhatian Maria dan Shanumi, sehingga mereka menarik salah satu karyawan yang berada di antara kerumunan itu.

"Ada apaan sih itu pada ngumpul?" Tanya Maria yang berhasil menyeret Ayu salah satu karyawan bagian marketing.

"Eh itu Bu, kabarnya akan datang anak pak bos besok siang. Katanya sih mau menggantikan posisi Pak Dewa yang udah re-sign bulan lalu." Jawab Ayu, setelah merasa tak ada lagi yang ingin ditanyakan ia pun berlalu.

"Emang si Dewa udah re-sign? Kapan?" Tanya Shanumi pada Maria.

"Emang lo gak tau? Si Dewa udah cabut soalnya dia mau melanjutkan program studinya di negeri kincir angin." Jelas Maria dan menarik Shanumi untuk segera masuk ke dalam lift.

* * *

Tak terasa waktu cepat berlalu, kini tiba waktunya jam pulang kantor. Shanumi segera membereskan meja juga berkas ke dalam kabin di sebelah kiri mejanya. Ia bangkit dan menghampiri Maria, berniat meminta tumpangan menuju bengkel dimana mobilnya berada.

"Lo mau cabut sekarang ga? Kalo iya gue numpang ya sampe bengkel." Pinta Shanumi.

"Ya udah ayok. Gue juga udah selesai nih. Tinggal kirim jadwal aja sama si bos." Jawabnya yang masih memainkan ponselnya. Setelah pesannya terkirim mereka segera beranjak menuju bengkel dimana mobil Shanumi berada.

"Gimana Mas mobil Saya? Bisa di ambil hari ini gak?" Tanya Shanumi pada salah satu montir disana.

"Aduh mba Shan, maaf nih tapi kayaknya harus opnam deh kira-kira 2-3hari." Ujar si montir padanya.

"Emang gak bisa sekarang ya Mas?" Tanyanya lagi sendu. Dan montir tetap menggelengkan kepala.

"Ya udah Shan, besok lo gue jemput ya. Atau lo nginep aja jadi kita jalan bareng?" Tawar Maria padanya dan Shanumi akhirnya setuju dengan ide menginap dirumah Maria.

"Tapi kerumah dulu ya ambil baju gue." Ucap Shanumi lagi dan mereka pun meluncur ke rumah Shanumi.

Shanumi dan Maria mengernyitkah dahinya melihat mobil asing di depan rumah, ia mencoba menghampiri namun langkahnya terhenti saat melihat siapa yang turun dari mobil itu.

"Ibu." Bisik Shanumi pelan melihat mantan ibu mertuanya berjalan menghampiri.

"Shanumi." Sapa Ibu Laras Malik Iskandar padanya. Sedangkan Shanumi hanya menjabat tangannya tanpa mau repot mencium tangan wanita tua itu.

"Ada waktu? Ibu mau bicara." Ucap Ibu Laras.

"Maaf tapi Saya rasa kita sudah tidak ada urusan lagi setelah perceraian yang Ibu inginkan terjadi." Jawabnya menohok hati sang mantan ibu mertua.

"Tolong maafkan Abram! Jangan siksa dia lagi...!" Lirihnya sambil menunduk membuat Shanumi heran maksud dari ucapannya.

"Maksud Anda apa Saya menyiksanya? Bukankah Anda yang telah menyiksa kami berdua??" Balasnya datar. Mendengar kalimat itu membuat Ibu Laras menangis.

"Abram menjadi sosok yang berbeda, ia berubah menjadi pribadi yang kasar ditambah lagi anaknya cacat." Ucapnya menangis.

"Lalu, apa hubungannya dengan Saya? Saya rasa tidak ada sama sekali." Ketusnya lagi sambil merogos tas dan mencari kunci rumahnya.

"Tolong kembali pada Abram!!" Seru bu Laras padanya.




* * *






Tbc.






CLBK (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang