3

5.3K 479 13
                                    

Maria tersedak dan Shanumi terdiam mendengar nama tengahnya kembali disebut setelah sekian lama. Ya, hanya Banyu-lah yang selalu memanggilnya dengan nama Elmira, padahal sudah jelas yang lain memanggil nama depannya, Shanumi.

"Uhuk uhuk!!" Banyu segera mengangsurkan gelas berisi air mineral padanya sementara Shanumi sibuk menepuk punggung Maria.

"Makannya pelan-pelan aja Mar, gue gak minta kok." Ujar Shanumi padanya yang mendapat lirikan tajam dari Maria, sedangkan Banyu terkekeh dengan ucapan Shanumi.

Setelah mereda Maria menatap mereka berdua. Shanumi hanya diam melanjutkan makannya, Banyu menaikkan satu alisnya.

"Bapak kenal sama Shanumi??" Tanya Maria pada Banyu.

"Saya gak kenal, tapi Saya kenal dengan Elmira." Jawabnya mantap melirik Shanumi yang masih acuh.

"Kayaknya nama elu kan ada Elmira-nya ya Sha?" Maria menatap pada Shanumi.
Yang ditanya hanya mengendikkan bahunya cuek.

"Ehem! Sepertinya kamu masih dendam sama aku ya?" Kali ini Banyu bersuara tanpa bahasa formal.

"Maaf Pak, nama Saya memang Shanumi Elmira, tapi tolong panggil Saya dengan Shanumi." Tegasnya pada Banyu lalu pamit dan beranjak dari duduknya.

Tanpa banyak kata Banyu mengikuti Shanumi dan menarik lengannya menuju lorong yang sepi dan memojokkan tubuh keduanya.

"Sudah bertahun-tahun El, dan kamu masih dendam? Are you kidding me???" Cibir Banyu padanya.

"Tolong jaga jarak Pak, Saya sudah menikah. Jangan sampai ada gossip antara Anda dengan Saya yang tersebar di kantor." Ucapnya seraya melepaskan cekalan tangan Banyu di lengannya.

"Menikah ya?? Kenapa aku gak liat cincin nikah kamu, hm??" Bisik Banyu yang perlahan menunduk dan mendekatkan wajahnya pada Shanumi.

"Bu-bukan urusan Bapak!" Jawab Shanumi terbata saat merasakan kecupan kecil di leher kirinya. Banyu tersenyum mendengar suara Shanumi yang terbata. Ia menarik pinggang ramping itu agar semakin mendekat padanya.

"Ja-jangan begini Pak. Lepaskan Saya." Shanumi semakin terbata dan menahan erangannya saat kecupan itu semakin intense disertai remasan di pinggangnya.

"Aku akan berhenti kalau kamu juga berhenti bicara formal saat kita lagi berdua." Pinta Banyu padanya dan semakin gencar bahkan kini ia menghisap leher putih yang menggiurkan itu hingga meninggalkan tanda merah, hasil jejak karyanya. Membuat Shanumi mendesah saat merasakan hisapan juga remasan yang kini berpindah ke tubuh bagian depannya. Tepatnya di salah satu gundukkannya.

Mengumpulkan tenaga, Shanumi mendorong tubuh Banyu dan menampar pipi pria itu kencang hingga wajah Banyu tertoleh kesamping. Namun bukannya marah, ia malah terkekeh dan kembali menarik pinggang Shanumi mendekat padanya.

"Terserah kamu bilang apa, tapi saat aku sudah menandaimu maka itu artinya kamu milikku! Sekarang, besok, selamanya!" Setelahnya Banyu melumat bibir tipis milik Shanumi, menghisap dan melesakkan lidahnya. Bermain dengan lidah mereka, Banyu kembali menghisap sebelum melepaskan tautan bibir mereka mengusap pelan bibir bawah Shanumi yang merah membengkak akibat ulahnya. Lalu berbisik "Mine!"  dan berlalu dari sana meninggalkan Shanumi yang terdiam.

* * *

Setelah kejadian beberapa hari lalu, Shanumi tak lagi melihat Banyu di kantor. Ia mendesah lega, berharap jika Banyu tak akan pernah menunjukkan batang hidungnya lagi terutama di depannya.

Namun rupanya itu hanya harapannya saja, karena kini ia terdiam saat mendapat telepon dari HRD yang mengatakan bila mulai hari ini ia akan menjabat sebagai asisten dari Dirut baru kantor mereka.
Siapa lagi jika bukan Banyu Kusuma.

Dan sialnya lagi, kini ia harus berada satu ruangan dengan Banyu. Shanumi mengerang kesal karenanya, ingin protes namun itu merupakan perintah langsung sang bos besar, Kusumawardana.

"Emang gak bisa yang lain aja mba?" Tanya Shanumi saat mendengar perintah itu.

"Gak bisa Shan, masalahnya itu perintah langsung dari Bapak." Jawab mba Eva kepala HRD yang mengatakan Bapak merujuk pada Kusumawardana.

"Tapi kan aku gak pernah jadi asisten siapapun Mba. Mana ngerti aku." Elaknya lagi dan terdengar kekehan kecil dari sebrang sana.

"Kerjanya sama aja kayak Sekretaris kok, cuma ini lebih mendetail aja. Kayak mencatat jadwal meeting sana sini gitu-gitu deh. Lebih lengkapnya kamu tanya aja sama Maria deh." Jelas Eva padanya.

"Kan udah ada Sekretaris juga mba Ev, kenapa masih butuh asisten juga?" Masih membujuk berharap bisa merubah penempatannya.

"Masalahnya si Dirut gak mau pake Sekretaris, Cantik. Udah deh tenang aja dan terima aja ya. Siapa tau aja kalian berjodoh secara kalian sama-sama single." Kekeh Eva lalu memutus panggilannya dan memerintahkan Shanumi agar segera keruangan Banyu.

Menghentakkan kakinya kesal, ia melangkahkan kakinya menuju ruangan Banyu. Berusaha menetralkan perasaan kesal dan jengahnya bila teringat kejadian beberapa waktu lalu, ia mengetuk pintu namun tak ada jawaban apapun dari dalam sehingga ia memberanikan diri masuk.

Dan betapa terkejutnya ia saat melangkah masuk ia merasakan tarikan di pinggangnya dan membuatnya masuk dalam rengkuhan hangat pelukan Banyu.

"Finally you here. I really miss you so much El." Bisik Banyu padanya dan langsung melumat bibir tipis yang telah membuatnya tergila-gila selama beberapa hari tak bertemu.












* * *


Tbc.





CLBK (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang